Apalagi, Sigra juga mendapatkan Provinsi Sebra yang merupakan markas besar Keluarga Juwanto.Pada saat ini, setelah meninggalkan pasukan penjaga, Ciputra juga kembali ke ibu kota. Dia melaporkan tentang situasi pertempuran dan kehilangan dua ratus ribu pasukan. Namun, Prabu tidak tewas dalam pertempuran, malah melarikan diri menuju ke arah Kerajaan Nuala."Setelah pertempuran ini, Keluarga Juwanto nggak akan bisa bangkit kembali! Tapi ... mereka sudah pergi ke perbatasan Kerajaan Nuala. Hal ini ... sungguh ... memusingkan!" Ekspresi Sigra menjadi sangat muram.Mendengar perkataan itu, Ciputra menarik napas dalam-dalam dan tiba-tiba muncul sebuah pemikiran aneh di hatinya. "Ayahanda, menurut Anda ... apa Wira sudah memperhitungkan hal ini sejak awal?"Begitu mendengar pertanyaan itu, Sigra dan Farrel terkejut, terutama Sigra yang juga merasa seperti itu. Dia bergumam, "Kalau Wira sudah memperhitungkan hal ini sejak awal ... berarti perhitungannya ini terlalu kejam!"Saat terkejut, tatap
Masalah sudah sampai seperti ini sehingga tidak ada gunanya membahas siapa yang salah lagi. Kumar adalah orang yang berlapang dada. Meskipun kalah, bukan berarti mereka rugi sepenuhnya. Setidaknya, mereka masih memiliki 40.000 pasukan.Sebelum pergi, mereka juga mengambil banyak harta Keluarga Juwanto sehingga masih ada peluang untuk bangkit kembali, meskipun tidak akan semudah itu."Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang? Ini adalah wilayah Kerajaan Nuala. Mungkin mereka sudah tahu kalau kita menyerang wilayah mereka. Kalau Yudha memimpin 60.000 pasukan kemari, takutnya kita nggak bisa melawan! Kita sudah pasti mati kalau Kerajaan Nuala bekerja sama dengan Keluarga Barus!" ucap Prabu dengan panik. Terlihat kecemasan pada tatapannya.Mendengar ini, Kumar menarik napas dalam-dalam dan menyahut, "Sepertinya, satu-satunya cara untuk sekarang adalah bergabung dengan Kerajaan Nuala."....Pada saat yang sama, Jihan sedang berada di kamar tidurnya. Tiba-tiba, Saiqa masuk dan membawa Yudh
Keluarga Juwanto tidak akan bisa mempertahankan wilayah tersebut. Mendengar ini, Yudha pun bertanya, "Yang Mulia, apa pendapat Anda?"Maksud Yudha tentu saja apakah Jihan akan menerima Keluarga Juwanto atau melenyapkan mereka. Selain kedua ini, tidak ada pilihan lain lagi.Jihan tersenyum sambil berucap, "Keluarga Juwanto akan mencari kita untuk bernegosiasi. Mungkin, surat mereka sudah dalam perjalanan kemari."Begitu ucapan ini dilontarkan, seorang pelayan wanita berjalan masuk dan melapor, "Yang Mulia, ada surat rahasia!"Saiqa yang mendengar ini pun mengambilnya, lalu menyerahkannya kepada Jihan. Begitu melihatnya, Jihan terkekeh-kekeh dan berkata, "Lihat, Keluarga Juwanto memilih untuk bergabung dengan kita."Yudha bertanya, "Keluarga Juwanto sangat ambisius. Jika membiarkan mereka berada di sini, apa akan timbul masalah?"Jihan mengangguk sambil menyahut, "Jika dalam situasi normal, aku pasti sudah menghabisi mereka. Keluarga Juwanto memang penyebab kekacauan ini, tapi ... nggak
Wira cukup memiliki kesan baik terhadap Yahya. Ketika dia berada di Kerajaan Nuala, Yahya yang bersikap paling ramah padanya. Kecerdasan Yahya pun membuatnya takjub!Yahya baru berusia 10 tahun, tetapi kecerdasannya melampaui anak-anak seusianya. Sayangnya, Raja Bakir malah diracuni oleh Keluarga Juwanto. Jika tidak, Yahya mungkin bisa menjadi penguasa hebat."Siapkan kediaman, bawa mereka kemari. Aku ingin menemui Yahya," perintah Wira.Di sisi lain, Yahya, Alina, dan beberapa pelayan yang mengikuti mereka merasa sangat gugup. Alina menatap Yahya sambil bertanya dengan cemas, "Yahya ... kita berada di wilayah kekuasaan Wira. Apa dia akan membunuh kita?"Yahya menggeleng sembari menjawab, "Nggak akan, Guru orang paling baik dan ramah di dunia ini.""Wira ... baik dan ramah?" tanya Alina dengan heran. Bagaimana bisa Yahya menilai Wira seperti itu?"Ya, tenang saja, Ibu. Guru nggak akan melukai kita. Di Provinsi Lowala ini, kita mungkin bisa hidup tenang tanpa terlibat dalam perebutan ta
