Mendengar perkataan itu, Prabu menarik napas dalam-dalam. Dia memang sangat membenci Wira, tetapi dia juga tahu apa yang dikatakan Yudha memang benar. Tidak semua orang bisa menandingi kemampuan Wira. Selain itu, yang paling membingungkannya adalah Wira malah tidak memiliki keinginan untuk merebut negara. Jika tidak, Keluarga Barus sudah musnah sejak awal.Keduanya minum bersama cukup lama dan mengobrol tentang banyak hal juga. Terlepas dari status dan yang lainnya, Yudha dan Prabu sebenarnya saling bersimpati. Keduanya merupakan sosok pahlawan di generasinya dan pemikiran mereka mungkin lebih mirip dibandingkan dengan Wira. Perbedaan mereka dengan Wira sangat jauh. Bahkah Yudha juga tidak bisa menemukan kesamaan pemikiran saat menghadapi Wira. Baginya, Wira adalah sosok yang tak terkalahkan, bagaimana mungkin dia bisa memiliki kesamaan pemikiran dengan Wira?Keluarga Barus tentu saja juga tahu perubahan di Kerajaan Nuala. Sigra menarik napas dalam-dalam dan tatapannya terlihat dingin
"Hanya saja, dengan nggak adanya Keluarga Juwanto, Kerajaan Nuala menjadi negara terkuat.""Meskipun hanya punya tiga provinsi, bagi Keluarga Barus, mereka tetap ancaman yang sulit untuk disingkirkan."Beberapa orang itu berbicara bergantian dengan tatapan yang dipenuhi kekaguman."Langkah Wira ini mengembalikan keseimbangan situasi Kerajaan Nuala. Aku rasa dia bisa melakukan ini karena Keluarga Juwanto nggak bisa tenang. Pembentukan tiga kerajaan ini sebenarnya paling stabil untuk situasi saat ini, tapi Keluarga Juwanto selalu membuat masalah. Jadi, Wira memanfaatkan trik ini untuk menghancurkan Keluarga Juwanto dan menggabungkannya ke Kerajaan Nuala. Dengan begitu, Kerajaan Nuala mungkin akan sulit untuk dihancurkan," kata Raja Kresna sambil tersenyum dan tatapannya juga terlihat dipenuhi dengan kekaguman."Wira ini benar-benar luar biasa. Kali ini, Keluarga Barus pasti akan sangat marah. Bukan hanya sudah menyinggung Wira, mereka juga mengirim Keluarga Juwanto yang terluka ini kepad
Semua orang berdiri di sana dan menatap Wira dengan tatapan yang tentu saja juga terlihat bersemangat. Meskipun satu provinsi tidak besar, untungnya, mulai sekarang provinsi itu sudah menjadi milik mereka.Wira menatap semua orang dan berkata sambil tersenyum, "Sekarang Provinsi Lowala sudah di bawah kita sepenuhnya. Mulai sekarang, kita juga nggak perlu tunduk kepada siapa pun lagi. Tentu saja ... nggak ada yang berani mengganggu kita juga!"Setelah menyelesaikan kata-kata pertamanya itu, Wira pun menunjukkan sikapnya yang mandiri dan bebas. Semua bawahannya menahan semangat mereka dan tidak berbicara, karena mereka tahu masih ada yang ingin disampaikan Wira."Dulu, aku pernah berpikir untuk menguasai satu provinsi sendiri, tapi kalau kita makin kuat, ada banyak orang yang akan khawatir dan takut kepada kita. Kita sudah berusaha menurut, tapi masih ada orang yang takut juga. Jadi, daripada dicelakai mereka, lebih baik kita menguasai satu tempat saja. Meskipun nggak besar, sudah cukup
"Tuan Wira, kami pasti akan melaksanakannya dengan baik!"Setelah itu, Wira menatap ke arah Putro. "Kak Putro, kita akan mendirikan sekolah swasta di Provinsi Lowala agar pria dan wanita bisa belajar dengan gratis. Apa Anda dan Fabrian bersedia bertanggung jawab untuk sekolah ini?"Setelah Wira selesai mengatakan itu, Putro tidak merasa ragu-ragu. Bukan hanya Putro, guru-guru lainnya juga merasa sangat senang. Yang paling mereka sukai adalah mendidik masyarakat."Nggak masalah!""Kak Wira, kamu tenang saja!"Putro dan Fabrian tersenyum dan segera menganggukkan kepalanya."Biantara, kamu tetap lanjutkan operasi jaringan mata-mata. Selain itu, kita juga harus menempatkan mata-mata kita di Provinsi Lowala dan harus laporkan setiap tindakan mereka." Setelah mendengar perkataan Wira, Biantara juga menganggukkan kepalanya tanpa ragu-ragu."Selain itu, sebarkan informasi bahwa pajak di Provinsi Lowala hanya 10%, 90% menjadi milik pribadi masing-masing. Semua orang didukung untuk bertani dan b
