Yudha tahu Farrel masih sedang mengujinya. Wanita ini memang sangat licik sehingga dia harus menanggapi dengan hati-hati."Ya, mungkin akan seperti itu. Sayangnya, aku nggak tertarik dengan hal-hal seperti ini," ujar Yudha.Farrel pun merasa bingung mendengarnya. Dia bertanya, "Yudha, apa maksudmu?"Barusan pria ini bilang ingin menjadi pejabat paling berkuasa di Kerajaan Nuala, tetapi sekarang bilang tidak tertarik?Yudha langsung menjelaskan, "Kamu seharusnya tahu kondisiku. Raja Bakir telah wafat, tugasku yang sekarang hanya menjamin keluargaku hidup dengan tenang. Jadi, aku nggak tertarik dengan hal lain.""Jujur, aku memimpin pasukan untuk menyingkirkan Keluarga Juwanto hanya karena wasiat ayahku. Ayahku nggak ingin melihat Kerajaan Nuala hancur. Karena aku masih mampu, aku tentu nggak bisa diam begitu saja. Tapi, setelah masalah ini berakhir, aku lebih memilih untuk berdiam di rumah," jelas Yudha.Tebersit kesedihan pada sorot mata Yudha saat berbicara. Dia telah berjanji pada Ra
Farrel memperhatikan perubahan ekspresi Yudha. Sesudah termangu sesaat, dia segera bertanya, "Apa isi surat itu?"Yudha meletakkan surat itu, lalu tersenyum sambil menjawab, "Aku sudah punya cara supaya Kumar menyerah!"Farrel terkejut mendengarnya. Dia buru-buru bertanya lagi, "Cara apa?""Kamu sudah tahu tentang kejadian di Provinsi Suntra, 'kan?" tanya Yudha balik.Farrel sontak tercengang. Dia langsung memahami maksud Yudha. "Maksudmu Wira? Jangan-jangan Prabu sudah kalah?"Farrel memercayai kehebatan Wira, tetapi baru satu hari berlalu. Sulit untuk dipercaya jika Wira telah berhasil mengalahkan Prabu!Bagaimanapun, Farrel tahu seberapa hebatnya Keluarga Juwanto. Meskipun Prabu hanya membawa 30.000 tentara, kekuatan mereka sudah cukup untuk mengalahkan 60.000 tentara!Lantas, masa Wira sudah berhasil mengalahkan mereka dalam satu hari? Dari mana dia mendapatkan pasukan sebanyak itu?Yudha mengangguk sambil menjelaskan, "Tuan Wahyudi memang luar biasa. Hanya dalam sehari, dia sudah
Baru satu hari saja sudah kalah? Bahkan jika pasrah dibantai pun tidak mungkin bisa kalah dalam satu hari. Apalagi, Wira mana ada pasukan sebanyak itu?"Jangan-jangan Wira punya pasukan rahasia? Kalau mau mengalahkan 30 ribu pasukan keluarga Juwanto dalam sehari, setidaknya dia harus punya 50 ribu pasukan! Mana mungkin dia punya pasukan sebanyak itu?" tanya Sigra buru-buru.Mendengarnya, Farrel menggelengkan kepalanya. "Wira tidak mungkin punya pasukan sebanyak itu. Menurutku, dia pasti meminjam kekuatan dari Monoma."Sigra mengangguk mendengar analisis Farrel. "Sepertinya memang begitu. Tapi, aku tetap nggak bisa percaya dia berhasil mengalahkan Prabu .... Orang ini pasti punya kemampuan yang luar biasa. Alangkah bagusnya kalau Keluarga Barus bisa mempekerjakannya!"Farrel hanya tersenyum. "Ayah tenang saja. Wira berteman baik denganku, kita nggak akan jadi musuhnya kelak!"Sigra menatap putrinya lekat-lekat sebelum berkata, "Masih belum cukup kalau hanya berteman baik. Lumayan juga k
Di tengah hutan belantara, Prabu membawa sisa pasukannya yang telah kalah, menelusuri jalan setapak untuk melarikan diri. Prabu menunggangi kudanya untuk memimpin jalan, sementara sekelompok bawahannya mengikuti dari belakang dengan cepat.Wakil jenderal Prabu yang berada di sampingnya, berkata dengan suara berat, "Tuan, bagaimana kita sekarang ini? Kita harus ke mana sekarang?"Wajah Prabu dipenuhi debu, dia tampak kotor dan sangat mengenaskan. Setelah melihat di sekeliling dan ragu cukup lama, dia baru memilih sebuah jalan. "Ke arah sini!"Para bawahan yang mengikutinya juga ikut menyusul. Wakil jenderal Prabu malah merasa ragu-ragu, lantas dia bertanya dengan suara pelan, "Tuan, kita sudah nggak ada jalan keluar lagi sekarang. Apa yang harus kita lakukan ...."Ekspresi Prabu tampak kecut saat mendengar ucapannya. Dengan ragu-ragu, dia baru berkata, "Mungkin sudah saatnya kita tunjukkan senjata pamungkas kita."Wakil jenderal itu langsung tertegun sejenak, dia berkata dengan gugup, "