"Silakan duduk," ucap Wira sambil melirik Alina sekilas."Tuan Wira nggak perlu begitu sungkan denganku lagi. Panggil saja aku Kak Alina," ujar Alina. Yahya sudah tidak berniat untuk menguasai dunia, jadi untuk apa status selir agung ini?"Hehe, baiklah. Aku sudah menyiapkan pesta penyambutan untuk kalian," sahut Wira. Mereka mulai makan setelah semuanya duduk.Ini pertama kalinya Alina dan Yahya memakan makanan selezat ini. Keduanya merasa sangat takjub, bahkan merasa sangat gembira selama makan."Yahya, kediaman ini hadiah untukmu. Tempat ini akan menjadi rumahmu. Omong-omong, apa kamu sudah punya rencana?" tanya Wira.Yahya tersenyum sambil menimpali, "Awalnya belum ada rencana, tapi sekarang sudah ada."Wira pun tertegun mendengarnya. Dia menjadi penasaran sehingga bertanya, "Apa rencanamu?""Aku ingin mengikuti Guru berbisnis," sahut Yahya. Dia tentu harus punya cara untuk melangsungkan hidup. Dengan otak cerdasnya, dia pasti cocok menjadi seorang pebisnis.Wira tertawa terbahak-b
Setelah Kumar mengatakan semua ini, Jihan pun menyipitkan matanya tersenyum. Kini, dia telah memahami maksud Kumar. Meskipun demikian, dia tetap bertanya, "Kumar, menurutmu, kenapa aku harus memberimu jabatan? Kalau tebakanku nggak salah, kematian mendiang Raja Bakir berkaitan dengan Keluarga Juwanto, 'kan?"Begitu mendengarnya, Kumar menarik napas dalam-dalam dan menyahut, "Yang Mulia, sebelumnya saya memang bersalah. Tapi, sekarang Keluarga Barus menjadi makin kuat karena merebut wilayah kami!""Yang Mulia, saya tahu Anda membenci kami. Tapi, harus diakui bahwa pasukan Keluarga Juwanto ini sangatlah penting bagi Kerajaan Nuala. Anda memang akan senang kalau membunuh kami. Tapi, bukankah Keluarga Barus akan lebih senang lagi?" jelas Kumar buru-buru.Jihan pun tidak membalas karena dia memang memahami semua ini. Kemudian, Kumar melanjutkan, "Yang Mulia, mari kita bekerja sama. Keluarga Juwanto bersedia membantu Anda mempertahankan Kerajaan Nuala. Kita bahkan punya peluang untuk menguas
Dengan ada Yudha yang menjaga Kota Kailo, Jihan tentu saja merasa sangat yakin bisa mengendalikan situasinya. Lagi pula, Kerajaan Nuala memiliki 80 ribu pasukan elite dan Prabu hanya memiliki 40 ribu pasukan, bagaimana mungkin Prabu bisa membuat keributan. Bisa dibilang, Kumar sangat cerdik juga karena memahami hal ini dan mengatakan isi hatinya.Pada saat ini, Jihan berkata, "Kumar, apa ini nggak menyulitkanmu?"Kumar buru-buru berkata, "Nggak, nggak menyulitkan saya. Ini adalah kehormatan bagi saya!"Setelah mendengar perkataan itu, Jihan mengerti, lalu berkata, "Kumar, aku mengerti maksudmu! Aku juga setuju dengan permintaanmu. Mulai besok, Prabu akan menjadi Jenderal di perbatasan! Mengenaimu ... aku masih belum memikirkannya, tapi aku akan memberimu sebuah jawaban."Kumar menarik napas dalam-dalam. Meskipun merasa muram, dia hanya bisa menahannya. "Saya mengerti!"Jihan juga bisa melihat Kumar merasa tidak puas dan berkata, "Kumar, aku berjanji. Asalkan Keluarga Juwanto membantuk
Yudha sudah memikirkan banyak orang di hatinya, tetapi dia akhirnya tahu harus menyuruh siapa untuk mengawasi Kumar."Penasihat kiri, Kemal!"Yudha sangat mengagumi Kemal. Pria itu mencintai Kerajaan Nuala, tentu saja akan memikirkan semuanya demi Kerajaan Nuala. Dia berbeda dengan penasihat kanan yang hanya akan memikirkan bagaimana memperbesar kekuasaannya sendiri. Semua keputusan penasihat kanan terdengar sungguh konyol. Penasihat kanan itu bahkan menghancurkan karier Wira hanya demi keuntungannya sendiri. Pada akhirnya, semua ini tentu saja karena pemikiran Raja Bakir yang dangkal juga. Hanya demi mendapatkan pujian, tindakan penasihat kanan ini sungguh tidak ada batasannya.Namun, Kemal berbeda. Pada saat itu, demi hal ini dan dirinya, dia memberikan banyak saran kepada Raja Bakir. Meskipun mendapat teguran, dia tetap teguh pada pendiriannya. Inilah kesadaran yang harus dimiliki oleh seorang menteri istana.Mendengar perkataan itu, Jihan terkejut dan tersenyum sekilas."Bagus juga
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m