Ekonomi harus berkembang, tetapi kekuatan tempur tentu saja juga harus berkembang. Sekarang, dia ingin membuat sebuah tank yang tidak perlu bisa bergerak, tank besar yang hanya perlu bisa menampung tujuh hingga delapan orang. Dia akan menempatkan pasukannya ke dalam tank itu untuk menjaga kota. Tujuh hingga delapan orang dengan senapan saja sudah cukup untuk membuat banyak orang tak berdaya.Wira tentu saja juga sudah mempertimbangkan masalah penglihatan pasukan di dalamnya. Dia akan menggunakan kaca yang tebal. Jika satu lapis tidak cukup, maka dia akan menambahkannya hingga berlapis-lapis. Pokoknya, selama bisa menahan pukulan dari batu besar. Selain itu, kacanya juga tidak perlu terlalu besar, cukup sebesar kepala orang agar bisa menargetkan lawan dengan tepat.Lubang lainnya di tank itu untuk menembak lawan, juga hanya perlu sebesar kepalan tangan agar senapan bisa menembak lawan. Dengan cara ini, tujuh hingga delapan pasukannya bisa membawa ribuan peluru di dalam tank itu. Pada sa
Dari segi makanan, Ciputra sudah pernah mencoba hot pot dan panggangan, dia tentu saja tidak terlalu terkejut. Namun, dia terkejut dengan bumbu hot pot itu. Setelah tahu itu adalah bumbu untuk makan hot pot, dia mulai memikirkan untuk menjualnya.Selain itu, Ciputra dan Farrel juga terkejut dengan cake. Setelah mencicipi cake itu satu suap, mereka langsung terkejut karena ada kue yang begitu lembut. Lapisan krim mentega di atasnya langsung meleleh di mulut. Berbagai bakso sapi, bakso ikan, bakso ayam, dan yang lainnya juga membuat mereka berseru nikmat.Selain makanan, Wira juga membawa Ciputra dan Farrel untuk melihat sepeda, troli kecil, dan yang lainnya. Dia bahkan mendemonstrasikannya sendiri."Sepeda ini nggak butuh kuda. Memang terlihat lambat, tapi nggak masalah untuk menempuh ratusan meter dalam sehari. Ini bisa memudahkan perjalanan masyarakat!" kata Wira sambil mendemonstrasikannya sendiri.Melihat Wira yang mengemudi sepeda dengan cepat, Ciputra makin terkejut. Hanya saja, b
Setelah Wira mengatakan itu, Ciputra menghela napas. Hal itu memang seperti yang dikatakan Wira, ayahnya memang merasa tidak senang. Namun kalaupun hal ini diceritakan, lantas apa yang bisa dilakukan? Hal itu sudah berlalu. Saat ini, bukan hal ini yang harus dipikirkan, melainkan perkembangan Kerajaan Ahola dan bagaimana memperbaiki hubungan mereka dengan Wira. Bagaimanapun juga, kali ini ayahnya sudah menyinggung Wira. Meskipun Wira tidak berbicara, Ciputra juga bisa memahaminya. Wira memang sengaja menguji sifat mereka, tetapi Keluarga Barus tidak lulus ujian itu.Sejak kekuasaan Raja Bakir, Wira sudah berkali-kali membantu Keluarga Barus dengan saran dan strateginya. Bisa dibilang, jika tidak ada Wira, Keluarga Barus tidak akan sukses. Begitu juga dengan kejadian kali ini. Yang ditakuti Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel bukan Keluarga Barus, melainkan Wira. Jika tidak, Keluarga Juwanto juga tidak akan berencana menghancurkan hubungan mereka. Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel men
Sudah wajar jika bertempur, justru tidak bertempur yang tidak wajar. Mengenai hal ini, Wira tidak memiliki banyak pikiran dan juga waktu untuk memperhatikannya. Singkatnya, dia akan melangkah sambil melihat bagaimana keadaannya."Jangan terlalu khawatir, cukup nikmati saat ini saja," kata Wira sambil melambaikan tangannya dan tersenyum dengan tenang."Kak Wira ini begitu tenang, aku benar-benar kagum!" Setelah mengatakan itu, Ciputra juga berniat untuk pergi."Kak Wira, kalau suatu hari, Keluarga Barus benar-benar mencoba untuk menguasai dunia, aku bersumpah nggak akan menyerangmu. Provinsi Lowala akan menjadi milikmu selamanya!"Setelah mengatakan itu, Ciputra langsung pergi. Perkataannya itu mengandung perasaan bersalah dan tentu saja merasa tak berdaya juga. Dia merasa bersalah karena tindakan ayahnya kepada Wira dan perasaan tak berdayanya karena kemampuan Wira.Meskipun Ciputra berbicara seperti itu, Provinsi Lowala juga bukan sesuatu yang bisa dia berikan atau dapatkan sesukanya.
