Ponsel Richard berdering untuk yang ke sekian kali. Semula dia sempat mengabaikan panggilan yang masuk berurut-turut itu. Akan tetapi, kali ini Richard serta-merta menggeser ikon gagang telepon berwarna hijau untuk menerimanya.
“Halo, Sayang!” sapa Richard dengan suara riang. Meskipun penat tengah menyerang, nyatanya mendengar suara wanita terkasihnya bisa menjadi suntikan semangat bagi Richard.
“Eum ....” Kyra terdengar ragu-ragu untuk berbicara.
“Apa terjadi sesuatu?” tebak Richard, keraguan Kyra sering kali menjadi pertanda akan hal yang kurang baik.
“Tidak ada,” jawab Kyra lugas.
“Lalu?”
“Hanya rindu,” ucap Kyra dengan suara lirih.
Richard tersenyum, penatnya musnah bersama pengakuan Kyra yang manis barusan. Selama ini, Richard yang sering kali mengumbar kata cinta juga rindu, sedangkan Kyra hanya menimpali kalimat-kalimat yang Richard ucapkan.
“Kenapa kau diam?” Kyra merasa diabaikan.
“Aku senang karena kau
Terima kasih yang sudah membaca cerita ini :)
Bab IXPenolakan Nyonya Amber terhadap dirinya adalah hal yang sangat menyakitkan bagi Kyra. Ditambah lagi, perempuan yang dulu selalu memberikan perlindungan terhadap Kyra, saat ini memilih menghindari tatapannya. Bahkan Nyonya Amber menepis dengan kasar genggaman tangan Kyra.“Ibu ....” Kyra memanggil dengan lirih, sarat akan rasa putus asa. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk meluluhkan hati Nyonya Amber dan mendapatkan satu kata maaf dari perempuan itu. "Kumohon ... jangan seperti ini."Nyonya Amber bergeming, tidak menanggapi panggilan dari Kyra yang nelangsa. Tanpa berminat sedikit pun untuk mengurai kata-kata, Nyonya Amber membawa langkah kakinya pergi dari hadapan Kyra.“Ibu ... maafkan, aku.” Ucapan tulus Kyra tersapu oleh angin, karena dia hanya bisa menatap sendu pada punggung Nyonya Amber yang perlahan-lahan mulai menjauh.Genangan cairan bening di kedua pelupuk mata bulat Kyra, menelan habis hasratnya un
Richard memerlukan waktu setidaknya satu jam untuk menenangkan Kyra. Wanita kesayangan Richard itu tidak berhenti menyalahkan diri sendiri atas perseteruan yang terjadi antara dirinya dengan Nyonya Amber. Meskipun Richard berulang kali mengatakan bahwa itu bukan semata-mata karena kesalahan yang dilakukan oleh Kyra, tetapi tetap saja tangisnya sulit untuk diredakan.“Kau pasti belum makan, ‘kan?” Richard mengurai pelukannya, setelah Kyra tidak lagi berurai air mata. Dan wanita pemilik sepasang mata bulat itu mengangguk lirih.Perasaan sedih membuat Kyra kehilangan napsu makan, dia tidak merasakan lapar sama sekali.“Aku akan memasak untukmu.” Richard mengambil inisiatif untuk beranjak ke dapur.Akan tetapi, Kyra segera menahan langkah Richard. “Biar aku saja,” ucapnya.Richard juga pasti belum makan. Setiap kali datang berkunjung, Richard sengaja mengosongkan perutnya demi bisa menikmati makanan yang dimasa
Richard sangat jarang memeriksa mutasi rekening tabungan yang dia miliki. Akan tetapi, kali ini Richard perlu melakukan itu untuk keperluan administrasi bank dalam transaksi jual beli gedung yang akan dia jadikan kantor perusahaan barunya di North Island.Memiliki beberapa rekening membuat Richard sedikit bingung dan ternyata dia salah mengakses akun. Yang saat ini sedang terpampang di layar komputer jinjingnya adalah catatan kredit dan debit dari rekening lain. Richard memberikan sebuah kartu kredit dan debit kepada Kyra sebagai pegangan. Sebab, Richard melarang wanita terkasihnya tersebut untuk mencari uang sendiri. Richard memenuhi semua kebutuhan Kyra setiap bulan. Apa saja yang Kyra mau, Richard pasti akan berikan. Meskipun Kyra sangat jarang meminta ini dan itu.Kerutan tergurat pada kening Richard setelah membaca deretan angka yang dikirimkan kepada nomor rekening asing. Nominalnya cukup besar dan dilakukan beberapa waktu lalu. Kalau Richard tidak salah ingat, i
