Wulan melihat ke arah Dewina sekilas, Dewina juga langsung tersadar setelah mendengar perkataannya. Ingin sekali rasanya Dewina segera ke sana. Namun, dia masih malu-malu untuk mengajukan hal ini."Tapi ... Kak Wira nggak membolehkanku ke sana ...," kata Dewina dengan wajah tersipu."Sudahlah, Dewina. Hatimu juga pasti sudah ingin ke sana, 'kan? Nggak usah pura-pura lagi!" ejek Wulan. Sementara itu, Dian juga menganggukkan kepalanya sembari berkata, "Benar! Bagaimana kalau kita tukaran saja?" Dian juga ikut menggoda Dewina, Dewina langsung memelototi keduanya dengan kesal."Huh! Aku akan ke Agrel untuk cari Kak Wira sekarang. Aku akan bilang padanya, kalian berdua menindasku!" Usai bicara, Dewina langsung mengemas barang-barangnya. Dian yang mendengar ucapannya ini langsung tertawa."Kalau kamu ke sana, Wira akan menindasmu lho. Bisa jadi saat kita bertemu lagi nanti, kamu sudah berbadan dua ...."Perkataan Dian membuat wajah Dewina merah padam. Tentu saja dia mengerti maksud perkataan
Wira tersenyum sembari mengangguk. "Tentu saja benar. Ibu Suri sakit, perlu berobat setengah tahun. Supaya nggak terjadi kekacauan di Kerajaan Agrel, Ibu Suri menyuruhku datang."Wira tidak menyembunyikan apa pun dari Yasir. Begitu mendengarnya, Yasir pun agak terkejut. Dia membalas, "Rupanya begitu. Aku memang mendengar beberapa rumor, tapi nggak nyangka kenyataannya memang seperti itu. Tuan, di sini kurang aman bagimu. Apa kita harus mengerahkan seluruh jaringan mata-mata?"Wira melambaikan tangannya sambil menyahut, "Nggak perlu, aku bisa melindungi diri sendiri. Lagi pula, di sini adalah ibu kota Kerajaan Agrel, sebanyak apa pasukan yang kita punya? Pasukan Kerajaan Agrel dan Pasukan Bayangan sedang mengawasi. Kita nggak boleh terekspos atau pasti dihancurkan sampai ke akarnya."Yasir mengangguk mendengarnya. Sesudah mengobrol sesaat, Yasir kembali ke kediamannya dan mendapati Berma sedang memasak.Kini, wajah Berma selalu dipenuhi senyuman dan tidak tampak niat membunuh lagi. Bahk
Awalnya, Yasir masih mengawasi Berma saat wanita ini keluar. Namun, setelah mendapati Berma hanya berkeliling santai, dia pun malas membuntutinya lagi.Hanya saja, kali ini Yasir tidak menduga Berma bukan pergi membeli sayur, melainkan pergi ke sebuah gang. Tidak berselang lama, dia tiba di sebuah kediaman yang terbengkalai.Begitu masuk, Berma melihat seorang pria berpakaian merah duduk di sana. Dia segera memanggil, "Kak Bruno."Pria ini tidak lain adalah bawahan Prabu yang paling bisa diandalkan, Bruno. Dia pun membalas, "Dik, lama nggak bertemu.""Kak, aku sudah tahu semuanya. Kalian baik-baik saja, 'kan? Gimana kondisi Tuan Prabu dan lainnya?" tanya Berma segera.Berma tahu Kerajaan Agrel bekerja sama dengan Keluarga Barus untuk melawan Keluarga Juwanto. Hal ini membuat Keluarga Juwanto buntu dan bergabung kembali dengan Kerajaan Nuala. Meskipun marah, tidak ada yang bisa dilakukannya."Semuanya baik-baik saja, nggak perlu cemas. Tapi, sekarang Keluarga Juwanto berada di bawah nau
Maksud Prabu sederhana saja, asalkan Wira meninggal, dunia ini pasti akan kacau balau, apalagi Kerajaan Agrel.Jika menuduh Kerajaan Agrel atas kematian Wira, Provinsi Lowala pasti akan melancarkan serangan terhadap Kerajaan Agrel.Selama Wira masih hidup, tidak akan ada yang berani mengambil tindakan. Akan tetapi, begitu Wira tiada, orang-orang tentu akan mengincar Provinsi Lowala, baik itu Keluarga Barus, Kerajaan Nuala, ataupun Kerajaan Monoma.Bisa dibilang, eksistensi Wira ini bagaikan benteng yang sangat kokoh. Sangat sulit bagi mereka untuk melewati benteng ini.Itu sebabnya, Wira harus mati. Dengan cara ini, dunia akan kembali kacau. Sementara itu, Keluarga Juwanto pun bisa memperoleh kesempatan di tengah-tengah kekacauan itu."Aku sudah mengerti," ucap Berma sambil mengangguk."Kamu harus hati-hati, jangan sampai ada yang mencurigaimu. Jika memungkinkan, jadikan Kerajaan Agrel sebagai kambing hitamnya!" pesan Bruno.Berma juga berpikiran sama. Dia menyahut, "Ya, aku akan sanga