Orang itu segera menangkupkan tangan dan menyahut, "Tuan Wira sudah tiba di selatan. Beliau secara khusus mengirim kami untuk membantu, terutama karena khawatir pihak Desa Riwut menempatkan mata-mata di pasukanmu. Kalau itu terjadi, tentu akan sangat menyulitkan pergerakanmu."Mendengar kata-kata itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia merasa sangat terharu. Tak disangka, Wira berpikir sejauh ini untuknya.Setelah terdiam sesaat, Adjie bertanya dengan suara rendah, "Berapa banyak orang yang datang bersama kalian kali ini? Apakah ada orang luar yang melihat kalian?"Meskipun Adjie telah mengirim sebagian besar anak buahnya untuk berjaga di sekitar saluran air, di sekitar perkemahannya masih ada cukup banyak orang. Terlebih lagi, pihak musuh juga terus mengawasinya, dia khawatir keberadaan pasukan bantuan ini ketahuan."Jangan khawatir, Jenderal. Orang-orang yang mengawasi tadi sudah kami tangani. Sekarang, yang berada di luar semuanya adalah orang-orang kita sendiri. Kami
Mendengar kata-kata itu, semua orang termangu sesaat. Menurut mereka, yang dikatakan Wira masuk akal juga. Namun, bagaimana mungkin mereka tahu Wira akan mengirim pasukan untuk menyerang Pulau Hulu?Saat beberapa orang masih diliputi kebingungan, mereka tiba-tiba teringat pada Adjie yang berada di dalam wilayah tersebut. Seketika, wajah mereka berseri-seri. Sebelumnya, mereka sangat penasaran. Namun, tampaknya jawabannya sudah jelas. Adjie adalah kuncinya.Banyak di antara mereka yang langsung merasa yakin. Pada saat itu, beberapa orang tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, mengirim Adjie ke sana memang pilihan yang tepat. Dengan begini, kita nggak akan sepenuhnya berada dalam posisi yang pasif."Mendengar hal ini, semua orang tersenyum. Namun, Wira berbicara dengan suara pelan, "Saat ini, sebaiknya kita jangan terlalu percaya diri. Kita harus ingat bahwa keadaan bisa berubah kapan saja. Untuk sekarang, kita tunggu saja kabar dari Adjie."Mendengar kata-kata itu, mereka kembali termenu
Hayam memang seorang ahli dalam intelijen dan pembunuhan. Jelas sekali, dia sudah memahami informasi ini dengan sangat baik. Sambil tersenyum, dia berkata dengan suara pelan, "Sebelumnya kami sudah menyelidiki semuanya. Dari sudut pandang strategis, target utama yang harus kita amankan lebih dulu adalah bagian timur, selatan, dan utara Pulau Hulu.""Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, ditambah dengan bukti yang diberikan oleh Adjie, sekarang sudah jelas bahwa wilayah selatan dikuasai oleh Guntur. Dia dulunya adalah orang nomor dua di Desa Riwut. Tapi sejak Adjie tiba di sana, dia turun menjadi orang nomor tiga."Mendengar ini, semua orang tidak bisa menahan tawa. Tak perlu dipikir panjang, jelas bahwa Adjie pasti menggunakan kekuatan untuk merebut posisinya.Wira pun tersenyum geli. Dia tahu bahwa Adjie dan orang-orangnya sangat kuat. Adjie bukan hanya unggul dalam strategi, tetapi juga dalam pertarungan. Jika tidak, saat melakukan penyergapan terhadap kavaleri pasukan utara, W
Mendengar hal itu, Wira mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, ini akan lebih mudah bagi kita. Berapa jauh lagi jarak dari sini ke Pulau Hulu?"Hayam yang berdiri di samping segera maju dan menyahut, "Sekarang jaraknya tinggal beberapa ratus meter. Nggak jauh lagi. Sebelumnya, aku sudah mengirim mata-mata dan ternyata pasukan utara nggak menempatkan pengintai sama sekali."Mendengar ini, Wira sedikit terkejut. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa pasukan utara tidak menugaskan mata-mata di tempat yang sedekat ini. Dalam hati, dia merasa cukup heran dengan situasi ini.Seolah-olah mengerti apa yang ada di benaknya, Hayam tersenyum sebelum berkata, "Tadinya kami juga merasa aneh, tapi sekarang tampaknya semuanya mulai masuk akal. Yang paling penting bagi kita sekarang adalah memastikan kita bisa menangani orang-orang ini. Tapi, yang lebih menarik adalah kami menemukan orang-orang dari Desa Riwut."Wira terkejut. Dia tidak menyangka orang Desa
