***** Malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya, Tim Leanne dan Sultan sudah berkumpul. Suasana di antara mereka begitu tegang. Investigasi yang bukan hanya sekedar investigasi itu membuat mereka terasa tegang. Terkecuali Leanne dan Cedric mereka berdua begitu tenang. Mereka semua sudah siap dengan segala persenjataan mereka, karena mereka yakin tiba di lokasi tidak akan mudah bagi mereka untuk menemukan apa yang menjadi tujuan. "Kenny jangan sampai lengah saat memantau situasi, segera lapor jika ada hal mencurigakan." Ucap Leanne pada Kenny yang tengah sibuk dengan dua laptop di hadapannya. Kenny tidak ikut terjun ke lapangan, ia memiliki tugas untuk memantau lokasi tim Leanne dan Sultan. Kenny menatap Leanne. "Baik, Kak." Sahut Kenny lugas. Ponsel Leanne bergetar, saat melihat Damian yang meneleponnya Leanne pun menjauhkan diri untuk menerima panggilan itu. "Ya Regan?" "Regan?" Leanne memanggil Damian sebab tidak ada sahutan di seberang sana. "Ka
***** "Hello, sexy girl." Suara yang berasal dari seorang pria yang memiliki perawakan tinggi besar itu membuat Leanne berekspresi datar. Pria di hadapannya salah satu pengawal lainnya. Leanne terkekeh sinis ternyata apa yang ia cari berada di ruangan ini. Lihat saja orang yang mereka panggil bos sudah menyiapkan segalanya dengan teliti. Menempatkan seorang pria bertubuh besar untuk menjegal tugasnya. Leanne meregangkan otot-otot tubuhnya, lalu ia memasang kuda-kuda siap bertarung dengan pria besar di hadapannya. "Dari pada kita berduel bagaimana kalau kamu melayani ku sampai puas cantik? Sayang sekali tubuh sexy mu terdapat luka." Pria itu berucap frontal dengan lidahnya menjilat bibirnya. Pria mesum itu membuat Leanne muak. I Leanne mengangkat tangan kanannya, lalu tanpa banyak kata Leanne mengacungkan jari tengahnya. Mendapatkan hinaan seperti itu membuat si pria besar terpancing emosi. Tanpa banyak kata lagi Leanne dan si pria besar itu pun berkelahi. Meskipu
***** "Sialan kau Damian!!" Damian yang memejamkan matanya pun terbuka lebar dan ia mengenali suara siapa yang mengumpat dirinya. Damian melirik sekitar dan ia sadar jika dirinya tidak langsung jatuh ke tanah. Melainkan jatuh di atas safety air cushion. Damian pun menghela nafasnya dengan lega. Damian yang masih memeluk Leanne melihat kondisinya dan ternyata Leanne sudah tidak sadarkan diri. Jarred berlari menghampiri Damian. Ia menghela nafasnya dengan lega. "Untung saja aku sudah mempersiapkan semuanya. Aku tahu kau orangnya nekad." Ucap Jarred. Jarred melirik Leanne yang tidak sadarkan diri. "Istriku terluka. Kita harus cepat bawa istriku ke rumah sakit." Ucap Damian khawatir. Jarred membantu Damian bangun. Saat Damian hendak berdiri ia meringis karena sakit di punggungnya. "Kau juga terluka Damian." Ucap Jarred saat melihat telapak tangan dan safety air cushion nya terdapat darah dari punggung Damian. "Biar aku saja yang membawa Leanne." Ucap Jarred b
***** Damian tengah menyuapi Leanne, makanan keinginan istrinya yang sudah ia cari sebelumnya. Suap demi suap Leanne memakan makanan itu dengan lahap. Dengan Damian yang telaten menyuapinya dan di ruangan pun hanya ada mereka berdua. "Makanlah punyamu biar aku makan sendiri." Ucap Leanne dan hendak mengambil sendok di tangan Damian. Namun Damian menjauhkannya. "Tidak apa, biar aku suapi kamu