Share

Bab 10

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-24 22:19:27
"Apa katamu!?"

Deg.

Nora tersentak. Tubuhnya menegang kaku. Dengan cepat ia menoleh ke arah pintu.

Saat telah melihat siapa yang berada di dekat pintu, matanya membulat ketika melihat orang yang ia kenali tengah berdiri di sana.

Perlahan Nora menetralkan napasnya. Lalu, berjalan pelan menuju ke arah pintu.

"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya.

Saat mendengar suara Nora, sontak saja dua orang yang tengah asyik berdebat seketika terhenti. Mereka dengan serempak melihat pada Nora.

"Nyonya!" seru mereka berdua.

"Sstt!" Nora menempelkan jari telunjuknya di bibir. Ia memberi kode agar mereka berdua masuk ke dalam kamar.

Setelah menengok ke sekeliling memastikan keadaan telah aman, mereka segera mengikuti perintah Nora.

Klek!

Nora menutup pintu dan menguntungkan. Setelah memasuki kamar, dua orang yang ikut masuk menghela napas lega. Mereka juga melepaskan masker yang menutupi wajah.

"Syukurlah kami tak ketahuan Nyonya," ucap salah satu dari dua orang berjenis kelamin la
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 11

    Seketika, mereka bertiga menegang saat mendengar suara Gian dari luar. Meski panik mereka tetap berusaha tidak menimbulkan suara. Nora memberikan kode agar Niel dan Zi bersembunyi, sementara Nora segera berjalan menuju pintu. Klek! Nora membuka kunci dan membuka pintunya sedikit. Terlihat Gian yang tengah berdiri di sana. Nora menyembulkan kepalanya melongok keluar. "Gian?" panggilnya. "Kau kenapa baby?" Gian yang hendak melangkah memasuki kamar di hentikan oleh Nora. "Jangan masuk dulu Gian! Em .... aku tengah membersihkan diri tadi dan belum sempat berganti baju." Nora beralasan. Gian justru menyeringai senang. "Baguslah aku akan masuk saja." Tubuhnya bergerak membuka pintu. Namun, Nora tetap menahannya. "E-eh! Gian tunggulah sebentar, kau tak ingin melihatku memakai lingerie merah di dalam lemari itu?" goda Nora dengan terpaksa. Matanya mengedip dengan genit. "Tenang saja, aku takkan melarikan diri seperti dalam pikiranmu itu," lanjutnya. Gian terdiam menimban

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 12

    "Cuih!" Gian meludahkan wine dari dalam mulutnya. Hal itu sontak membuat Nora tersentak. Dalam pikirannya, apakah Gian telah mengetahui ia mencampurkan sesuatu ke dalam wine yang diminumnya? Nora menatap Gian dengan pandangan bertanya yang di balas tatapan intens dari Gian. "Kenapa?" tanya Nora. Terdengar napas Gian memburu dengan dada naik turun seperti menahan sesuatu. Pria itu mengusap bibirnya yang terdapat sisa-sisa wine. "Aku sudah tak tahan," jawab Gian disertai suara geraman seakan menahan sesuatu. Nora mengernyitkan dahinya bingung. "Ayo!" Gian tiba-tiba saja menarik tangan Nora. Nora yang tak siap pun, tak bisa menghindari tangan Gian yang mencekal lengannya. Prah! Gelas di tangan Nora jatuh dan hancur menjadi kepingan kecil. Itu disebabkan oleh sentakan Gian yang menarik tangannya. "Apa maksudmu?!" tanya Nora panik. Gian tak menjawab dan langsung menyeret Nora memasuki kamar. Tanpa aba-aba dia menjatuhkan tubuh Nora di atas ranjang. Nora m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 13

    "Dor!" "Ah!" Tubuh Nora ambruk pada pelukan Kenzo. Saat melihat sebuah peluru akan meluncur mengenai Kenzo, refleks Nora berlari dan memeluk Kenzo guna melindungi pria itu dari tembakan yang diluncurkan. "Kenzo ..." lirih Nora dengan napas terputus-putus. 'Jangan ambil nyawaku dulu tuhan,' Nora berdoa dalam hati sebelum kegelapan merenggut kesadarannya. Tubuh Kenzo masih menegang karena terkejut akan adegan yang baru saja terjadi dihadapannya. Ia langsung mendekap erat tubuh Nora yang sudah ambruk tak sadarkan diri dalam pelukannya. "Nyonya!" teriak para anak buah Kenzo saat melihat sebuah peluru mengenai punggung Nora. Darah langsung merembes dari sana menembus kimono putih yang ia pakai. Pandangan Kenzo menajam dengan rahang mengeras. "Tangkap dia!" perintahnya pada para anak buahnya yang langsung dilaksanakan oleh mereka. "Nora!" panggil Kenzo. Tangan kanannya ia gunakan untuk menyangga dan tangan kirinya ia gunakan untuk meraih kepala Nora guna melihat wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 14