Biasanya Kyra tidak mengalami morning sickness seperti perempuan hamil lainnya. Akan tetapi, sejak dua hari yang lalu, perut Kyra selalu bermasalah setiap pagi. Ada saja yang membuat Kyra mengeluh tentang kehamilan yang masih sangat muda itu. Dan Kyra harus melalui semua sendiri, tanpa ada siapa-siapa yang menemani. Kyra juga mendadak ingin menikmati masakan yang dibuat oleh Nyonya Amber.“Sayang … itu mustahil. Minta yang lain saja, ya.” Kyra bernegosiasi dengan janin dalam perutnya yang ditengarai sebagai penyebab datangnya keinginan tiba-tiba itu.Mendatangi Nyonya Amber tidak akan membuat keinginan si jabang bayi menjadi kenyataan. Alih-alih dituruti, bisa jadi Kyra kembali menerima penolakan dari Nyonya Amber seperti pada beberapa kesempatan sebelumnya. Bukankah Nyonya Amber sudah tidak menganggap Kyra sebagai putrinya lagi?Sendu kembali menggantung di kedua pelupuk mata Kyra. Kyra selalu ingin menyerah untuk mendapatkan kata ma
Meskipun Kyra meminta Richard untuk buru-buru sampai di apartemen mereka, dia tetap saja menyempatkan diri untuk mampir ke suatu tempat. Belakangan ini Kyra selalu bercerita tentang keinginannya memakan ini dan itu. Jadi, Richard sengaja singgah sebentar ke toko kue dekat apartemen, untuk membeli beberapa makanan ringan yang diidamkan oleh wanita kesayangannya tersebut.Audi hitam yang Richard kendarai, dia parkirkan di area parkir sebuah toko. Langkah jenjang laki-laki itu terayun memasuki toko tersebut. Aroma manis yang menggugah selera dalam sekejap mata langsung menyapa indera penciuman Richard, begitu pintu toko terbuka lebar.“Selamat datang di toko kami!” seru seorang pegawai perempuan menyapa kedatangan Richard.Laki-laki itu hanya tersenyum sekilas menimpali sapaan ramah si pramuniaga.“Ada yang bisa kami bantu?” Pramuniaga itu dengan sigap menghampiri Richard.Sepasang mata bulat Richard menyisir seisi toko. Bebera
Richard tercengang mendengar ucapan Nyonya Amber. Selama ini Richard mengirimkan uang kepada Nyonya Amber bukan untuk tujuan itu. Tidak terbersit sedikit pun niatan Richard seperti yang Nyonya Amber tuduhkan. Lagi pula, Richard pikir dia tidak akan sanggup jika harus membayar Kyra agar tetap berada di sisinya. Sebab, Kyra terlalu berharga. Tidak bisa diniali dengan mata uang mana pun.“Menyingkir sekarang juga, Tuan Kaya Raya! Apa kau belum cukup puas merebut putri semata wayangku?! Tidak bisakah kau enyah saja?! Bahkan aku akan lebih senang jika kau tidak ada di dunia ini!” Nyonya Amber meluapkan amarahnya.Richard mengalah. Dia tidak mau semakin memperkeruh keadaan dengan melawan wanita yang selalu diliputi emosi setiap kali berhadapan dengannya itu. Jujur saja, Richard tidak tega hati melihat Nyonya Amber hidup kekusahan. Akan tetapi, Richard tahu betul wanita tersebut memiliki perangai yang keras.Hanya ada satu cara untuk membuat Nyonya Amber ma
Memang tidak mudah untuk bersama selamanya. Akan tetapi, demi Kyra Dellania, Richard Parker akan melakukan apa saja.“Kita akan selalu bersama. Aku akan tetap berada di sisimu, Sayang,” ucap Richard.“Apa pun yang terjadi?” tanya Kyra untuk memastikan keteguhan hati atas ucapan yang Richard lontarkan tersebut.Richard mengangguk tanpa keraguan. “Apa pun yang terjadi, aku akan tetap di sisimu.”“Bagaimana jika—”“Sayang, tolong berhenti memikirkan sesuatu yang membuatmu terbebani.” Richard merangkul Kyra dan mengusap lembut surai perempuan mungil itu. “Kau harus bahagia agar bayi kita juga merasakan bahagia, bukan?” imbuhnya.Usapan tangan Richard kini berpindah ke perut Kyra. Masih terlihat rata. Namun, janin itu tumbuh di sana. Kyra sudah sempat memeriksakan kandungan tersebut ke dokter, meskipun Richard tidak sempat menemaninya.“Aku mencintaimu, Say
Setelah perusahaan rintisan Richard mulai beroperasi, laki-laki itu menepati janjinya. Richard memboyong Kyra dari apartemen mereka di South East ke rumah baru yang dia beli di North Island. Meskipun perihal waktu, Richard masih belum bisa menemani Kyra setiap hari. Paling tidak, intensitas pertemuan mereka menjadi lebih sering dibandingkan dengan sebelumnya saat Richard fokus mengurusi perusahaan Tuan Parker di Midtown. Tuan Parker —ayah Richard— tidak mengizinkan putra semata wayangnya keluar dari perusahaan begitu saja. Jadi, Richard mau tidak mau harus membagi waktu untuk tetap mengurus perusahaan keluarga di Midtwon dan juga bisnis pribadi di North Island. Akan tetapi, Richard memastikan bahwa Kyra tetap menjadi prioritas utama baginya, apalagi mengingat wanita kesayangan Richard itu tengah mengandung buah hati pertama mereka. Richard tidak mau Kyra melalui semua kesulitan seorang diri. Rumah seluas 72 meter persegi itu memiliki satu kamar utama, satu kamar tamu
