Setelah mendengar perkataan Wira, Julian tertegun sejenak. Dia tidak tahu mengapa Wira tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini. Perlu diketahui, kata "hidup" adalah pertanyaan yang paling sulit di dunia ini. Mungkin jarang ada orang yang bisa menerangkannya dengan jelas, tetapi dia adalah orang yang cerdas. Dia tahu Wira bisa menanyakan pertanyaan itu dan pada saat seperti ini juga, pada ada hubungannya dengan masalah di hadapannya ini.Setelah merenungkannya sejenak, Julian berkata, "Tuan, hidup ini sangat sulit untuk dijelaskan. Kalau menurutku ... hidup damai adalah yang paling penting."Mendengar perkataan Julian, Wira tertegun sejenak. Perkataan Julian ini terdengar memiliki wawasan yang luas, sama seperti dirinya. Namun, dia bisa berpikir seperti itu karena kehidupannya sebelumnya. Di kehidupan sebelumnya, Wira menghabiskan waktunya untuk belajar dan sudah meninggal sebelum menikmati hidupnya. Untungnya, dia masih memiliki ingatan dari kehidupan sebelumnya, sehingga dia baru bisa mer
Mereka tiba di desa, melihat Wira dan sang putra yang diikat. Galih selaku Kepala Keluarga Ismawan sontak berteriak dengan murka, "Berengsek! Lepaskan putraku atau akan kubunuh kamu!"Lebih dari 100 orang yang berada di belakang sontak mengeluarkan golok dan memasang ekspresi galak. Seluruh penduduk desa pun tercengang melihatnya. Mereka berlari dengan ketakutan."Ayah, tolong aku. Bunuh bajingan dan orang-orang rendahan ini! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Sammy dengan penuh kebencian.Wira hanya tersenyum mendengarnya. Namun, para penduduk desa sudah ketakutan dan berlutut di tanah."Tuan, kumohon ... tolong jangan sakiti kami!""Ya, Tuan, kami mohon padamu ...."Galih mendengus dingin, lalu menghardik dengan berang, "Huh! Kalian semua pantas mati! Bocah, siapa kamu? Berani sekali kamu ikut campur masalah di sini. Kamu nggak tahu aku penguasa di sini?"Mendengar ini, Wira sontak tertawa. Dia membalas, "Kamu penguasa di sini? Menarik sekali."Di Provinsi Lowala, jelas-jelas Wira ad
Lima puluh orang ini mati terlalu mendadak, sampai-sampai tidak sempat bereaksi. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Kejadian ini membuat seluruh penduduk desa tercengang dan ketakutan. Galih juga tidak menyangka bawahannya akan mati sampai tersisa 50 orang. Ini ... situasi macam apa ini?Wira hanya tersenyum melihat situasi ini. Kemudian, tampak 10 orang keluar dari sekitar. Semuanya memegang senapan. Sepuluh orang melawan 100-an orang, tetapi berhasil membunuh 50-an orang!Kemampuan seperti ini sungguh di luar dugaan! Akan tetapi, Wira tahu bahwa semua ini masih tidak ada apa-apanya!"Si ... siapa kamu sebenarnya?" tanya Galih yang terkejut dengan ekspresi ketakutan."Aku ... Wira!" jawab Wira setelah mendengus dingin. Terdengar pula amarah dari nada bicaranya.Begitu jawaban ini dilontarkan, semua orang sontak tercengang. Mereka tidak percaya bahwa pria ini adalah Wira, penguasa Provinsi Lowala yang membuat kebijakan baru."Ka ... kamu Wira? Nggak mungkin! Mana mungkin Wi