Selain itu, Pasukan Harimau yang melakukan perjalanan jauh dengan kecepatan tinggi tetap menjaga formasi tanpa ada tanda-tanda kekacauan.Hayam,yang sudah lebih dulu menerima kabar pun tersenyum tipis. Dia langsung berdiri di depan dan menangkupkan tangan, lalu berkata, "Jenderal Arhan, akhirnya kalian sampai. Nggak ada kendala selama perjalanan, 'kan?"Arhan juga menangkupkan tangan, lalu tersenyum dan menyahut, "Tentu saja nggak ada. Tuan Wira ada di belakang, sepertinya juga akan segera tiba."Sejujurnya, Arhan cukup mengagumi Hayam. Bukan hanya karena orang ini berani dan teliti, tetapi juga karena dia mengendalikan pusat Paviliun Langit dan sangat dipercaya oleh Wira.Biasanya, orang yang sudah berada di posisi tinggi akan lebih berhati-hati dalam membuat kontribusi. Namun, Hayam bukan tipe orang seperti itu. Meskipun sudah memiliki kedudukan tinggi, dia masih ingin terus maju.Beberapa saat kemudian, seolah-olah teringat sesuatu, Hayam terkekeh-kekeh dan berujar, "Tadi aku sempat
Mendengar perkataan itu, mata-mata itu tertegun sejenak. Dia memang meragukan identitas Adjie karena pria ini terlihat begitu berwibawa dan sama sekali tidak seperti seorang perampok.Melihat mata-mata itu ragu, anak buah Adjie langsung menendang mata-mata itu dan berkata dengan dingin, "Kenapa masih bengong? Cepat keluarkan suratnya."Setelah tertegun sejenak, mata-mata itu akhirnya mengeluarkan suratnya.Setelah membaca isi surat itu, Adjie berkata dengan pelan, "Habisi dia, jangan tinggalkan jejak."Ekspresi mata-mata itu langsung berubah karena dia benar-benar tidak menyangka Adjie ternyata begitu kejam. Dia langsung berlutut dan memohon ampun.Namun, anak buah Adjie tidak peduli dan langsung menyeret mata-mata itu pergi.Beberapa saat kemudian, Adjie pun menghela napas. Dia tidak menyangka pasukan utara ternyata berniat untuk bersekutu dengan Desa Riwut. Namun, setelah berpikir sejenak, dia langsung memahami tujuan mereka yang hanya ingin memanfaatkan perampok Desa Riwut untuk men
Tepat saat Adjie hendak pergi melihat keadaannya, salah satu anak buahnya yang bertugas berjaga di luar tiba-tiba berlari mendekat dan berkata, "Bos, kami menemukan ada mata-mata dari pasukan utara di depan, haruskah kita menangkapnya?"Adjie tertegun sejenak saat mendengar ada mata-mata, lalu bertanya-tanya apakah pasukan utara berniat mengirim mata-mata untuk menyelidiki keadaan di sini. Dia bertanya dengan pelan, "Mereka mengirim berapa banyak mata-mata?"Saat sedang berperang, jumlah mata-mata yang dikirim selalu berbeda. Jika untuk membawa laporan militer yang sangat mendesak, biasanya mata-mata yang dikirim akan beberapa orang sekaligus untuk memastikan pesannya bisa sampai ke tangan pemimpin tepat waktu.Anak buah itu tertegun sejenak, lalu berkata, "Hanya satu orang."Adjie tersenyum, tetapi dia juga merasa bingung saat mendengar mata-matanya hanya satu. Jangan-jangan ini hanya mata-mata biasa? Memikirkan hal itu, dia berkata dengan pelan, "Bawa dia ke hadapanku, cepat!""Siap!
Melihat Zaki yang kembali tenang, Darsa langsung menghela napas lega. Situasi seperti ini memang cukup merepotkan, tetapi dia juga tidak menyangka kekuatan lawan benar-benar begitu hebat. Mereka bahkan berhasil mengalahkan pasukan besar Zaki dan juga mencuri kuda yang ditinggalkan. Memikirkan hal ini, dia kembali menghela napas karena malu.Setelah kembali ke tenda, Zaki yang kehilangan selera makannya langsung mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Tuan Darsa, cepat katakan, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Joko yang berdiri di samping tetap tidak berbicara, tetapi ekspresinya terlihat penuh dengan harapan. Menurutnya, jika Darsa sudah berani berkata seperti ini, berarti Darsa pasti sudah memiliki solusinya.Melihat kedua orang ini menaruh harapan besar padanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Sebenarnya masalah ini mudah saja, hanya saja agak merepotkan. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kita harus mengirim orang bernegosiasi dengan para perampok di Desa Riwut dulu. Kal
Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan