Beranda / Romansa / Perfect Love / Part 32: Kakiku Terkilir

Share

Part 32: Kakiku Terkilir

Penulis: Lia Mauliza
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-18 22:34:15
Jeremi dan ketiga temannya berada di tengah hutan dengan mengikuti petunjuk dari peta yang ada di tangan Jeremi.

"Kau yakin arahnya ke sini?" tanya Diyo kepada Jeremi.

"Sepertinya iya. Coba kau lihat titik besar ini. Dia tempat kejutan yang kita tuju. Puncak gunung kembar," ujar Jeremi.

"Tidak menurutku arah ke kirilah yang menunjukkan tempat puncak indah itu," sahut Diyo.

"Menurutku ke kanan," sahut Jeremi lagi.

"Ke kiri," sahut Diyo.

"Ke kanan," balas Jeremi lagi.

Jeremi dan Diyo saling berbedat memilih jalan yang berlawanan.

"Sudah, sudah, sudah. Kita pilih jalan arah kanan saja, oke. Kata orang tua, pilihlah arah kanan agar tak tersesat," ujar salah satu temannya.

"Baiklah. Kita ke arah kanan," sahut Diyo mengalah mengalah.

Jeremi pun memilih arah kanan menuju puncak kembar.

"Memang tak tau diuntunglah si Citra itu! Sudah baik-baik kita tunggu dia, malah di suruhnya kita tinggalin dia. Terserahlah!" geram Eva seraya menaiki tanjakan gunung. Lalu, Eva menemukan titik segi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perfect Love   Part 33: Memeluknya Dengan kuat

    Malam pun tiba. Para murid kembali menelusuri hutan untuk mencari keberadaan Eva yang tersesat di hutan. Murid-murid dan guru menerangi kegelapan hutan dengan lampu senter. "Eva! Eva! Eva!" jerit para murid berulang kali memanggil nama Eva. "Eva di mana kau?! Apa kau bisa mendengar suaraku?!" teriak Cici. Pak Hendri dan Bu Siska menghentikan langkah sejenak. "Pak, bagaimana jika Eva tidak ditemukan?" tanya Bu Siska cemas. "Bu Siska tenang dulu. Jangan terlalu cemas. Saya yakin Eva masih di dalam hutan ini," jawab Pak Hendri. "Baiklah. Tapi hutan ini, hutan terlindung 'kan?" tanya Bu Siska khawatir. "Iya. Hutan ini, hutan terlindung. Banyak sekolah-sekolah lain yang berkemah di sini. Saya juga sudah beberapa kali ke hutan ini semasa kuliah. Bahkan, ada penjaga hutan," jelas Pak Hendri. "Saya akan lebih tenang, jika Pak Hendri berkata seperti itu," ujar Bu Siska lega. Pak Hendri dan Bu Siska melanjutkan pencarian. Langkah Rendra terhenti saat mendengar suara raungan hariamau ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Perfect Love   Part 34: Kembali Ke Rumah

    Rumah Sakit Jiwa Sehat, kembali menjalakan perawatan terapi kepada pasien gangguan jiwa dengan melakukan tes psikologi. "Hari ini saya harus kembali ke kota. Jadi, saya harus mengurus pasien lebih awal," ujar Erik kepada seorang perawat paruh baya bernama Uti. "Baiklah. Jika perawat Harris nanti ingin kembali ke Jakarta, saya akan menjaga pasien anda dengan baik," jawab perawat Uti. "Terima Kasih," ucapnya sambil tersenyum. "Sama-sama," jawab perawat Uti membalasnya dengan senyuman. Erik langsung bergegas pergi menuju ruang pasien. Ia sudah berada di depan pintu nomor 111. Ia berhenti sejenak seraya menarik napas panjang dan membuka pintu. "Hy Sisi!" sapa Erik dengan senyuman yang begitu meriah. Pasien bernama Sisi ini hanya duduk terdiam menatap dinding kosong di depannya. Lalu, ia melirik sinis ke arah Erik. "Untuk apa kau ke sini lagi?" tanya pasien Sisi itu sangat judes. Pasien Sisi ini terlihat cantik, berusia 27 tahun, memiliki rambut lurus dan panjang. Pasien Sisi menga

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Perfect Love   Part 35: Perlahan Mendekat

    Rendra terlihat begitu pulas tertidur di atas katilnya dengan posisi ke samping kanan. Ia menyelimuti dirinya hingga ke atas bahu dengan selimut tebal berwarna abu-abu senada dengan sprei. Ia lebih dulu tiba di rumahnya setelah bermalam di tengah hutan tanpa menemukan petunjuk apapun tentang kakaknya. Sedangkan Eva dan Erik baru tiba di rumah sekitar pukul sepuluh pagi. "Terus, Rendra bilang apa lagi?" tanya Eva melemparkan tas ranselnya ke sofa. "Dia suruh aku jemput kau lah," jawab Erik sambil duduk di atas sofa seraya menyingkirkan tas ransel Eva ke bawah lantai. Eva hanya menatap Pamannya tajam, namun, ia tidak mempedulikan tas ranselnya itu. "Dia suruh Paman jemput aku?" tanya Eva ragu. "Iya." "Baik sekali dia. Aku mau ke rumah dia, ah." Eva hendak menuju ke rumah Rendra. "Eh, eh. Ngapain kau ke rumah dia?" tanya Erik menahan Eva. "Ingin berterima kasih," jawabnya. "Nggak usah." "Kok gitu?" "Sekarang Rendra lagi tidur. Kau mau gangguin dia tidur dan bikin dia marah? La