Wira tidak ingin mempertahankan orang-orang seperti ini karena akan mendatangkan kerugian. Makanya, dia tidak akan berbelaskasihan. Dia akan menghabisi Galih, membuatnya mengerti bahwa ini adalah balasan yang harus didapatkannya.Galih sungguh tercengang. Dia langsung berlutut di tanah sembari memohon ampun, "Tuan Wira, maafkan aku. Aku sudah salah, tolong ampuni aku untuk kali ini saja!"Galih benar-benar ketakutan. Dia tentu tahu sehebat apa Wira. Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana sekalipun tidak punya cara untuk melawannya. Lantas, bagaimana dengan dirinya yang hanya orang kaya kecil?"Mengampunimu? Konyol sekali! Memangnya kamu pernah berpikiran untuk mengampuni mereka?" timpal Wira yang mendengus dingin.Hari ini, Wira akan membuat orang-orang gentar padanya. Dia bukan hanya akan membunuh Galih, tetapi juga membuat semua orang tahu bahwa tidak boleh menindas rakyat.Selesai mengatakan itu, Wira mendengus lagi dan melambaikan tangannya. Suara tembakan lagi-lagi terdengar. Dalam s
Melihat situasi ini, Danu segera berhenti dan tidak melawan lagi. Dia mendekati selangkah demi selangkah, lalu bertanya dengan sungguh-sungguh, "Sebenarnya kalian siapa? Kenapa merampok di sini?"Para remaja pun ketakutan hingga sekujur tubuh gemetaran. Mereka tanpa sadar mengesot mundur. Ketika melihat Danu tidak berniat menyerang, melainkan menanyakan asal-usul mereka, remaja yang memimpin pun tiba-tiba berlinang air mata. Dia menjawab, "Kami ... kami dari Kabupaten Limfra.""Kabupaten Limfra?" Danu tertegun setelah mengetahui asal-usul mereka. Dia pun melirik Wira, lalu beralih menatap para remaja itu sambil bertanya lagi, "Lalu?"Remaja yang memimpin menyeka air mata di wajahnya. Dia menjelaskan seraya terisak-isak, "Kami nggak punya orang tua sejak kecil. Kami hidup saling bergantungan, nggak tahu cara menghasilkan uang ....""Kami pernah berjualan di pinggir jalan, tapi diusir orang dan dirampok. Kami ingin menyewa lahan untuk bercocok tanam, tapi nggak punya uang. Kami menjadi p
Seketika, ekspresi remaja pria tampak masam. Ketika berbicara, nadanya mulai terdengar murka. Dia menggertakkan giginya sambil berucap dengan penuh kebencian, "Kalau bukan karena bupati itu, kami nggak mungkin berakhir seperti ini."Wira menatap wajah gusar remaja itu. Ekspresinya sontak berubah menjadi serius. Dia pun bertanya dengan suara rendah, "Apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan dulu kepadaku."Remaja pria itu menyeka air mata di wajahnya. Tebersit kekesalan dan kebencian pada sorot matanya. Dia mengepalkan tangan dengan erat, lalu menyahut dengan sinis, "Bupati itu yang menindas kami!"Wira pun terkesiap mendengarnya. Dia bertanya dengan tatapan ragu, "Apa yang sebenarnya terjadi di sana?""Dia bukan hanya menjarah tanah, tapi juga menjarah harta kami!" jelas remaja pria itu."Apa? Ternyata ada masalah seperti itu?" Ekspresi Wira berubah drastis mendengarnya. Kalau Bupati Kabupaten Limfra benar-benar melakukan hal itu, rakyatnya sudah pasti menderita.Beberapa remaja di belaka
Hal ini sungguh di luar dugaan Wira. Dia awalnya mengira Keluarga Ismawan sudah sangat tidak tahu malu, tetapi ternyata Bupati Kabupaten Limfra lebih kejam lagi.Bupati ini memang menjalankan kebijakan baru, tetapi juga mengelabui rakyat. Tindakan ini sungguh kejam!"Jadi, kami nggak punya cara selain menjadi perampok begini. Kami sebenarnya nggak pengen, tapi nggak ada cara lain." Setelah mendengar penjelasan mereka, Wira pun menghela napas.Sepertinya, pemikiran Wira terlalu sederhana. Dia awalnya mengira orang-orang ini akan berterima kasih dengan adanya kebijakan baru. Tanpa diduga, mereka malah begitu serakah."Sepertinya, kita perlu mengerahkan pasukan," ucap Wira setelah menarik napas dalam-dalam. Dia benar-benar murka sekarang.Kalau situasi seperti ini terus berlanjut, hasilnya akan sangat buruk. Meskipun Provinsi Lowala tidak besar, takutnya sebagian besar wilayah di sini memiliki masalah serupa. Wira memutuskan untuk mengatasi dari sumbernya."Danu, panggil Biantara kemari."
