Share

Bab 2 Gosip

Author: Myafa
last update Last Updated: 2023-05-15 12:07:23

Mobil sampai di rumah El. Bian segera turun dari mobil. Dia menurunkan kopernya terlebih dahulu sebelum masuk. Rencananya, dia akan tidur di rumah kakaknya terlebih dahulu malam ini. Besok baru dia akan pulang. Karena jika dia pulang malam, tentu saja daddy dan mommy akan curiga. Karena Bian tidak langsung pulang.

Bian masuk ke rumah sambil menarik kopernya. Dua keponakannya sudah berlari masuk memanggil sang mommy.

“Mommy, Uncle Bian sudah datang.” Kean dan Lean yang masuk ke rumah memberitahu sang mommy.

Bian hanya bisa tersenyum melihat aksi keponakannya itu. Dia terus mengayunkan langkahnya masuk ke rumah. Saat masuk, dia melihat sudah banyak kakak-kakaknya di sana. Ada Freya-istri El, ada Ghea-kakaknya dan sang suami Rowan, ada Al-kakak sepupunya dan sang istri Shera, dan terakhir ada Dean-sepupunya bersama sang istri Dearra. Mereka semua berkumpul untuk melanjutkan obrolan mereka di chat pesan kemarin.

“Uncle Bian.” Anka, Rigel, dan Gemma berlari. Mereka begitu senang sekali melihat pamannya datang. Bian adalah paman yang paling mereka suka. Karena selalu mau bermain dengan mereka semua. Mereka semua memeluk pinggang Bian.

Bian langsung memeluk tiga keponakannya itu. “Wah … keponakan Uncle sudah besar sekali.” Bian senang sekali melihat keponakannya.

“Apa kabar, Bi?” Al memeluk sepupunya itu.

“Baik, Kak.” Bian tersenyum saat di peluk sang kakak.

“Lihatlah akhirnya kamu pulang juga.” Di samping Al ada Dean yang menggoda Bian. Selama di London, mereka memang tinggal bersama. Dean pulang lebih dulu karena harus segera bekerja di rumah sakit milik keluarga, sedangkan Bian masih asyik tinggal di London.

“Akhirnya aku menyusulmu.” Bian memeluk Dean. Dia tertawa akhirnya pulang juga. Padahal, dia berniat tinggal lama di London. Bian yang melihat anak Dean yang sedang digendong langsung mengambil alih. “Derran kamu lucu sekali.” Dia mendaratkan kecupan di pipi sang anak dua tahun itu. Dari Dean Bian beralih ke kakak iparnya-Rowan. “Apa kabar, Kak?” tanyanya sambil memeluk.

“Baik.” Rowan tersenyum. Senang melihat adik iparnya yang sudah kembali.

“Rivans mana?” Bian menatap kakak iparnya dan kakaknya-Ghea. Tidak menemukan satu keponakannya.

“Dia di rumah mommy. Tadi pagi mommy meminta Rivans dibawa ke sana. Jadi aku belum menjemputnya.” Ghea menjawab ke mana keberadaan anaknya.

Bian mengangguk. Satu belum bertemu satu keponakannya. Berharap nanti dia akan segera bertemu.

Mereka segera duduk. Bian masih menggendong Derran. Bayi dua tahun itu terlihat mengemaskan sekali.

“Sepertinya, jika tidak ada masalah ini kamu tidak akan pulang.” Shera menggoda adik iparnya.

“Sepertinya begitu.” Bian membenarkan ucapan kakak iparnya.

“Sudah, kamu bersihkan tubuhmu dulu saja. Nanti kita bicarakan lagi.” Freya mengakhiri obrolannya. Meminta Bian untuk ke kamar tamu yang sudah disiapkan. Pasti adik iparnya itu butuh menyegarkan tubuhnya.

“Kita tidak bicara sekarang saja?” Bian sudah tak sabar untuk membahas masalah sang daddy.