Prabu melahap daging kelinci itu seakan-akan menganggapnya adalah Wira. Melihat Prabu yang akhirnya mau makan, wakil jenderal itu juga merasa gembira. Kemudian, dia sendiri juga mulai makan dengan lahap. Dalam beberapa hari ini, mereka selalu dalam suasana hati yang tegang. Setelah mulai rileks sejenak, wakil jenderal itu juga langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk beristirahat dengan baik.Namun pada saat ini, Prabu tiba-tiba mendengar suara sayup-sayup dari kejauhan. Wajah Prabu tiba-tiba menjadi semakin serius. Dengan tatapan dingin, dia mulai memandang ke kejauhan. Sambil memantau suasana, dia memberi isyarat pada semua orang di belakangnya untuk tetap iam.Semua orang berdiri di samping Prabu dan melihat ke semak-semak di kejauhan dengan waspada. Mereka terus merasa ada sesuatu yang bersembunyi di balik semak-semak itu. Dengan dahi yang bercucuran keringat dan napas terengah-engah, Prabu mengambil busur panahnya dan membidik ke arah semak belukar itu.Tiba-tiba, suara sayup-sa
Begitu mendengar perintah Yudha, para pemanah itu pun mengambil posisi. Seketika, anak panah yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan ke arah Prabu. Prabu tercengang melihat adegan itu. Dia hanya bisa berusaha untuk menghindari anak panah itu. Seribu orang pasukannya baru saja lolos dari perang besar dan sudah berjalan seharian. Kini malah masih harus menghadapi serangan Yudha, ini benar-benar sulit dihadapi!Prabu sangat sakit hati melihat banyak sekali pasukannya yang gugur saat ini. Dia hendak melarikan diri, tetapi juga kesulitan karena dikepung oleh 10 ribu pasukan. Sama sekali tidak ada celah baginya untuk kabur.Melihat hal ini, Yudha kembali melambaikan tangannya untuk memerintahkan pasukannya menyerang. Pembantaian secara sepihak ini membuat pasukan Yudha berguguran. Hanya dalam waktu 10 menit, pasukan yang tersisa tinggal belasan orang. Yudha menginstruksikan bawahannya untuk mengepung mereka."Prabu, menyerahlah. Kalian nggak akan bisa kabur lagi."Prabu sama sekali tidak bi
Yudha menggelengkan kepalanya. "Entah kenapa, rasanya Prabu agak mencurigakan.""Mencurigakan?" tanya wakil jenderal itu karena tidak mengerti ucapan Yudha."Benar, sepertinya ... dia terlalu tenang," balas Yudha.Wakil jenderal itu tersenyum saat mendengar ucapan Yudha. "Jenderal, sepertinya Anda terlalu banyak khawatir. Dia sudah terperangkap sekarang, tentu saja jadi lebih tenang. Mungkin saja juga dia sudah putus asa. Provinsi Sebra juga sudah di tangan kita. Selain putus asa, dia juga sepertinya tidak bisa merasakan perasaan lain lagi."Wakil jenderal itu merasa tidak perlu khawatir berlebihan karena situasi saat ini sudah buntu bagi Prabu. Mana mungkin lagi pria itu bisa melakukan apa pun? Baginya, Prabu saat ini sudah kehilangan arah tanpa kekuasaan, dia hanya sekadar bertahan hidup saja.Namun, pemikirannya ini malah disangkal Yudha, "Meski tidak sering bertemu dengan Prabu, aku sangat paham dengan kepribadian orang ini. Dia tidak akan menyerah begitu saja! Sekarang dia kelihat
Sigra menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Yudha. Lagi pula, dengan 10 ribu pasukan melawan seribu pasukan, bahkan Sigra sekalipun bisa menangkap Prabu. Jadi, Sigra beranggapan bahwa Prabu ditangkap adalah hal yang sudah pasti.Farrel mengedipkan matanya sekilas, dia juga tampak setuju dengan pendapat ayahnya. Sejak kecil, Yudha selalu mengikuti Dirga. Tentu saja dia sudah banyak melihat sendiri dan merasakan sekian banyaknya pertempuran. Yudha adalah bakat jenderal genius yang langka. Menangkap Prabu tentu bukan hal yang sulit baginya. Dengan pemikiran seperti itu, Farrel juga merasa lebih tenang.Pada saat ini, Kumar telah kembali ke rumahnya. Gibran dan Fahlefa bertanya dengan gugup, "Ayah, apakah Kakak benar-benar sudah kalah?"Kumar menghela napas dengan tatapan dingin. "Meski aku nggak tahu bagaimana Prabu bisa kalah, sepertinya memang seperti itu kenyataannya."Kedua bersaudara itu langsung tampak muram saat mendengar perkataan ayahnya. "Ini ... bagaimana kita sekarang, Ayah? Di
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m