Wira tentu memiliki pemahaman mendalam tentang Kerajaan Agrel. Namun, dia tidak tahu apa-apa tentang harem Kerajaan Agrel.Sejak meninggalnya mendiang Raja Kerajaan Agrel, Senia telah memegang kuasa selama bertahun-tahun. Para selir selalu mematuhi aturan, mereka seharusnya tidak memiliki kekuasaan apa pun! Lantas, mengapa bisa terjadi hal seperti ini?"Kak Wira, mendiang raja punya beberapa selir. Selain Senia, yang paling disayangi adalah Anaya dan Zendaya. Aku kurang mengenal keduanya. Tapi, Zendaya punya hubungan yang cukup dekat dengan Senia. Kalau dengan Anaya, hubungan mereka kurang dekat.""Tapi, Anaya seharusnya nggak punya alasan untuk membunuh Senia. Kak Wira, apa mungkin bukan mereka pelakunya?"Begitu mendengarnya, Wira mendengus dingin. Masalah ini tidak bisa diselidiki, tapi ... Kerajaan Agrel pasti akan mengalami kekacauan. Kekacauan ini bahkan lebih besar daripada kekacauan di Kerajaan Nuala.Ketiga raja Kerajaan Agrel tidak mungkin berani bertindak semena-mena karena
Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin
Semua persiapan berjalan dengan rapi dan terorganisir secara diam-diam. Di sebelah timur, Adjie sedang menunggu kabar dari Wira. Dia tahu Wira akan segera memerintahkannya untuk menyerang, tetapi semuanya harus menunggu sampai Pasukan Harimau benar-benar siap.Pasukan Harimau adalah pasukan kavaleri. Jika mereka bisa menyerang dengan strategi yang matang, kekuatan mereka tidak bisa diremehkan.Di sisi lain, Wira dan pasukannya menerima surat yang dikirim oleh Adjie. Saat membuka surat itu di dalam tenda, Wira tersenyum. Setelah membaca isinya, dia berkata, "Aku nggak nyangka Adjie sudah menyiapkan rencana sebaik ini. Sepertinya bisa berhasil."Mendengar itu, Arhan dan yang lainnya tampak kebingungan. Arhan pun bertanya, "Tuan, apa isi suratnya?"Wira tersenyum dan menyerahkan surat itu kepada mereka. "Kalian bisa membacanya sendiri. Semuanya sudah disiapkan dengan baik. Hanya saja, Adjie sedang menunggu instruksi kita untuk memulai serangan."Semua orang terdiam sejenak, lalu salah sat
Pada saat itu, Guntur bertanya dengan suara rendah, "Siapa kamu?"Orang berbaju hitam itu tersenyum tipis, lalu berdiri dan memberi hormat, "Aku adalah orang yang dikirim oleh Bos Adjie. Kami tahu kalian masih menunggu sinyal serangan, jadi Bos Adjie mengutus kami untuk datang."Guntur tertegun sejenak. Dia merasa tidak mengenali orang ini. Namun, mengingat banyaknya orang di Desa Riwut, dia memang tidak mungkin mengenal semuanya. Ditambah lagi, karena orang ini menyebut soal sinyal serangan, Guntur pun tersenyum. "Jadi, maksudmu Adjie sudah siap untuk menyerang?"Orang berbaju hitam ini adalah orang yang diutus oleh Arhan untuk membantu Adjie. Kini, Adjie mengutusnya untuk mengawasi Enji dan Guntur. Mendengar pertanyaan Guntur, dia tersenyum.Dalam hati, dia berkata, 'Guntur ini memang persis seperti yang dikatakan Jenderal Adjie, nggak terlalu pintar.'Orang itu berkata, "Hehe, untuk saat ini belum ada rencana menyerang. Aku datang ke sini hanya untuk memberi tahu bahwa Bos Adjie ing