    Kenzo menahan napasnya saat melihat alat pendeteksi itu menunjukkan garis lurus. Kenzo segera memencet tombol pemanggil Dokter yang berada di tembok hingga berulang kali. "Nora!" panggil Kenzo dengan suara keras. Hingga menyebabkan Fatiya dan Adenna terkejut bukan main. Brak! Dokter muncul dari balik pintu dengan diikuti beberapa perawat. Mereka segera mengambil tindakan pada Nora. Tiiittt! Alat itu masih berbunyi nyaring yang menyebabkan suasana kian bertambah panik. "Dokter! Napas masih ada! Detak jantung melemah!" seru seorang perawat. Dokter pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya. "Pacu jantung pasien!" perintahnya. Mereka semua Segera bergerak untuk memacu detak jantung Nora yang kian melemah. "Ya tuhan," gumam Adenna. Sedangkan Fatiya masih terdiam. Ia masih belum mencerna hal yang terjadi dihadapannya. Kenzo meremas rambutnya gelisah. Matanya menatap tindakan para tenaga medis yang sedang tergesa-gesa namun tetap profesional. "Nadi pasien semakin melem

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 15

    "Mau bermain-main, hm?" Seketika semuanya menegang saat mendengar suara rendah Kenzo. Mereka semua tahu apa yang dimaksud oleh Kenzo. Perlahan Kenzo melangkah mendekati para anak buah Gian yang sudah sangat tegang. Raut pias sangat terlihat jelas dari wajah mereka. Kenzo masih terdiam selama beberapa detik untuk mengawasi ekspresi ketakutan yang di perlihatkan mereka semua. Tangan mereka diikat dan di gantung dengan rantai besi. Mereka yang berjumlah kurang lebih lima belas orang di jajarkan dalam satu barisan. Kenzo membalikkan badannya dan melangkah menuju sebuah lemari yang berisi berbagai macam alat untuk 'bermain' tersebut. Tangannya mengambil sebuah belati berukuran sedang tapi sangat tajam. Ia membawanya mendekati anak buah Gian kembali. "Bagaimana?" tanya Kenzo dengan tatapan tajam. Mereka semua menunduk. Tidak ada yang berani melihat Kenzo secara langsung. Nyali mereka ciut dalam sekejap. "Katakan!" bentak Kenzo membuat para anak buah Gian tersentak kaget. Tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 16

    "Aku ...." Kenzo menarik napasnya dalam-dalam. "Aku berhutang nyawa padamu. Maka dari itu, aku akan melindungimu sepenuhnya," katanya. Rasanya Nora ingin tertawa terbahak-bahak, mengejek dirinya sendiri. 'Kenapa bisa aku berpikir dia akan mengungkapkan rasa cinta? Rasanya itu hal yang mustahil. Aku saja yang terlalu percaya diri,' batin Nora. Sedangkan anggota keluarga yang lain tersenyum melihat hal itu. Mereka pikir Kenzo dan Nora akan menjadi suatu hubungan layaknya suami istri sungguhan meskipun mereka belum saling mencintai. "Maafkan aku .... Dan terima kasih," ucap Kenzo lagi. Nora hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Nora terkekeh dalam hati. Ke mana Kenzo yang dingin itu? "Air," pinta Nora. Dibanding mendengarkan Kenzo berkata manis, ia lebih menginginkan meminum air. Tenggorokannya terasa sangat kering saat ini. Dengan sigap Kenzo mengambil air yang berada di atas nakas. Pria itu menahan tubuh Nora dan membantu sang istr untuk minum. Setelah selesai, ia k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 17