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Perfect Love   Part 36: Nilai Hasil Tryout Keluar

    Sebagian tubuh Eva terjatuh ke atas badan Rendra. Tatapan keduanya saling bertemu satu sama lain. Dak, dig, dug .... Suara detak jantung Eva dan Rendra berdetak kencang. Tanpa sadar kedua tangan Rendra berada di atas pinggang Eva. Rantang plastik terlepas dari tangannya. Di sisi lain, Erik menyusul Eva ke rumah Rendra. Ia sekarang berada di depan pintu. "Apa yang mereka lakukan di dalam? Awas saja jika Rendra mengganggu keponakanku." Rendra menekan bel rumah Rendra. "Eva. Eva. Apa kau masih di dalam?" teriak Erik seraya mengetuk pintu. Sontak Rendra tersadar dan melepaskan tangannya dari pinggang Eva. Mereka dengan cepat berdiri dari lantai. Rendra berdehem seraya menggaruk kepalanya dengan malu dan salah tingkah. "Eva!" teriak Erik lagi. "A-aku." Eva mengambil rantang plastiknya di lantai. "Ini ... Biar aku saja yang cuci," ujar Eva gugup. "I-iya." Eva langsung pergi meninggalkan Rendra dan kembali ke rumah. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Erik sambil berjalan mengikuti Eva

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Perfect Love   Part 37: Kecewa

    Grup w******p SMA Angkasa Jakarta menerima pesan masuk. Seluruh murid dan guru berada dalam grup itu. Sebagian murid di kelas 12 IPA langsung membuka pesan di ponsel masing-masing. Pesan itu merupakan sebuah video yang di kirim oleh Zia dari kelas IPS, tapi ia menyamar dengan nomor tak dikenal.Semua tindakan Eva saat menggoda dan memotret catatan Rendra, terekam dengan jelas di video tersebut. Sontak murid-murid sangat terkejut melihat video yang membuat mereka sangat kesal dan marah dengan perilaku Eva yang kurang bijak."Pencuri!" teriak murid itu ke arah Eva sambil berdiri.Murid yang lain ikut menyerbu Eva dan berdiri dari tempat duduk mereka."Pencuri, penggoda!" sahut murid-murid yang lainnya.Eva menoleh ke arah murid-murid itu dengan bingung. Eva tidak mengerti akan maksud dari perkataan mereka."Hei, hei. Ada apa ini?" tanya Erik yang hendak pergi dari kelas.Para murid itu menatap Erik dengan tajam dan kembali menatap Eva dengan kemarahan yang membara."Dia tidak pantas menj

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Perfect Love   Part 38: Permohonan Maafku Belum Diterima

    Rendra menghela napas panjang seraya memeluk gulingnya dan menatap ke arah jendela yang memancarkan cahaya senja di sore hari. "Apa aku terlalu berlebihan jika kecewa dengannya?" Rendra terlihat cemas saat mengingat Eva. Ia bangun dari tempat tidurnya menuju balkon. Sontak ia melihat Eva sedang bersama Jeremi di depan pagar rumah. "Aku suka sama dia atau tidak, itu bukan urusanmu. Lebih baik kau pergi dari sini!" ucap Eva mengusir Jeremi. "Aku mencintaimu, Ev. Aku sangat mencintaimu," ucap Jeremi memeluk Eva dengan kuat. Jeremi sengaja memeluk Eva untuk membuat Rendra kesal. "Je, lepaskan aku!" "Sampai kapan pun aku tidak akan melepaskanmu. Aku sayang sama kau, Ev. Aku janji, aku tidak akan sakitimu lagi. Pokoknya kita harus balikan. Titik," ujar Jeremi terus memeluknya dengan erat sambil tersenyum ke arah Rendra dengan sinis. Eva terdiam sejenak membiarkan Jeremi memeluknya. Rendra membalas tatapan tajam ke arah Jeremi. Ia terlihat geram melihat kemesraan mereka hingga akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Perfect Love   Part 39: Bisikan Iblis

    "Aku tak butuh permohonan maafmu. Alangkah baiknya kau menjauh dari hadapanku," jawab Rendra menatap Eva dengan tatapan kebencian. Eva menatap Rendra dengan tatapan sendu. "Ren, aku tidak bermaksud ..." "Kau sengaja menggodaku untuk melakukan niat jahat kau ini. Aku bisalah ajarin kau untuk mengalahkanku. Kau tak payah mencuri seperti itu," "Aku tidak mencuri, Ren!" "Terus, kalau tidak mencuri itu apa namanya? Mengambil tanda izin? Atau ... Oh, aku tau, hanya mengambil diam-diam." "Cukup, Ren. Aku tau aku salah. Sebab itulah aku minta maaf," ucap Eva lagi dengan rasa penyesalan. "Alah. Sudah buat salah enak saja minta maaf. Eh, Ev. Kau itu sudah sakiti perasaan Rendra. Pura-pura ajak Rendra pacaran hanya untuk mencuri catatannya saja," sahut Zia tiba-tiba ada di samping murid-murid lainnya yang sedang menyaksikan permohonan maaf Eva kepada Rendra. Eva hanya terdiam seraya menatap para murid itu dengan kesal. Rendra tak ingin panjangkan perdebatan itu. Ia pergi ke arah gedung d

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Perfect Love   Part 40: Bangsat Kau!

    "Aku akan menemukanmu, Ev. Aku pasti akan menyelamatkanmu dari para bajingan-bajingan itu," ucap Rendra seraya memegang stang mobilnya dengan kuat. Rendra memilih jalan kiri dengan penuh yakin. Ia merasakan Eva diculik oleh orang dikenal. Lalu, ia mengambil ponselnya di saku celananya dan menelpon 110. Rendra melaporkan kasus penculikan dan segera mngikuti jalur yang ia tempuh. Jeremi berhasil membawa Eva ke gudang kosong yang penuh debu dan jauh dari kota. Ia melilitkan tali pada kedua tangan dan kaki Eva dengan mengikatnya di kursi dalam posisi duduk. "Selesai." Jeremi mengikat Eva dengan kuat dan menyapu kedua tangannya yang terkena debu. "Je, kita enggak akan kena masalah 'kan karena melakukan hal ini?" tanya Diyo terlihat cemas. "Enggak akan. Kalian tenang saja, aku jamin enggak ada orang yang ikutin kita," jawab Jeremi penuh percaya diri. "Baiklah, Je. Kami percaya dengan kau," sahut Arnez. Jeremi melihat ke arah pojok dinding gudang banyak kursi yang tersusun. "Ambilkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04

Bab terbaru

  • Perfect Love   113: Menua Bersama (End)

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   112: Janji Kita

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   111: Jalan Bahagia

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   110: Ini Tempatku!

    Dengan jarak yang jauh menuju rumah sakit di Jakarta, Erik mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Siapa yang berani culik keponakanku!" ujar Erik sangat marah. Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Erik hingga membuatnya semakin marah kepada penculik itu. Rendra berlari menuju ruang IGD untuk melihat kondisi Eva. Tanpa memanggil namanya, Rendra langsung menggendong Eva dan menidurkannya di atas ranjang. Tapi, Eva malah bangun lagi dan duduk di atas ranjang. Rendra membiarkan Eva agar ia lebih tenang. "Penyakit apa itu. Aneh sekali," ujar salah satu pasien merasa ketakutan. "Tidur berjalan," ucap pasien lainnya. Suasana di IGD menjadi ricuh saat melihat penyakit Eva yang begitu langka. "Dia kerasukan, Ma. Aku takut," ujar salah satu pasien anak kecil yang memegang kuat tangan Ibunya. "Sudah, sudah. Kakak itu hanya sakit biasa," jawab Ibunya menenangkan sang anak. "Semuanya tenang. Dia hanya kelelahan saja," sahut Dokter menenangkan para pasien. Dokter dan tiga perawat mendek

  • Perfect Love   109: Aku Bisa Saja Tidak Memilih

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   108: Seperti debu

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   107: Tapi Kalem dan Anggun

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   106: Sepertinya Ibunya Dulu

    Eva berjalan penuh percaya diri menuju ruang syuting, Eva menatap tajam ke arah podium tersebut sambil membatin. 'Aku ini seorang presenter berita bukan juru bicara yang menerjemahkan setiap perkataan orang'. Eva menaiki podium acara dan bersiap-siap sambil merapikan jasnya, menyetuh sedikit rambut di sebelah kirinya dan berdiri tegak hingga ia terlihat semakin tinggi karena memakai hak 9 cm. Ia menarik napas pelan dan tetap santai sambil menunggu aba-aba dari sutradara pada saat acara akan dimulai. Ia memegang remote pengontrol infokus untuk nanti saat menunjukkan berita di layar dinding. Seorang kru berseragam hitam mengarahkan kamera ke arahnya dengan shot yang begitu bagus."Mulai!" ucap sutradara memulai acara. "Halo, selamat siang pemirsa. Bersama saya Eva Gricia Sukma Negara ...," Eva terus melanjutkan pemberitaannya setelah perkenalan diri. Ia bahkan tidak peduli dengan konsep berita yang sudah direncanakan oleh atasan. Ia tetap dengan pendiriannya untuk memberitahukan fa

  • Perfect Love   105: Kedatangan Siswa Baru

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

DMCA.com Protection Status