Mendengar perintah Adjie, orang-orang segera mengangguk dan menyembunyikan diri. Tepat setelah mereka bersembunyi, mereka melihat sekelompok orang yang sebelumnya diperintahkan Adjie untuk menggali saluran air telah kembali.Melihat mereka, Adjie tersenyum tipis dan berkata, "Hehe, aku nggak nyangka kalian bisa selesai secepat ini."Salah satu dari mereka berujar, "Tugasnya sudah hampir selesai. Sekarang saudara-saudara yang lain sedang menunggu di sana. Apakah kamu ingin pergi sekarang?"Mendengar ini, Adjie tertawa. "Baiklah, aku nggak nyangka kalian bisa bekerja secepat ini. Kalau begitu, antar aku ke sana sekarang."Mereka tersenyum, lalu segera membawa Adjie ke lokasi saluran air. Sesampainya di sana, Adjie melihat banyak anak buahnya sedang berkumpul. Dia tersenyum dan berkata, "Hehe, kerja kalian cepat juga. Bagus, mari kita lihat hasilnya."Bawahan yang membawa Adjie kemari lantas berujar, "Gimana kalau kita langsung menggali dan membiarkan air mengalir? Aku yakin pasukan utara
Orang itu segera menangkupkan tangan dan menyahut, "Tuan Wira sudah tiba di selatan. Beliau secara khusus mengirim kami untuk membantu, terutama karena khawatir pihak Desa Riwut menempatkan mata-mata di pasukanmu. Kalau itu terjadi, tentu akan sangat menyulitkan pergerakanmu."Mendengar kata-kata itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia merasa sangat terharu. Tak disangka, Wira berpikir sejauh ini untuknya.Setelah terdiam sesaat, Adjie bertanya dengan suara rendah, "Berapa banyak orang yang datang bersama kalian kali ini? Apakah ada orang luar yang melihat kalian?"Meskipun Adjie telah mengirim sebagian besar anak buahnya untuk berjaga di sekitar saluran air, di sekitar perkemahannya masih ada cukup banyak orang. Terlebih lagi, pihak musuh juga terus mengawasinya, dia khawatir keberadaan pasukan bantuan ini ketahuan."Jangan khawatir, Jenderal. Orang-orang yang mengawasi tadi sudah kami tangani. Sekarang, yang berada di luar semuanya adalah orang-orang kita sendiri. Kami
Mendengar kata-kata itu, semua orang termangu sesaat. Menurut mereka, yang dikatakan Wira masuk akal juga. Namun, bagaimana mungkin mereka tahu Wira akan mengirim pasukan untuk menyerang Pulau Hulu?Saat beberapa orang masih diliputi kebingungan, mereka tiba-tiba teringat pada Adjie yang berada di dalam wilayah tersebut. Seketika, wajah mereka berseri-seri. Sebelumnya, mereka sangat penasaran. Namun, tampaknya jawabannya sudah jelas. Adjie adalah kuncinya.Banyak di antara mereka yang langsung merasa yakin. Pada saat itu, beberapa orang tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, mengirim Adjie ke sana memang pilihan yang tepat. Dengan begini, kita nggak akan sepenuhnya berada dalam posisi yang pasif."Mendengar hal ini, semua orang tersenyum. Namun, Wira berbicara dengan suara pelan, "Saat ini, sebaiknya kita jangan terlalu percaya diri. Kita harus ingat bahwa keadaan bisa berubah kapan saja. Untuk sekarang, kita tunggu saja kabar dari Adjie."Mendengar kata-kata itu, mereka kembali termenu