dulu sampai habis. Aku bisa makan nanti." Ucapnya. TOK! TOK! CKLEK!! Suara ketukan pintu terdengar lalu pintu pun terbuka. Di sana ada Kenny, Justin, Cedric dan juga Ellios. Mereka datang untuk melihat keadaan Leanne. "Halo Kak." "Halo Kakak Ipar." Sapaan Kenny yang ceria di balas senyuman tulus Leanne. Sedangkan Damian hanya menatapnya datar. "Sudah cukup. Aku sudah kenyang." Tolak Leanne saat Damian hendak menyuapinya lagi. Tidak ingin memaksa istrinya untuk menghabiskan makanannya, Damian pun mengalah. Ia membereskan sisa makanan Leanne. Semua itu tak luput dari pengli
***** Benar apa yang di katakan Leanne jika Damian marah ketika tidak melihatnya di ranjang pasiennya. Awal mula Damian tidak melihat keberadaan Leanne di ruangan saat dirinya yang sudah selesai mengerjakan pekerjaan kantornya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur. Padahal Damian tidak menghabiskan waktunya lebih dari sepuluh menit berada di kamar mandi, akan tetapi saat dirinya keluar ia sudah tidak lagi melihat istrinya yang sedang tidur pulas. Tentu saja hal itu membuat Damian terkejut dan panik. Apalagi setelah ia melihat infusan yang tergeletak begitu saja. Hingga Damian pun berpikir jika istrinya di culik. Damian pun segera mengecek CCTV rumah sakit dan setelah melihat rekaman CCTV itu bukan hanya terkejut dan panik saja yang ia rasakan. Rasa marah dan kecewa pun Damian rasakan. Ternyata Leanne bukan di culik, melainkan pergi sendiri dengan masih memakai pakaian pasiennya yang terbalut jaket sweaternya. Padahal Damian yakin da
***** Raymond tersenyum puas saat suntikan itu sedikit lagi menyentuh Leanne. Dengan kondisi bahunya yang terluka parah Leanne tetap berusaha menahan dorongan itu. "Menyerah saja Leanne, tidak ada gunanya kau mena......" Ucapan Raymond terhenti saat terdengar suara baling-baling helikopter yang mendekat. Raymond mendongakkan kepalanya ke atas saat melihat helikopter yang memang mengarah ke gedungnya. Melihat Raymond lengah Leanne tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan sekuat tenaga hingga menggertakkan giginya, Leanne menjauhkan tangan Raymond bersamaan dengan mendorong tubuh Raymond melewati tubuhnya. Raut terkejut Raymond berubah menjadi panik karena apa yang di lakukan Leanne membuatnya jatuh dari atas gedung. Hingga tubuh Raymond terjun bebas ke bawah. Bukan hanya Raymond yang terjun bebas ke bawah, posisi setengah tubuh Leanne yang sebelumnya sudah melewati batas pun membuatnya ikut terdorong juga. Namun dengan kegesitan Leanne salah satu tangannya dengan
***** ▪️Dua Minggu Kemudian....... Saat ini kondisi Leanne sudah di nyatakan sembuh dan hari ini pun ia sudah boleh pulang. Dengan Damian yang membereskan beberapa barang Leanne ke dalam koper. Sebenarnya dua hari yang lalu Leanne sudah mengajukan ingin pulang, namun sayang, Damian dengan sifat protektifnya menolak permintaan Leanne. Damian ingin istrinya benar-benar sembuh total. Bukan hanya luka luar saja yang di khawatirkan Damian, akan tetapi luka dalam pun Damian lebih mengkhawatirkannya. Damian merangkul bahu Leanne untuk keluar dari ruangan, ada Joshua yang menunggu mereka di depan pintu. Joshua mengambil alih koper yang di pegang Damian. Damian memapah Leanne begitu protektifnya hingga membuat Leanne meliriknya kesal. "Mau sampai kapan memperlakukan ku seperti orang