Ketika saat itu tiba, Berma bisa membunuh Wira dengan mudah. Yasir segera berkata, "Aku akan membahasnya dengan Tuan Wira dulu." Kemudian, dia langsung keluar untuk mencari Wira.Yasir jelas-jelas baru pulang. Kedatangannya ini pun membuat Wira dan Biantara keheranan. Biantara bertanya, "Eh? Yasir, kenapa kamu kembali lagi?""Eee ... eee ... aku ingin mendiskusikan sesuatu dengan Tuan Wira," sahut Yasir yang terengah-engah. Biantara makin kebingungan mendengarnya."Katakan saja," ujar Wira yang tidak peduli dengan tingkah aneh Yasir ini."Tuan, kebetulan kamu ada di Kerajaan Agrel, aku ... ingin menikahi Berma. Aku ... berharap kamu ... bisa menjadi saksi nikahku," jelas Yasir dengan antusias.Biantara yang mendengarnya pun mengernyit, lalu berucap, "Yasir, kamu punya status yang istimewa, sepertinya pernikahanmu ini nggak bisa diadakan dengan meriah. Selain itu, kamu dan Berma sudah lama tinggal bersama. Di mata orang-orang, kalian memang suami istri ...."Yasir mengangguk sambil meny
Segera, Dewina tiba di kediaman Raja Uttar yang ditempati oleh Wira. Begitu dia masuk, Wira pun terkejut melihatnya."Dewina!" seru Wira yang tidak menyangka wanita ini akan datang."Suamiku!" seru Dewina yang senang melihat Wira. Dia langsung melemparkan diri ke pelukan Wira."Kenapa kamu kemari tanpa memberitahuku?" tanya Wira dengan penasaran sambil memeluknya.Dewina membalas sambil tersenyum, "Kak Wulan dan Kak Dian mencemaskanmu, tapi nggak berani datang. Makanya, mereka menyuruhku kemari."Wira pun tersenyum. Dia tahu ketiga wanita ini mencemaskannya, tetapi tidak bisa datang bersama. Bagaimanapun, Provinsi Lowala membutuhkan mereka, bisnis juga tetap harus berjalan.Jadi, Dewina adalah pilihan yang paling tepat karena wanita ini rakyat Kerajaan Agrel. Dia juga punya status yang istimewa, yaitu putri Raja Kresna. Kehadiran Dewina ini tentu bisa membantu Wira dalam banyak hal.Wira terkekeh-kekeh tanpa mengatakan apa pun. Dia memang sudah merindukan istri-istrinya. Selain itu, De
"Bos, Tuan Wira nggak datang?" tanya Yasir dengan heran.Biantara menjawab, "Tadinya mau datang, tapi Raja Kresna tiba-tiba datang mencarinya. Dia nggak mungkin menolak, apalagi kamu punya status yang nggak biasa. Jadi, Tuan Wira menyuruh Nyonya Dewina menggantikannya kemari."Dewina tersenyum sambil berucap, "Halo, Yasir, lama nggak bertemu. Ini istrimu, ya?""Ya, ini istriku, Nyonya," sahut Yasir dengan gembira."Hehe, beruntung sekali kamu, Yasir. Kelak, kamu harus memperlakukannya dengan baik. Dia datang jauh-jauh dari Kerajaan Ahola lho. Kalau kamu bersikap buruk padanya, aku yang akan memberimu pelajaran!" ancam Dewina sambil meraih tangan Berma. Kemudian, dia tersenyum gembira.Meskipun suasana hati Berma kurang baik, dia tetap menyunggingkan senyuman. Dia tidak menduga akan begitu kebetulan. Wira malah tidak jadi datang.Padahal, Berma sudah membuat rencana untuk membunuh Yasir, Biantara, dan Wira secara sekaligus. Jika semuanya mati, tidak akan ada yang bisa bersaksi sehingga
Wajah Berma sontak memerah. Arak ini benar-benar kuat, sampai dia mulai merasa agak pusing. Dia berkata, "A ... aku nggak bisa minum lagi, aku ...."Jika meneguk gelas kedua, sesuatu sudah pasti akan terjadi malam ini!Biantara tersenyum sambil berkata, "Aku akan bersulang untuk kalian. Kudoakan kalian langgeng dan saling mencintai untuk selamanya!"Selesai berbicara, Biantara langsung meneguk arak biasa. Kemudian, dia menatap Yasir dan Berma. Tanpa berbasa-basi, Yasir segera meneguk arak kuat itu lagi. "Terima kasih, Bos!"Adapun Berma ... dia hanya bisa memaksakan diri untuk meminumnya. Saat ini, Biantara pun melirik Dewina untuk memberi isyarat mata.Sebenarnya, tindakan mereka ini tidak keterlaluan karena Yasir dan Berma memang menikah. Selain itu, kedua pengantin ini juga hanya minum sedikit. Pada umumnya, pengantin akan minum banyak karena harus bersulang dengan begitu banyak tamu.Mereka memang mencurigai Berma. Akan tetapi, kalau wanita ini tidak memiliki niat jahat, tindakan m
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I