Hayam memang seorang ahli dalam intelijen dan pembunuhan. Jelas sekali, dia sudah memahami informasi ini dengan sangat baik. Sambil tersenyum, dia berkata dengan suara pelan, "Sebelumnya kami sudah menyelidiki semuanya. Dari sudut pandang strategis, target utama yang harus kita amankan lebih dulu adalah bagian timur, selatan, dan utara Pulau Hulu.""Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, ditambah dengan bukti yang diberikan oleh Adjie, sekarang sudah jelas bahwa wilayah selatan dikuasai oleh Guntur. Dia dulunya adalah orang nomor dua di Desa Riwut. Tapi sejak Adjie tiba di sana, dia turun menjadi orang nomor tiga."Mendengar ini, semua orang tidak bisa menahan tawa. Tak perlu dipikir panjang, jelas bahwa Adjie pasti menggunakan kekuatan untuk merebut posisinya.Wira pun tersenyum geli. Dia tahu bahwa Adjie dan orang-orangnya sangat kuat. Adjie bukan hanya unggul dalam strategi, tetapi juga dalam pertarungan. Jika tidak, saat melakukan penyergapan terhadap kavaleri pasukan utara, W
Mendengar hal itu, Wira mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, ini akan lebih mudah bagi kita. Berapa jauh lagi jarak dari sini ke Pulau Hulu?"Hayam yang berdiri di samping segera maju dan menyahut, "Sekarang jaraknya tinggal beberapa ratus meter. Nggak jauh lagi. Sebelumnya, aku sudah mengirim mata-mata dan ternyata pasukan utara nggak menempatkan pengintai sama sekali."Mendengar ini, Wira sedikit terkejut. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa pasukan utara tidak menugaskan mata-mata di tempat yang sedekat ini. Dalam hati, dia merasa cukup heran dengan situasi ini.Seolah-olah mengerti apa yang ada di benaknya, Hayam tersenyum sebelum berkata, "Tadinya kami juga merasa aneh, tapi sekarang tampaknya semuanya mulai masuk akal. Yang paling penting bagi kita sekarang adalah memastikan kita bisa menangani orang-orang ini. Tapi, yang lebih menarik adalah kami menemukan orang-orang dari Desa Riwut."Wira terkejut. Dia tidak menyangka orang Desa
Selain itu, Pasukan Harimau yang melakukan perjalanan jauh dengan kecepatan tinggi tetap menjaga formasi tanpa ada tanda-tanda kekacauan.Hayam,yang sudah lebih dulu menerima kabar pun tersenyum tipis. Dia langsung berdiri di depan dan menangkupkan tangan, lalu berkata, "Jenderal Arhan, akhirnya kalian sampai. Nggak ada kendala selama perjalanan, 'kan?"Arhan juga menangkupkan tangan, lalu tersenyum dan menyahut, "Tentu saja nggak ada. Tuan Wira ada di belakang, sepertinya juga akan segera tiba."Sejujurnya, Arhan cukup mengagumi Hayam. Bukan hanya karena orang ini berani dan teliti, tetapi juga karena dia mengendalikan pusat Paviliun Langit dan sangat dipercaya oleh Wira.Biasanya, orang yang sudah berada di posisi tinggi akan lebih berhati-hati dalam membuat kontribusi. Namun, Hayam bukan tipe orang seperti itu. Meskipun sudah memiliki kedudukan tinggi, dia masih ingin terus maju.Beberapa saat kemudian, seolah-olah teringat sesuatu, Hayam terkekeh-kekeh dan berujar, "Tadi aku sempat