    "Kakak!" teriak seseorang sembari berjalan mendekati Nora dengan ekspresi sedih. Orang itu langsung memeluk Nora. Dapat Nora rasakan orang itu menangis. "Kakak kenapa bisa seperti ini? Aku telah pulang dan ingin memberikan kakak kejutan dan kini justru aku yang terkejut melihat kondisi kakak." Benar. Nora tidak sedang bermimpi sekarang. Orang yang tengah memeluknya kini adalah Reyna, adiknya. Adik yang begitu jahat dan tega kepadanya di kehidupan sebelumnya. Meskipun merasakan Reyna tengah menangis, Nora tak bereaksi apa-apa. Ia hanya diam dan menunggu tangisan Reyna reda. Ia tak tahu Reyna tengah menangisi kondisinya sekarang, ataukah ada hal lain yang membuatnya bersedih. "Aku sangat merindukan kakak, setelah kita berpisah tiga tahun lamanya dan tidak bertemu sama sekali, sekarang aku bisa melihat kakak lagi. Tapi, aku sangat sedih melihat kakak seperti ini." Reyna terus menangis seolah sangat bersedih akan hal yang menimpa Nora. Suara tangisan Reyna yang keras membuat tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 18

    "Apakah ini keluarga ibu hamil bernama Reyna?" Deg. Pertanyaan suster itu membuat semua yang mendengar terkejut. Terutama Zafran dan Fatiya. "Maaf, maksud suster Reyna siapa?" tanya Fatiya. Meskipun tangannya sudah gemetar, ia mencoba untuk menenangkan diri. Wanita itu berjalan mendekati sang suster yang masih berdiri di ambang pintu. "Reyna Alesha, saat ini dia sedang berada di unit gawat darurat. Saya mendapati Nona Reyna tengah di lobi dan mengeluh pusing. Setelah beberapa saat Nona Reyna jatuh pingsan. Segera saya membawanya Ke UGD dengan dibantu dua orang perawat. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata Nona Reyna tengah mengandung dengan umur kandungan empat bulan," jelas suster itu panjang lebar. Fatiya mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh sang suster. Apakah benar? Ibu hamil yang di maksud adalah Reyna putrinya? Wanita setengah baya itu tak bisa berkata-kata setelah mendengar penjelasan dari suster. Zafran mendekat dan menyentuh pundak istrinya yang masih sanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 105

    "Hahaha!" Nora tertawa terbahak-bahak dengan menatap Reyna tajam. Ekspresi bengis terpampang jelas di wajah cantiknya. "Aku bahkan tak tahu apakah aku bisa benar-benar memaafkanmu, Reyna,"Di depan Reyna, Nora berdiri tegak. Gadis itu mengambil sebuah botol berisi racun di dalam saku jaketnya. Sorot mata Nora tampak dingin, seperti cahaya remang yang memantul di permukaan cairan berbahaya itu. Dia terlihat tak berperasaan, wajahnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam. "Minum ini, Reyna," perintahnya dengan suara datar, seolah mengabaikan rasa takut yang terpancar dari Reyna. "Jika kau memang menyesal, buktikan padaku."Reyna menatap botol itu, mulutnya terasa kering. "Kak, tolong… jangan lakukan ini!" ucapnya, suara penuh kepanikan. "Kita bisa menyelesaikannya dengan cara lain. Ingat Kak! Kita pernah menjadi saudara!"Nora mengangkat bahu, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Saudara? Aakah kau benar-benar percaya bahwa kita masih bisa menjadi saudara lagi setelah semua yang kau lak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 104

    Nora menatap ke arah hutan yang gelap, napasnya teratur namun penuh semangat. "Waktunya telah tiba. Kita tidak akan mundur. Kita harus menghadapi ini, Kenzo." "Ayo kita lakukan. Jika Reyna ada di sini, kita akan menemukannya."Nora merasakan getaran di sakunya. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Ayah di layar. Dengan sedikit keraguan, ia mengangkat telepon."Nora, kami semua mendukungmu," suara Ayahnya terdengar tenang namun tegas, "Reyna telah melampaui batas. Dia tidak hanya mengkhianati kita, tapi juga merusak kehormatan keluarga. Kau tahu apa yang harus dilakukan."Suara Bundanya kemudian terdengar, lembut namun penuh kepastian, "Kami percaya padamu, Nak. Ini bukan lagi soal pribadi, tapi soal keluarga. Jika kau ragu, ingatlah betapa Reyna telah membuat kita terluka."Nora menggenggam ponselnya lebih erat, menghirup napas dalam-dalam, dan menatap Kenzo. "Ayah dan Bunda telah berbicara. Semua mendukung kita," katanya, matanya berbinar dengan tekad yang baru.Kenzo mengangg

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 103

    "Ken!" Nora menatap Kenzo yang juga tengah menatapnya saat ini. Gadis itu menyibak rambutnya yang berkeringat. Keheningan di dalam markas segera pecah menjadi sorakan kegembiraan. Para anggota mafia, yang sebelumnya tegang menyaksikan pertarungan, kini bersorak merayakan kemenangan Nora atas Gian. Suara tawa dan teriakan penuh semangat menggema di seluruh ruangan, menandakan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan musuh yang selama ini menjadi ancaman bagi mereka."Untuk Nyonya Nora!" teriak salah satu anggota, mengangkat senjata dengan penuh semangat. Suara tepuk tangan dan sorakan lainnya menyusul, menyebar dengan cepat seperti api. "Dia telah menyelamatkan kita semua!"Kenzo berdiri di samping Nora, wajahnya menampakkan kepuasan dan kebanggaan. Ia mengamati sekeliling, menyaksikan bagaimana para anggotanya merayakan keberhasilan itu. "Kita tidak boleh berpuas diri!”" Kenzo mengangkat suaranya di atas keributan. "Kemenangan ini bukanlah akhir. Masih ada tugas penting yang menunggu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 102

    "Mulai sekarang, kita bergerak. Temukan Reyna, hidup atau mati."Para anggota mafia mulai bergerak cepat, mengambil posisi dan menjalankan perintah. Nora berdiri di samping Kenzo, matanya bersinar penuh ambisi dan kebencian. Dalam hatinya, ia tahu ini adalah akhir dari perseteruannya dengan Reyna. Tapi kali ini, ia tidak hanya akan menang—ia akan memastikan Reyna tak pernah kembali.Ketegangan di dalam markas Kenzo tiba-tiba memuncak ketika suara deru mesin mobil dan suara langkah kaki berat terdengar mendekat. Pintu masuk utama dibuka dengan paksa, dan rombongan mafia yang dipimpin oleh Gian melangkah masuk dengan agresif. Mereka mengenakan pakaian gelap, wajah tertutup oleh masker, menunjukkan bahwa mereka datang untuk bertarung. Gian, sosok tinggi besar dengan tatapan menakutkan, berdiri di depan kelompoknya. Senyumnya penuh tantangan saat ia melihat ke arah Kenzo dan anggota mafia yang berkumpul. "Kenzo," ia menyapa dengan nada mengejek. "Dengar, malam ini aku akan mengambil kemb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 101

    "Ck! Aku takkan membiarkan Nora hidup lebih lama! Besok. Yah, Besok. Aku akan mengakhiri semuanya. Aku akan melenyapkannya dan merebut Kak Kenzo!" .... Di sebuah ruang bawah tanah yang gelap dan lembap, markas mafia yang dipimpin oleh Kenzo dipenuhi dengan para anggotanya yang berkumpul di tengah malam. Lampu-lampu redup memancarkan cahaya kekuningan, menerangi wajah-wajah tegang dan bersiap. Meja kayu panjang di tengah ruangan dipenuhi peta, dokumen, dan foto-foto Reyna. Suara berisik dari para anggota mafia yang berbicara dan mengasah senjata memenuhi ruangan, menciptakan suasana tegang yang tak terelakkan. Kenzo berdiri di depan semua orang, tubuhnya tegak, mata tajamnya memandang serius pada anak buahnya yang berjumlah puluhan. Ia mengenakan setelan hitam yang rapi, wajahnya dingin, penuh ketegasan. Rambut hitamnya tersisir rapi, namun aura di sekelilingnya memancarkan bahaya yang tak bisa disangkal. Di tangannya, sebuah pistol berlapis perak tergenggam erat. "Reyna tidak bis