*Selamat membaca*Richard sedang duduk memangku Cavero sambil menunggu Kyra yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Bocah lelaki pemilik tubuh gempal di pangkuan Richard tersebut sedang dalam masa aktif. Cavero tidak mau diam sedikit pun. Bibir tebal si bayi terus berceloteh meski tanpa arti yang jelas.“Nananana … “ Cavero menepuk - nepuk kedua tangan, sekali - sekali liurnya menetesi lengan Richard yang melingkari perut gembul itu.“Jagoan Ayah semangat sekali.” Richard terus bersikap siaga untuk menjaga supaya bocah lelaki kesayangannya itu tidak jatuh dari pangkuan.“Sama seperti ayahnya, Cavero tidak mau diam,” sahut Kyra tanpa menoleh ke arah Richard dan Cavero. Tangan Kyra masih fokus menuang bubur ke dalam mangkuk.Beberapa detik setelah itu, langkah pendek- pendek Kyra terdengar mendekat ke arah meja makan, tempat di mana dua lelaki kesayangan
*Selamat membaca*Cavero adalah anugerah terindah yang hadir menyempurnakan kehidupan Kyra. Sejak kehadiran Cavero dalam rahim Kyra, keadaan menjadi lebih baik secara perlahan-lahan. Hubungan Nyonya Amber dan Richard saat ini pun sudah seperti pasangan ibu mertua dan anak menantu pada umumnya. Richard tidak lagi menyebut Nyonya Amber dengan sebutan ‘Nyonya’. Nyonya Amberjuga
Butuh waktu selama lima hari untuk pemulihan bagi Kyra setelah melakukan prosedur operasi sesar di rumah sakit. Akhirnya, Kyra dan bayi mungil berjenis kelamin laki-laki itu diizinkan pulang oleh dokter. Richard tentu saja merasa senang bukan main, dia bahkan mengabaikan semua urusan di perusahaan, baik milik Tuan Parker maupun miliknya sendiri. Richard mengalihkan seluruh tanggung jawab dan tugas penting kepada Calvin. Richard sudah mempersiapkan berbagai macam alibi untuk tinggal lebih lama di North Island. Kelahiran bayi pertamanya dengan Kyra, tentu saja patut untuk dirayakan. Richard ingin selalu bersama dua orang tersayangnya itu. ”Rich … “ Kyra memanggil Richard dengan suara lirih. “Hm?” Richard menyahut tanpa mengalihkan perhatian pada bayi laki-lakinya. “Apa tidak masalah?” tanya Kyra tiba-tiba. “Apanya?” Richard kali ini menatap Kyra dan balik bertanya. “Kau terlalu lama meninggalkan Midtown. Bagaimana dengan pekerjaanm
Kyra meringis lirih seraya bergerak tertatih menuju ke arah kamar mandi. Belakangan ini dia sering mengalami kontraksi palsu, di mana perutnya begitu terasa melilit dengan dorongan mengejan, tetapi yang terjadi ternyata hanya desakan untuk membuang air dalam kemih.“Ibu!” Kyra memekik dari dalam kamar mandi.Nyonya Amber segera menghampiri dan membuka pintu kamar mandi yang sengaja tidak dikunci. Wanita itu menjadi sedikit panik ketika air ketuban tampak membasahi kedua paha bagian dalam Kyra.Bibi Juni yang ikut menghampiri, segera tanggap memanggil sopir yang Richard sediakan untuk berjaga jika hal darurat semacam ini terjadi. Ketiga orang tersebut kemudian membawa Kyra ke rumah sakit terdekat. Mereka yakin sudah waktunya Kyra untuk melahirkan.Sementara itu di Midtown, Richard sedang bersiap untuk bertemu klien setelah makan siang, tetapi pikirannya mulai resah karena pesan teks yang dia kirimkan sejak pagi tadi belum kunjung mendapatkan ba
Mendekati hari persalinan, Richard semakin protektif kepada Kyra. Ketika sedang berada jauh di Midtwon, lelaki itu akan menghubungi Kyra melalui panggilan video, hampir setiap tiga puluh menit satu kali. Jangan lupakan pesan singkat yang dikirim nyaris tanpa jeda. Bahkan, ketika Richard sedang dalam rapat direksi sekalipun.Nyonya Amber juga tidak kalah protektif dari Richard. Kyra tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apa pun di rumah. Bahkan, hanya sekadar membersihkan debu di meja makan. Apalagi melakukan hobinya memasak di dapur, Nyonya Amber melarang Kyra.