sakit." Ucap Leanne pelan. "Kamu masih perlu pemulihan, Sayang." Ucap Damian memberi alasannya. Leanne pun hanya bisa pasrah, ia juga tidak ingin berdebat di rumah sakit. Mereka bertig
***** Damian yan memeluknya dari belakang kini membalikkan tubuh Leanne menghadap ke arahnya. "I love you." Bisik Damian tepat di samping telinga Leanne sebelum akhirnya ia membungkukkan punggungnya, memeluk Leanne dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Leanne. Damian menegakkan tubuhnya, menatap Leanne dalam. "Setelah urusan mu di Amerika selesai, bagaimana jika setelahnya kita lanjut berbulan madu? Untuk negara mananya aku serahkan padamu." Saran Damian. Leanne berpikir sejenak sebelum menjawab ucapan Damian. "Lalu kamu akan meninggalkan pekerjaan mu lebih lama, begitu?" Tanya Leanne. "Sesekali aku akan mengeceknya, 'kan sudah aku katakan pekerjaan ku akan di handle Joshua. Dia harus ada gunanya Sayang sudah aku bayar tinggi." Ucap Damian, perkataan yang penuh perintah bos yang arogan dan sarkas itu membuat Leanne menyipitkan matanya. "Beruntung sekali Joshua tidak mendengar ucapan sarkas mu." Ucap Leanne. Ya, jika Joshua mendengarnya akan di pastikan j
***** Leanne dan bayinya sudah di pindahkan di ruang rawat. Tentunya dengan kelas VVIP, ruang rawat Leanne di hias begitu indahnya dengan pernak-pernik warna biru keemasan. Leanne tengah menggendong bayinya dan Damian duduk di atas brankar di samping Leanne. Merangkul bahu Leanne dengan mesra. Untuk saat ini hanya ada mereka. Orang tua Leanne maupun Damian mereka yang tengah di luar kota sedang dalam perjalanan pulang dan menuju rumah sakit. "Sudah ada nama untuk anak kita, Regan." Mendengar istrinya menyebut 'anak kita' membuat perasaan Damian selalu menghangat. "Ya." Sahut Damian dengan ibu jarinya yang mengusap pipi merah anaknya. Leanne menatap Damian. "Apa?" Tanyanya. Damian menatap istrinya. "Leander Ergan Alpha Romanov. Putra kita yang akan menjadi pemimpinnya Romanov." Ucapnya. Leanne tersenyum. "Bagus sekali." Ucapnya, lalu tatapan Leanne mengarah kembali pada bayinya yang sudah di beri nama Leander Ergan Alpha Romanov. "Sangat cocok untukmu, Sayang."
***** NAKARI HOSPITAL UNIVERSITY Damian yang berada di depan pintu ruangan persalinan terus saja mondar-mandir. Bukan tanpa alasan kenapa Damian seperti itu dengan suasana hatinya yang terus cemas. Sebab hari ini Leanne akan segera melahirkan. Satu jam lalu lebih tepatnya sebelum Leanne di bawa ke rumah sakit. Leanne yang berada di rumah bersama dengan damian yang sudah mulai cuti untuk tidak ke kantor semenjak kandungan Leanne sudah memasuki HPL. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan menyusuri halaman belakang. Awalnya Leanne baik-baik saja saat mereka masih mengelilingi halaman, namun saat Damian masuk kembali ke mansion untuk mengambilkan topi untuk Leanne pakai di kamarnya. Tiba-tiba saja Leanne merasakan sakit di perutnya. Ada dua orang pelayan yang menemani Leanne, namun melihat Leanne yang kesakitan mereka di buat panik. Hingga harus Leanne 'lah yang mengingatkan mereka jika mereka harus memanggil Damian. Salah satu dari mereka berlar
***** Damian yang baru saja selesai meeting, masuk ke dalam ruangannya. Ia segera mengecek ponselnya yang tadi ia tinggalkan sebab ia charger. Damian melihat ada beberapa notifikasi yang masuk. Di antaranya