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 100

    Nora berhenti sejenak di depan pintu, memandang Sam dengan senyum tipis di wajahnya. "Kamu baik-baik saja, Sam?"Sontak, Sam mengangukkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku baik-baik saja, Nyonya," jawabnya. "Sebaiknya kita beristirahat sekarang. Besok pagi, kita akan melakukan pencarian untuk menemukan jalang itu. Kita akhiri saja semuanya. Aku yakin. Semua anggota keluarga kita akan merasa tenang jika benalu itu lenyap." Kenzo menajamkan matanya. .... Dalam kegelapan malam, Reyna berlari tanpa henti, menerobos ranting-ranting kasar dan daun-daun lebat di hutan yang seolah mencoba menahannya. Tubuhnya menggigil, bukan hanya karena dinginnya malam, tapi karena gemetar perasaan yang bergejolak di dalam dirinya. Tangan kirinya masih berlumuran darah Hercules, pria yang pernah begitu mencintainya. Nafasnya berat, namun ia terus berlari, seolah mencoba melarikan diri dari bayang-bayang perbuatan yang baru saja dilakukannya."Tidak ada jalan kembali," gumamnya dalam hati, matanya membara

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 99

    "Astaga..." "Nora!?" seru suara yang tidak asing dari belakang membuat gadis itu menolehkan kepalanya dengan cepat untuk melihat sosok yang telah memanggilnya. "Kenzo?" Nora menatap suaminya yang tiba-tiba sudah berada di sini bersama Sam. Kedua pria itu mendekat dan melihat Hercules yang masih tergeletak di atas lantai. Kenzo langsung membawa tubuh Nora ke dalam pelukannya dengan erat untuk menumpahkan rasa khawatirnya. "Kau baik-baik saja?" tanya Kenzo penuh kekhawatiran. Nora menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Tapi, pria ini." Rossa menunjuk tubuh Hercules dengan tatapan dingin. "Sam, cek keadaannya!" Aroma darah yang samar menyeruak di udara, membuat perut Sam terasa mual. Hercules tergeletak tak bergerak di lantai, genangan darah tampak mulai mengering di sekitarnya.Sam mendekati tubuh itu dengan hati-hati. Wajah Hercules pucat, matanya terbuka kosong, tidak lagi bernafas. Sam berlutut, memeriksa denyut nadinya di leher, tapi seperti yang sudah ia duga, tidak ada

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 98

    Sesaat kemudian, wajah Kenzo terkena lampu sorot dari sebuah mobil yang berjalan mendekat. Tak lama, mobil itu berhenti di dekatnya dan terlihatlah siapa yang mengemudikan mobil tersebut. "Tuan!" seru Sam dari dalam mobil yang mana hal itu membuat Kenzo langsung berdiri dan bergerak cepat masuk ke dalam mobil. Setelah Kenzo masuk, mobil pun kembali melaju dengan cepat membelah jalanan yang terlihat cukup senggang. ....Rossa, dengan gerak langkah hati-hati, menelusuri lorong sempit menuju apartemen Hercules yang telah dirinya ketahui. Cahaya bulan yang redup dari jendela di ujung lorong cukup memberikan penerangan baginya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, rasa dendam dan sedikit kekalutan mengisi udara di sekitarnya. Dia tahu bahwa Reyna dan pria itu sedang ada di dalam. Langkahnya semakin pelan saat dia mendekati pintu apartemen.Dengan cekatan, Rossa menyelipkan kunci cadangan yang berhasil ia peroleh dari mencari ke sekitar area pintu dan ternyata kunci itu berada

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 97

    Di sisi lain, Kenzo yang berada di dalam kamar mengerjapkan matanya ketika tangannya meraba-raba ke samping dan tidak menemukan keberadaan sang istri di sampingnya. "Nora!?" panggil Kenzo dengan suara keras. "Dimana dia?" Pria itu bangun dari tidurnya dan beranjak duduk. Kepalanya menoleh ke sana kemari untuk mencari keberadaan sang Istri. Pintu kamar tertutup rapat. Pintu kamar mandi pun sama. Kenzo turun dari atas ranjang dan kemudian berjalan menuju pintu keluar. Saat ini, Kenzo telah keluar dari dalam kamar. Suasana rumah yang sepi seketika menyambutnya. Tanpa memikirkan penghuni lain akan merasa terganggu atau tidak, pria itu akhirnya berteriak. "Nora!" panggilnya yang mana hal itu membuat suaranya menggema di seluruh penjuru rumah. Kenzo dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat sekarang. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan pada istrinya saat ini, mengingat baru saja mereka telah mengalami insiden mengerikan di area villa tersebut. Pria itu tidak tahu sa

DMCA.com Protection Status