“Kamu harus segarkan tubuhmu dulu. Baru kita bisa bicarakan.” Dearra memberikan nasihat pada Bian.

Bian membenarkan apa yang diucapkan Dearra. “Baiklah.” Akhirnya dia mengalah. Memilih untuk menarik kopernya ke kamar.

Di saat Bian sedang ke kamar, para wanita memilih untuk menyiapkan makan malam. Mereka akan makan malam dulu sebelum membahas semuanya. Para pria pun mengobrol sambil menunggu makan malam disiapkan.

***

Rasa segar dirasakan Bian setelah membersihkan tubuhnya. Hal itu membuatnya lebih nyaman dibandingkan tadi. Setelah selesai membersihkan tubuh, Bian segera bergabung dengan kakak-kakaknya.

Ternyata kakak-kakaknya telah bersiap untuk makan malam. Alhasil, dia menikmati makan malam bersama lebih dulu sebelum membahas tentang sang daddy.

“Ayo kita makan dulu.” Freya mengajak semua untuk segera ke ruang makan.

Semuanya ke ruang makan. Anak-anak begitu antusias sekali makan bersama. Mereka semua ingin duduk di dekat Bian. Para orang tua hanya menggeleng heran. Bian memang jadi magnet untuk anak-anaknya.

Bian tidak pernah keberatan ketika keponakannya mendekatinya. Dia memang selalu senang. Bian duduk di antara Anka dan Gemma. Di samping mereka ada Kean, Lean, dan Rigel. Derran yang duduk di samping sang mommy ingin ikut juga, tetapi Dearra memintanya duduk di sampingnya saja.

“Uncle nanti kita main ya.” Anka menatap Bian penuh harap. Dia merasa begitu tak sabar bermain dengan pamannya.

“Mainnya nanti, Sayang. Unlce Bian masih lelah.” Shera memberitahu sang anak.

“Iya, Anka tahu. Nanti maksudnya.” Anka membenarkan ucapannya itu.

Bian tersenyum melihat keponakannya yang pandai sekali menjawab. “Iya, nanti jika Uncle lelahnya sudah hilang, kita main.”

“Ye ….” Anka begitu senang. Dia segera menatap Gemma yang berada di seberang pamannya. “Nanti Kak Gemma ikut ya,” pintanya.

“Iya.” Gemma mengangguk setuju.

Suasana makan malam begitu hangat. Mereka tertawa sesekali melihat aksi anak-anak. Sudah lama mereka tidak berkumpul seperti ini. Meskipun belum semuanya. Masih ada saudara yang menetap di London.

Usai makan malam, mereka semua beralih ke ruang keluarga. Anak-anak diarahkan ke kamar Kean dan Lean lebih dulu agar mereka bisa bermain. Dearra yang bertugas menjaga anak-anak, sekaligus menjaga anaknya yang masih bayi.

“Seperti apa gosip yang Kak El dan Kak Al dengar sebenarnya?” Bian begitu penasaran sekali.

“Gosip yang aku dengar daddy sering pergi berdua dengan Flavia. Dari mulai makan bersama sampai pergi ke luar kota bersama. Memang Adion sedang mengerjakan proyek hotel milik Davis. Jadi memang sedang dalam proses pembangunan tahap awal. Jadi daddy sering ke lapangan.” El mencoba menjelaskan pada semuanya tentang kabar yang didengarnya itu.

“Tunggu-tunggu. Flavia? Namanya seperti tidak asing?” Bian merasa nama itu begitu familiar di telinganya.

“Dia anak tetanggaku.” Freya menjelaskan pada Bian.

Akhirnya Bian ingat. Jika Flavia itu adalah tetangga kakaknya. Dulu sekali, dia pernah bertemu di pesta pernikahan kakaknya-Ghea. Walaupun sekarang dia lupa wajah gadis itu.

“Yang mana orangnya. Setiap aku ke sini tidak pernah lihat.” Ghea menimpali. Merasa tidak pernah bertemu dengan gadis yang dimaksud itu.

“Dia tinggal di apartemen sekarang. Waktu itu, aku bertemu dengan mamanya dan saling bercerita.” Shera menjelaskan.

“Aku punya akun media sosialnya.” Freya segera mengeluarkan ponselnya. Kemudian mencari nama akun di media sosial. “Flavia Claire.” Freya menyebut namanya sambil menulis di ponselnya. “Ini.” Akhirnya ketemu juga akun media sosial Flavia. Freya segera menunjukan pada semuanya. Meletakkan ponselnya di atas meja.

Semua langsung melihat ponsel Freya. Melihat seperti apa gadis cantik itu.

Bian melihat dengan saksama foto Flavia. Gadis itu semakin cantik dan seksi dibanding dulu waktu dirinya bertemu. Dengan tubuh yang seksi, tentu saja dia akan mudah menggoda pria. Sebagai pria saja, Bian langsung terpesona dengan foto Flavia. Jadi bisa jadi sang daddy juga ikut terpesona.

“Cantik.” Satu kata keluar dari mulut Bian tanpa disadari.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anna Waliana
bian seperti papanya suka bermain wanita
goodnovel comment avatar
siti yulianti
bian" knp kamu jd playboy kyk bapak mu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perfect Partner    Bab 3 Rencana

    “Dia memang cantik.” El ikut menimpali. “Iya, pantas daddy terpesona.” Al pun ikut menimpali.“Benar, tubuhnya saja seksi.” Rowan tak kalah ikut berkomentar.Bian mengalihkan pandangan pada kakak-kakaknya yang sedang ikut mengomentari Flavia. Namun, ada yang melihat menarik dibanding reaksi kakak-kakaknya yang melihat foto Flavia, yaitu melihat reaksi kakak dan kakak iparnya yang kesal melihat suaminya yang memuji wanita lain.“Jadi lebih cantik dia?” Freya akhirnya membuka suara. Dia menahan gemuruh dalam hatinya.“Seperti tidak hanya daddy yang terpesona.” Shera ikut menimpali.“Iya, dan sepertinya lebih seksi dibanding kita.” Ghea merujuk pada ucapan sang suami. El, Al, dan Rowan langsung mengalihkan pandangan mereka pada istri masing-masing. Mereka menelan salivanya melihat tatapan tajam dari istri mereka masing-masing. “Sayang, bukan begitu.” El mencoba menjelaskan pada Freya. “Lalu?” tanya Freya dengan tatapan menghujam. “Sayang, siapa yang terpesona. Aku—” “Siapa yang b

    Last Updated : 2023-05-15
  • Perfect Partner    Bab 4 Pulang Malam

    Bian keluar dari kamar, kemudian menyusul mommy dan daddy yang sudah duduk di ruang keluarga. Ada kakak dan kakak iparnya di sana.Tadi El sudah berangkat untuk ke kantor dan mengantarkan anaknya sekolah, tetapi Ghea menghubungi jika mommy dan daddy akan datang. Jadi dia kembali ke rumah untuk menemani adiknya yang pastinya akan jadi sasaran sang mommy. “Kenapa tidak langsung pulang?” Mommy Shea langsung melempar pertanyaan itu lagi. “Kemarin aku lelah, Mom. Jadi saat Kak El jemput aku putuskan untuk menginap.” Bian memberikan alasan yang menurutnya masuk akal. Tidak mungkin dia mengatakan jika menginap karena mengadakan rapat penting dengan kakak-kakaknya. “Lalu kenapa tidak memberitahu Mommy jika sudah pulang?” Mommy Shea berkaca-kaca. Dia masih tidak terima ketika anaknya tidak mengabari. Padahal kedatangannya tentu saja jadi kebahagiaan untuknya. Bian tidak bisa melihat sang mommy yang menangis. Dia segera menghampiri sang mommy dan memeluknya. Menenangkan sang mommy yang bers

    Last Updated : 2023-05-15
  • Perfect Partner    Bab 5 Ketampan

    Pagi ini Bian tengah bersiap. Dia tidak mau membuang waktu begitu saja. Jadi dia memutuskan untuk langsung bekerja. Apalagi semalam dia melihat lipstik di jas milik sang daddy. Itu menguatkan jika memang ada yang terjadi pada Daddy Bryan dan juga Flavia. Saat merasa penampilannya sudah rapi, Bian keluar. Bergabung dengan mommy dan daddy-nya untuk sarapan bersama. “Bi, kamu mau ke mana?” Mommy Shea yang melihat anaknya dengan kemeja rapi pun bertanya. Dia merasa heran. Kenapa anaknya serapi ini pagi-pagi sekali. “Bukankah aku sudah bilang jika aku akan bekerja di Adion Company?” Bian menjawab sambil menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya di kursi. Ikut bergabung dengan mommy dan daddy yang sudah duduk di ruang makan. “Kenapa cepat sekali? Kamu baru datang dua hari lalu. Paling tidak harusnya kamu istirahat dulu. Jalan-jalan dulu. Nikmati waktumu di sini lebih dulu.” Mommy Shea merasa anaknya terlalu cepat untuk bekerja. Jadi dia pun memberikan protesnya. “Nanti jika aku liburan le

    Last Updated : 2023-05-15
  • Perfect Partner    Bab 6 Pertemuan

    Flavia menuju ke ruangan Bryan Adion. Karena ruangan atasannya di lantai atas, dia harus memakai lift terlebih dahulu untuk mencapai tempat tersebut. “Hai, Kak Eva.” Flavia menyapa sekretaris Bryan Adion.“Hai, Fla.” Eva tersenyum. “Tidak perlu aku antar bukan?” tanyanya menggoda. Dia sudah tahu jika kedatangan Flavia untuk bertemu dengan atasannya. “Tidak perlu.” Flavia tersenyum. Langkahnya terus diayunkan masuk ke ruangan Bryan Adion. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu terlebih dahulu. Daddy Bryan dan Bian yang sedang duduk di sofa, mengalihkan pandangan pada pintu ketika suara ketukan terdengar. Dari balik pintu terlihat seorang gadis masuk.Bian terperangah ketika melihat seorang gadis cantik masuk. Kulit putih tampak begitu bersinar. Padahal, dia tahu jika Flavia adalah manager konstruksi. Artinya gadis itu sering keluar. Namun, bagaimana kulitnya bisa seputih itu jika dia sering ke lapangan. Flavia yang masuk melihat dua pria di dalam. Satu pria jelas dia tahu jika itu adala

    Last Updated : 2023-06-17
  • Perfect Partner    Bab 7 Tinggal Di Apartemen

    “Bagaimana pertemuanmu dengan Flavia?” El melemparkan pertanyaan itu pada adiknya. “Apa dia benar-benar cantik?” Rowan menatap adik iparnya tersebut. “Berani-beraninya Kak Rowan bertanya wanita lain.” Bian menggoda kakak iparnya. “Awas kalau kamu bilang pada kakakmu.” Rowan memberikan peringatan pada adik iparnya itu. “Aku tidak janji.” Bian tersenyum menyeringai. Senang menggoda kakak iparnya.“Jawab dulu pertanyaan El, bagaimana pertemuanmu dengan Flavia?” Al yang juga tidak sabar mendengar pun menegur adiknya. “Apa Kak Al mau tahu seberapa cantik Flavia?” Dean menggoda kakak sepupunya. Dia pun tertawa. Al melirik malas. Bukan itu maksudnya bertanya. Dia hanya penasaran saja. “Aku hanya berkenalan saja. Dia cukup cantik.” Bian menceritakan apa yang dilihatnya tadi. “Tadi aku melihat senyum daddy dan senyum Flavia aneh. Aku rasa, mereka benar-benar punya hubungan.” Bian menyimpulkan apa yang dilihatnya tadi. “Kalau begitu, kamu harus benar-benar awasi gadis itu.” El merasa j

    Last Updated : 2023-06-17
  • Perfect Partner    Bab 8 Terlambat

    Bian bangun jauh lebih awal. Dia segera bersiap untuk ke kantor. Sebelum berangkat kerja, Bian menyempatkan untuk sarapan lebih dulu. Saat di ruang tamu, dia melihat sang mommy yang sedang menyiapkan makanan. Bian pun memeluk sang mommy dari belakang. “Maaf, Mom.” Rasanya tidak nyaman ketika Mommy Shea memilih untuk diam dan tidak mau bicara sama sekali. Membuat Bian akhirnya mengalah. Meminta maaf pada sang mommy.Ibu mana yang bisa marah dengan anaknya. Setiap ibu pasti tidak bisa marah terlalu lama. Termasuk dengan Mommy Shea. “Mommy izinkan kamu untuk tinggal di apartemen.” Sambil mengembuskan napasnya, Mommy Shea memberitahu sang anak.Bian membulatkan matanya. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang dia dengar. “Mommy bilang apa?” Bian memutar tubuh sang mommy. “Mommy mengizinkan kamu tinggal di apartemen.” Mommy Shea mengulang kembali ucapannya tersebut. *** Semalam ….Mommy Shea membersihkan wajahnya di depan cermin. Sebelum tidur, dia memang r

    Last Updated : 2023-06-17
  • Perfect Partner    Bab 9 Jangan Seenaknya!

    Bian mengayunkan langkahnya dengan tenang. Di hari pertamanya dia terlambat. Ini adalah hal yang tak pernah dilakukan. Di London, dia selalu tepat waktu. Tak pernah terlambat sedikit pun. Tentu saja itu membuatnya sedikit kesal dengan dirinya sendiri. Namun, dia tetap tenang. Tak mau terlihat bodoh saat datang. Bian yang masuk ke lobi menjadi pemandangan indah untuk resepsionis. Lobi sudah sepi, mengingat orang sudah mulai bekerja. Ruangan ada di lantai lima belas. Jadi dia segera ke ruangannya tersebut dengan menggunakan lift. Saat lift terbuka, tampak semua orang yang berada di mejanya mengalihkan pandangan. Mereka melihat Bian dengan jaket kulit dengan tas di pundaknya. Tampak keren sekali. Tentu saja itu membuat para staf wanita terpesona. “Jika seperti ini, aku akan betah kerja di divisi ini.” Wanita di divisi konstruksi memang tidak banyak. Lebih didominasi oleh laki-laki. Apalagi Adion sudah berjalan puluhan tahun. Jadi banyak staf yang sudah cukup tua bekerja di Adion. “Be

    Last Updated : 2023-06-17
  • Perfect Partner    Bab 10 Makanan Yang Disajikan

    Bian mengeluarkan laptopnya. Kemudian segera mulai mencatat apa yang akan dijelaskan oleh Flavia. “Kita sedang ada proyek pembangunan hotel, apartemen, dan juga mal. Aku akan memberikan kamu proyek hotel untuk dipelajari dulu. Aku akan kirim file-nya.” Flavia mengirim file pada Bian. “Ada sedikit kendala. Di lapangan sering terjadi perhitungan yang tidak sesuai dengan perencanaan. Jadi kita harus banyak turun ke lapangan untuk mengecek.” Flavia menjelaskan. Bian mengecek file yang dikirimkan oleh Flavia. Beberapa data tentang pembangunan proyek sudah ada di sana. Jika membaca saja sebenarnya Bian mengerti, tetapi dia tidak mau melepaskan kesempatan tersebut begitu saja. “Sudah berapa lama proyek ini berlangsung?” Bian melempar pertanyaan pada Flavia. “Bukankah sudah tertera tanggal di dalam data itu.” Flavia menyindir pada Bian. Padahal dengan membaca saja bisa, tetapi kenapa Bian justru bertanya. “Tinggal jawab, apa susahnya.” Bian tetap tak mau kalah. Flavia mengembuskan n

    Last Updated : 2023-06-17

Latest chapter

  • Perfect Partner    Bab 165 Kebahagiaan Tiada Henti

    Bayi Flavia dan Bian masih di ruang NICU karena mereka masih perlu perawatan. Mengingat berat badan mereka masih begitu kecil. Flavia sendiri sudah belajar bangun paska operasi. Dia semangat melakukan itu semua karena ingin segera bertemu dengan anak-anaknya. Flavia pergi ke ruang NICU diantar oleh Bian. Dia duduk di kursi roda didorong oleh suaminya. Flavia ingin menyusui anak-anaknya. Tidak hanya sendiri, Flavia bersama dengan papanya, mertuanya, kakak, dan bibi dan paman mertuanya. Mereka semua melihat anak-anak Flavia dan Bian lebih dulu dari balik kaca. Tiga anak sedang pulas tertidur. Hal itu membuat mereka begitu gemas sekali. “Kalian sudah punya nama?” Mommy Shea menatap Flavia dan Bian. “Sudah Ma.” Flavia mengangguk. “Siapa?” Daddy Bryan begitu penasaran sekali dengan nama cucunya.“Si sulung, namanya Nathan Fabio Adion.” Karena anak laki-lakinya lahir pertama, jadi Bian menyebutnya sulung. “Itu yang bibirnya tebal namanya Fiorenza Claire Adion.” Bian menunjuk satu anak

  • Perfect Partner    Bab 164 Operasi

    Bian mengajak Flavia keliling komplek. Kebetulan sore hari. Cuaca tidak terlalu panas, jadi enak untuk berkeliling komplek. “Apa kamu suka?” Bian menoleh sejenak pada sang istri. “Tentu saja aku suka. Ternyata seru sekali.” Flavia begitu berbinar menikmati perjalanan. Angin yang bertiup sepoi-sepoi begitu nikmat sekali. “Kapan lagi kita berlima bisa naik motor ini. Nanti jika anak-anak lahir. Aku rasa hanya cukup mereka bertiga.” Bian tertawa. “Iya, satu di sana, dan dua di sini.” Flavia menunjuk tempat duduk di belakang Bian.“Iya, pasti seru membawa mereka bertiga keliling komplek bersama.” Bian sudah membayangkan akan seseru apa nanti kehidupan mereka dengan tiga anak. Bian dan Flavia menikmati perjalanannya keliling komplek. Bian melihat wajah sang istri yang benar-benar berbinar. Tidak sia-sia akhirnya Bian membelikan motor. Walaupun entah kapan akan dipakai lagi. Puas berkeliling-keliling. Akhirnya mereka kembali ke rumah. Bian membantu Flavia untuk turun dari motor. Tanga

  • Perfect Partner    Bab 163 Motor Bian

    Flavia mengukur perutnya yang sudah semakin membesar. Flavia selalu mencatat berapa ukuran perutnya. Tak hanya itu, dia mengambil foto setiap perkembangan besar perutnya. Itu akan dipakainya untuk dokumentasi.Bian yang masuk ke kamar melihat sang istri yang sedang asyik mengukur perutnya. Rasanya gemas sekali melihat istrinya. Bian menghampiri sang istri. Memeluk dari belakang. “Tanganku sepertinya tidak muat untuk memeluk.” Perut Flavia yang besar membuat Bian kesulitan.“Iya, ternyata besar sekali perutku.” Flavia sendiri merasa jika yang dikatakan sang suami benar. “Dengar, nanti kamu harus duduk diam saja. Aku yang akan memilih.” Rencananya hari ini Bian, Flavia, dan keluarga akan memilihkan baju untuk anak mereka. Mengingat usia kandungan cukup besar, sebenarnya Bian tidak tega untuk membiarkan sang istri memilih baju untuk anak mereka. “Baiklah, aku akan diam saja nanti di sana. Duduk manis, dan membiarkan kalian untuk memilih.” Flavia tersenyum. Dia juga tidak yakin jika ak

  • Perfect Partner    Bab 162 Biar Jadi Kejutan

    Kehamilan Flavia sudah mencapai enam bulan. Perut Flavia semakin besar. Ukurannya tidak seperti orang hamil pada umumnya. Itu karena di dalam kandungan Flavia ada tiga janin yang tumbuh. Hari ini Flavia akan mengecek kandungannya. Bulan ini rencananya mereka akan mengecek jenis kelamin, karena dua kali pemeriksaan tidak terlihat. Seperti biasa Bian dan Flavia tidak sendiri. Ada mommy, daddy, dan kakak-kakak mereka. Yang penasaran tidak hanya Flavia dan Bian saja. “Setelah ini kira-kira siapa lagi yang akan kita antar untuk ke rumah sakit memeriksakan kandungan?” Mommy Shea menatap anak-anaknya. Semua kakak Bian langsung menggeleng. Karena tidak ada dari mereka yang berniat memiliki anak lagi. Tentu saja Flavia dan Bian adalah yang terakhir diantar oleh keluarga saat memeriksakan kandungan. Tentu saja itu membuat mereka semua memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mama Lyra sudah menunggu di ruang pemeriksaan. Segera Flavia melakukan pemeriksaan. Mama Lyra segera mengecek keadaan janin

  • Perfect Partner    Bab 161 Ngidam

    Tidak ada makanan sama sekali di lemari pendingin. Hal itu membuat Bian bingung apa yang bisa dimakan sang istri malam-malam seperti ini.“Bagaimana jika kita ke restoran cepat saja? Mereka buka dua puluh empat jam. Jadi aku rasa kita bisa beli makanan di sana.” Bian pun memberikan ide.“Aku mau.” Sudah hampir sebulan ini Flavia di rumah. Berkutat di rumah terus. Walaupun ada keponakannya, tetap saja dia bosan. Jadi saat diajak keluar, tentu saja dia merasa senang.“Baiklah, kita ambil baju hangat dulu.” Bian mengajak sang istri untuk segera ke kamarnya.Bian dan Flavia menggunakan mobil untuk ke restoran cepat saja. Jalanan begitu lengang sekali. Mengingat sudah malam. Flavia benar-benar senang sekali. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa keluar dari rumah, dan lebih menyenangkan adalah melihat suasana luar.“Kamu senang sekali.” Bian melihat jelas sang istri yang begitu senangnya.“Iya, kamu tahu bukan jika aku sudah sebulan jadi tahanan.” Flavia dengan wajah polosnya menatap Bian.

  • Perfect Partner    Bab 160 Keadaan Janin

    Mama Lyra segera melakukan tindakan untuk menolong Flavia. Beruntung pendarahan dapat diatasi. Setelah pendarahan dapat diatasi, Mama Lyra meminta perawat untuk membawa ke ruangan USG. Dia ingin memastikan keadaan kandungan Flavia. Bian senantiasa menemani Flavia.Mama Lyra memeriksa kandungan Flavia lewat layar USG. Tubuh Flavia yang lemas hanya pasrah saja ketika Mama Lyra melakukan pemeriksaan.Mama Lyra membulatkan matanya ketika melihat kandungan Flavia. Hal itu membuat Bian begitu panik.“Ma, ada apa?” tanya Bian. “Apa anakku kenapa-kenapa?” Bian benar-benar khawatir sekali.“Ada tiga janin di dalam kandungan Flavia.” Mama Lyra menatap Bian. Kemarin dia tidak melihat. Jadi kali ini dia cukup terkejut.Bian membulatkan matanya. Anaknya tidak lagi kembar dua saja, seperti kakaknya, tetapi tiga. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut.“Sayang, anak kita ada tiga.” Bian meraih tangan Flavia. Memberitahu sang istri. Kebetulan saat dibawa ke ruang USG Flavia tersadar.Flavia tidak

  • Perfect Partner    Bab 159 Mual Parah

    “Aku sudah mencari informasi dari internet, dan sepertinya tidak boleh.” Flavia tadi sempat mencari informasi apa saja yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda. Dan dia menemukan hal itu. Apalagi jika bukan larangan untuk berhubungan suami istri. Bian mengembuskan napasnya. “Aku akan coba tanya Kak Dean saja. Agar lebih percaya.” Dia masih tidak percaya. Karena itu dia memilih untuk menghubungi kakak sepupunya itu. Bian segera bangun dari posisi tidurnya. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengambil ponselnya. Kemudian, menghubungi Dean. “Halo, Bi.” Suara Dean dari seberang sana terdengar. “Kak, aku mau tanya?” “Tanya apa?” Dean di seberang sana bertanya. “Apa saat hamil muda tidak boleh melakukan hal intim?” Bian tanpa basa-basi bertanya. “Tentu saja tidak disarankan ketika hamil muda. Karena itu berisiko untuk kehamilan.” Dean berada di sana menjelaskan. Bian harus kecewa. Karena ternyata tidak boleh. “Baiklah. Terima kasih, Kak.” “Sama-sama, Bi.” Sambungan telepon ter

  • Perfect Partner    Bba 158 Perhatian

    “Sebaiknya kamu istirahat saja.” Bian menarik selimut untuk menutupi tubuh Flavia.Bian dan Flavia memutuskan untuk segera pulang setelah makan siang bersama para ibu Mengingat Flavia kelelahan setelah perjalanan dari proyek, tentu saja Bian tidak akan membiarkan.Flavia mengangguk. Dia memang cukup kelelahan, padahal di dalam perjalanan pulang tadi pagi, dia juga sempat tertidur. Namun, tubuhnya seolah tetap saja kelelahan.“Aku akan rapikan barang-barang kita dulu.” Bian mendaratkan kecupan di dahi sang istri.Tidak ada asisten rumah tangga di apartemen Bian. Karena itu Bian mengerjakan sendiri. Dia akan me-laundry semua pakaiannya. Bian terbiasa tinggal sendiri sewaktu di luar negeri. Jadi tentu saja itu membuatnya tidak kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.Suara bel yang terdengar di tengah-tengah Bian yang sedang asyik merapikan semua pekerjaanya, membuatnya segera beralih ke pintu apartemennya melihat siapa gerangan yang datang.“Mommy.” Bian melihat sang mommy datang ke

  • Perfect Partner    Bab 157 Periksa Kandungan

    Bian duduk di kursi belakang bersama dengan Flavia. Menemani sang istri. Wajah Flavia begitu pucat sekali. Hal itu membuat Bian begitu panik sekali. Bian menyesali keputusannya yang setuju dengan sang istri mengunjungi proyek. Jika seperti ini, dia akan memilih untuk di rumah saja. Akhirnya, mobil sampai di rumah sakit. Mereka sampai di ruang unit gawat darurat. Perawat langsung menyambut Flavia dan Bian. Perawat meminta Bian untuk memindahkan ke brankar, tetapi Bian menolak. Dia memilih menggendong tubuh sang istri masuk ke ruang perawatan. Perawat segera mengecek keadaan Flavia. Mereka segera memasang infus, karena Flavia tidak sadarkan diri. Dokter jaga segera mengecek keadaan Flavia. “Apa yang dirasakan pasien?” Dokter bertanya pada Bian.“Tadi pagi istri saya mual, pusing, dan siang ini tiba-tiba pingsan.” Bian menjelaskan pada dokter. “Bu, apa dengar suara saya.” Dokter memanggil Flavia. Flavia membuka matanya ketika samar-samar mendengar suara. Dilihatnya langit-langit ber

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status