sebuah pesan dari bawahannya yang selama ini ia perintahkan untuk menjaga dan mengawasi istrinya secara diam-diam. "Apa ini?!!" Damian terlihat marah saat melihat potret istrinya yang di kirimkan oleh mata-matanya. Foto pertama di mana foto itu berisi istrinya yang tengah memasuki mobil hendak pergi keluar. Damian marah karena saat ini pakaian istrinya begitu sexy sekali. Gaun pendek berwarna maroon yang sebatas paha dengan sebuah blazer hitam menutupi bahunya, namun tetap saja istrinya sangat terlihat sexy apalagi dengan perutnya yang sudah membesar. Kandungan Leanne saat ini sudah memasuki trimester ketiga. Dalam beberapa bulan ini begitu banyak perubahan pada istrinya semenjak hamil. Selain moodnya yang sering berubah- ubah, cara berpakaian istrinya pun selalu me
***** Damian menuntun Leanne dengan hati-hati sebab mata Leanne masih tertutup kain dasi. Masuk ke dalam sebuah ruangan besar. Di mana di dalam ruangan itu sudah di hias indah sedemikian rupa. Bukan hanya itu saja, akan tetapi ada Rose dan Daniel serta Anita dan Harris. Dari arah lain ada Joshua yang baru saja datang sambil membawa popper party di tangannya. Damian membawa Leanne ke tengah-tengah mereka. Damian berdiri di belakang tubuh Leanne, lalu ia berkata. "Kamu sudah siap Love?" Tanya Damian berbisik pelan pada telinga Leanne. "Ya." Sahut Leanne yang sudah tidak sabar agar ikatan di matanya di lepaskan. Damian melepaskan ikatan itu dan dengan perlahan menjauhkan kain dasi itu dari Leanne. POP!!! Suara letusan keras itu terdengar disertai dengan keluarnya confetti ke udara. "SURPRISE!!!!" Seruan dari sekitarnya membuat Leanne melihat siapa-siapa saja yang ada. Bukan hanya kedua mertuanya saja, kedua orangtuanya pun ada. "Happy anniversary untuk kalian
***** Beberapa bulan kemudian..... Hari ini weekend, Leanne dan Damian berencana pergi ke pusat perbelanjaan. Damian tengah menerima telepon di lantai bawah sambil menunggu Leanne yang belum selesai bersiap-siap. "Jo kamu harus pastikan semuanya sempurna sesuai dengan rencana." Ucap Damian mewanti-wanti Joshua di seberang sana. Damian melihat kehadiran istrinya yang tengah menuruni tangga. "Jangan ada kesalahan apapun." Tandas Damian sekali lagi ia memperingati Joshua. Belum sempat Joshua membalas ucapan Damian, sambungan telepon sudah di putuskan sepihak oleh Damian. Damian menghampiri Leanne dengan tatapan penuh pemujaan. Sebab Leanne hari ini tampil sangat cantik dengan riasannya. Bukan hari ini saja setiap hari pun istrinya selalu tampil cantik. Leanne yang biasanya tidak terlalu sering memakai dress entah kenapa sudah beberapa bulan ini selalu memakai dress dengan juga selalu merias diri. Bahkan Damian selalu di buat heran saat berada di rumah pun istrinya
***** Venesia, Italia. Ya, mereka berdua Leanne dan Damian kini sudah berada di kota romantis itu. Kedatangan mereka tak lain adalah untuk bulan madu. Seperti apa yang sudah mereka rencanakan setelah urusan Leanne selesai mereka akan berbulan madu dan Damian menyerahkan semua tujuan mereka pada Leanne. Dan pada akhirnya Leanne memilih Venesia. Leanne dan Damian baru saja check-in kamar hotel. Sebenarnya keinginan Damian dirinya ingin tinggal di apartemen, bukan hanya menyewanya melainkan membeli salah satu apartemen di sana yang pastinya memiliki nilai tinggi dari segi kualitas dan kuantitasnya. Namun keinginan itu harus pupus karena Leanne sendiri menolak tegas, sebab mereka tinggal di Venesia hanya beberapa hari. Bagi Leanne itu pemborosan, akan tetapi berbeda dengan pemikiran bisnis Damian. Membeli apartemen di Venesia sama saja untuk investasi. Namun apalah daya karena terlalu cinta mungkin sudah masuk level budak cinta Damian pun mematuhi perkataan istrinya. Setibany
***** Leanne yang baru saja tiba di rumah heran saat mendengar suara tawa. Saat ia berjalan masuk ke dalam dan terus berjalan ke arah ruang makan ternyata suara tawa itu berasal dari Kakeknya dan juga suaminya. Leanne di buat bingung apa yang sudah terjadi pada mereka selama dirinya pergi sehingga mereka terlihat bercengkrama dengan akrabnya. Tidak seperti awal bertemu kakeknya kurang baik menyambut suaminya. "Oh Princess, kamu sudah pulang. Ayo sini kita makan bersama." Ajak Anthony saat melihat Leanne yang masuk ke ruang makan. Leanne berjalan ke arah kursi duduk di samping Damian. Leanne melihat hidangan yang masih tersaji utuh. "Kalian belum memulainya?" Tanya Leanne. "Kami menunggu mu Princess, lagian belum lama juga kami di sini." Sahut Anthony. "Padahal Kakek bisa saja duluan. Kakek harus menjaga kesehatan Kakek, jangan telat soal makan." Peringat Leanne. "Hanya hari ini saja, lagipula jarang-jarang bisa makan bersama seperti ini." Ucap Anthony. Damian me
***** Leanne dan Damian melanjutkan penerbangan mereka lagi ke Amerika. Dan kini mereka baru saja tiba di Bandara Internasional John F. Kennedy. Setibanya di bandara, sudah ada orang yang menunggu kehadiran Leanne dan Damian. Leanne perkirakan itu bawahannya Damian. Karena Leanne sendiri tidak memberitahukan kedatangannya ke sini pada Anthony atau pun Noel. Mobil melaju menuju kediaman Anthony, hingga beberapa menit kemudian mereka pun tiba di tujuan. Di depan gerbang kediaman Anthony. Karena pintu gerbang yang tertutup, Leanne menyembulkan kepalanya. Lalu sebuah CCTV bergerak mengscan wajahnya. Leanne memasukkan diri kembali ke dalam mobil dan tidak membutuhkan lima menit pun pintu gerbang mulai terbuka. "Keamanan disini patut aku tiru." Ucap Damian. "Semenjak Nenek meninggal Kakek jadi tidak terlalu suka banyak orang. Banyaknya bodyguard yang di pekerjakan di sini pun itu untuk keamanan Nenek, karena untuk mengurangi resiko aku sendiri memilih tinggal di apartemen s
***** Leanne dan Damian sudah mendarat di negara yang di juluki negeri matahari terbit itu dan kini mereka berada di dalam mobil yang di sopiri oleh Scott, bodyguard Damian yang baru Leanne lihat lagi. Leanne melihat ke arah jalan raya, tahu kemana tujuan mereka Leanne menatap Damian dengan tatapan menelisiknya. "Kenapa?" Tanya Damian. Tangan mengusap pipi Leanne dengan lembut. "Kamu menyuruhnya mengikuti ku sampai ke sini?" Tanya Leanne sambil melirik Scott. Tahu kemana pembicaraan istrinya, Damian tersenyum kecil. "Aku khawatir kamu kenapa-napa." Ucap Damian memberikan alasannya. Tahu dengan sifat Damian yang selalu mengawasinya Leanne pun tidak banyak bertanya lagi. Beberapa menit kemudian, mobil pun sudah sampai tujuan. Di mana tempat itu adalah sebuah pemakaman. Ya, Leanne kembali mengunjungi makam Raigan lagi. Leanne dan Damian berjalan bersama masuk ke dalam pemakaman. Leanne sengaja mengajak Damian. Mereka tiba di depan makam Reigan. Leanne meletakkan