Kyra patut bersyukur atas kehamilannya saat ini. Meskipun semula Kyra ragu dan mengkhawatirkan perihal kehadiran sang jabang bayi, sekarang itu menjadi anugerah terindah dalam hidupnya. Selain Nyonya Amber yang bersedia membuka pintu maaf bagi Kyra, kini hubungan sang ibu dengan Richard pun perlahan-lahan mulai membaik.Awalnya Nyonya Amber memilih pulang ke South East setiap Richard berkunjung, seperti kesepakatan yang mereka buat, tetapi lama kelamaan Nyonya Amber mulai terbiasa menerima keberadaan Richard. Dan tidak lagi keberatan tinggal di bawah atap yang sama dengan si anak konglomerat.Senyum manis tersemat di bibir Kyra ketika melihat dua orang yang dicintainya itu bahu membahu menghias kamar si jabang bayi. Sekali-sekali Richard dan Nyonya Amber akan beradu argumen jika tidak menemukan kesepahaman. Seperti saat ini, Nyonya Amber ingin kamar bayi dicat warna biru, sedangkan Richard mengusulkan merah muda saja.“Biru lebih netral. Bisa untuk bayi pe
Tinggal seorang diri ketika Richard berada di Midtown menjalankan kesibukannya, tidak membuat Kyra hanya duduk manis tanpa melakukan apa-apa. Perut Kyra yang sudah semakin besar sering jalannya waktu kehamilan pun bukan alasan untuk dia berdiam diri di rumah. Kyra tetap menjalankan aktivitas seperti biasa, membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Jika orang-orang lain melakukan healing dengan berlibur, memasak justru menjadi momen paling menyenangkan bagi Kyra. Saat di dapur bersama peranti memasaknya, Kyra bisa sedikit melupakan segala kegundahan. Bahkan sekali-sekali Kyra sempat mengabaikan panggilan masuk ataupun pesan elektronik dari Richard. Namun, sejak Richard mengomel panjang lebar karena mengkhawatirkannya, Kyra selalu menempatkan telepon genggam tidak jauh dari jangkauan. Supaya dia bisa mendengar dering ketika Richard menghubungi. “Ya Tuhan!” Kyra nyaris saja melempar wajan dari tangan karena terkejut oleh dering ponselnya.
Bab 19Richard menarik napas dalam-dalam sebelum turun dari mobil. Langkah tegapnya kemudian menapaki paving blok yang terpasang di halaman rumah, membentuk jalanan setapak menuju pintu utama. Bunga warna-warni berjejer menghias di kanan dan kiri. Nyonya Parker yang merawat itu semua dengan telaten.‘Andai Kyra di sini, dia pasti betah,’ gumam Richard.Setipe dengan Nyonya Parker, Kyra juga menyukai berbagai jenis bunga. Mungkin itu menurun dari Nyonya Amber yang juga hobi merawat tanaman. Bahkan di halaman rumah Nyonya Amber yang tidak begitu luas, terdapat deretan krisan aneka warna. Richard tidak tahu kenapa wanita tersebut memilih krisan dari sekian banyak bunga yang ada.“Selamat datang, Tuan Rich,” sapa seorang pelayan yang tiba-tiba membukakan pintu utama untuk Richard.Seolah-olah kedatangan Richard sudah dapat terendus oleh indra pembauan si pelayan. Atau mungkin di rumah mewah itu terpasang radar yang bisa mendet
“Maaf. Aku tidak seharusnya mengatakan itu, aku—”“Sayang ….” Richard menyela ucapan Kyra. “Untuk apa meminta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apa pun,” imbuhnya menenangkan.“Tapi ….” Kyra menggantung kalimatnya, ia tahu betul perbincangan tentang Nyonya Amber sering kali tidak membawa akhir yang menyenangkan, justru hanya menyisakan kecanggungan.