Beranda / Romansa / Perfect Love / Part 27: Kisah Hidup Yang Tak Sama

Share

Part 27: Kisah Hidup Yang Tak Sama

Penulis: Lia Mauliza
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-08 13:48:18
"Bukankah Mas Pati sudah menemukan alamat orang itu?" tanya Rendra pada Pati.

Pati sedang berada di rumah Rendra.

"Sudah, Tuan Muda. Kita bisa pergi kesana besok," jawab Pati.

"Saya tidak sempat besok. Saya harus ikut ulangan di sekolah."

Rendra berdiri dari tempat duduknya menuju ke arah meja untuk melihat jadwal hariannya. Pada selembar kertas, Rendra menuliskan jadwal hariannya. Ia orang yang sangat di siplin.

"Jadi, bagaimana Tuan Muda?"

"Kita pergi di malam hari saja. Setelah saya selesaikan ulangan, kita langsung bergegas kesana," ucap Rendra.

"Baiklah, Tuan Muda." Pati berdiri dari tempat duduknya dan hendak pergi.

"Tunggu dulu!" suruh Rendra.

Ia menghentikan Pati pergi.

"Iya. Kenapa Tuan?"

"Jangan kabari Daddy, dulu."

"Baik, Tuan Muda," jawab Pati.

Lalu, ia segera pergi dari rumah Rendra.

Saat waktu sudah menunjukkan pukul 13:30 siang, Eva keluar dari rumahnya menuju toko buku menggunakan mobil pribadinya yaitu Mini Cooper, untuk mencari beberapa buku yang berkaia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perfect Love   Part 28: Cemaskan Dia

    Eva bersama ketiga sahabatnya menghampiri Kak Yen di kantin sekolah untuk berbincang-bincang dan menggoda Kak Yen yang sudah berpacaran dengan Koki Dodi. Mereka duduk secara berhadapan di meja makan sepanjang dua meter. Eva dan Kak Yen duduk berdampingan. Sedangkan Cici, Raisa, dan Rena duduk di deretan yang sama. "Kok bisa Kak Yen dengan Koki Dodi? Bukannya, Kak Yen dengan Koki Dodi saling bermusuhan?" tanya Cici pada Kak Yen. Kak Yen tersipu malu sambil tersenyum. "Ini, angin-anginnya ... Benci tapi cinta," sahut Eva tertawa. Eva mencolek tangan Kak Yen. "Terus Kak Yen, gimana dengan Paman saya?" goda Eva. "Ah, Paman kau itu, dingin sekali. Susah sekali taklukin hatinya. Kak Yen mengalah saja sama Pak Erik. Mendingan sama Mas Dodi saja," jelas Kak Yen tersipu malu. "Wah, cepat ini perkembangannya. Sudah panggil Mas Dodi segala," goda Cici lagi. "Ya iyalah. Sekarang hati Kak Yen hanya untuk Koki Dodi. Cuma dia seorang," ucapnya genit sambil menempelkan telapak tangan ke dada di

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Perfect Love   Part 29: Mendapatkan Petunjuk Baru

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia p

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Perfect Love   Part 30: Embun Pagi

    Keesokan paginya, saat langit masih terlihat remang-remang. Rendra, dan Pati berjalan di atas jalan yang licin tanpa aspal yang di tuntun oleh seorang penjaga ronda pendesaan. Hawa yang sejuk dan embun pagi yang menetes ke bawah tanah dari dedaun pohon, membuat Rendra semakin kedinginan. Lalu, Rendra melipat kedua tangannya ke dada untuk menahan dinginnya hawa alam yang begitu asing baginya, walaupun Rendra memakai jaket yang tebal. Pati melirik ke arah Rendra. "Apa Tuan Muda baik-baik saja?" tanya Pati. "Aku baik-baik saja," jawab Rendra. Rendra dan Pati terus berjalan mengikuti penjaga ronda itu. Perjalanan mereka terasa sudah jauh dari tempat ronda. Rendra melihat ke arah sisi kanan dan kiri jalan, ia memperhatikan pohon-pohon di hutan yang begitu tinggi dan lebat. Hatinya sedikit ragu saat mengikuti penjaga ronda itu. "Apa Bapak yakin mereka tinggal di sana?" tanya Rendra. "Iya, mereka tinggal di sana. Dik Rendra dan Mas Pati tenang saja, setelah melewati hutan lebat ini, di

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Perfect Love   Part 31: Titik Segitiga

    Para murid berjalan membaris mendaki gunung kembar dengan hati-hati. Eva berada di barisan ketiga, Rena di barisan ke empat, Raisa di barisan ke enam, dan Cici di barisan ke tujuh. "Eva! Rena! Kalian memang tak setia kawan!" teriak Cici mengeluh seraya menghentikan langkahnya. Eva dan Rena saling tersenyum mendengar keluhan Cici. "Ayo, Ci, Rai! Cepat jalan! Jangan patah semangat!" balas Rena. Raisa menghela napas panjang dan menghentikan langkahnya seraya mengambil botol mimuman di samping kantong kiri tas ransel dan meminumnya. "Me-mereka memang ku-kurang setia." Raisa mengatur napasnya yang terengah-engah. Citra yang berada di barisan ke lima hanya diam dengan bergumam kesal di dalam hati. 'Dasar kelompok alai' Sedangkan, murid lainnya meneruskan pendakian dengan melewati barisan Cici dan Raisa. Di barisan depan dan akhir, ada seorang guru laki-laki dan perempuan yang menjaga para murid tetap aman di saat mendaki gunung. Guru perempuan bernama Siska yang mengawal di barisan d

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Perfect Love   Part 32: Kakiku Terkilir

    Jeremi dan ketiga temannya berada di tengah hutan dengan mengikuti petunjuk dari peta yang ada di tangan Jeremi. "Kau yakin arahnya ke sini?" tanya Diyo kepada Jeremi. "Sepertinya iya. Coba kau lihat titik besar ini. Dia tempat kejutan yang kita tuju. Puncak gunung kembar," ujar Jeremi. "Tidak menurutku arah ke kirilah yang menunjukkan tempat puncak indah itu," sahut Diyo. "Menurutku ke kanan," sahut Jeremi lagi. "Ke kiri," sahut Diyo. "Ke kanan," balas Jeremi lagi. Jeremi dan Diyo saling berbedat memilih jalan yang berlawanan. "Sudah, sudah, sudah. Kita pilih jalan arah kanan saja, oke. Kata orang tua, pilihlah arah kanan agar tak tersesat," ujar salah satu temannya. "Baiklah. Kita ke arah kanan," sahut Diyo mengalah mengalah. Jeremi pun memilih arah kanan menuju puncak kembar. "Memang tak tau diuntunglah si Citra itu! Sudah baik-baik kita tunggu dia, malah di suruhnya kita tinggalin dia. Terserahlah!" geram Eva seraya menaiki tanjakan gunung. Lalu, Eva menemukan titik segi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Perfect Love   Part 33: Memeluknya Dengan kuat

    Malam pun tiba. Para murid kembali menelusuri hutan untuk mencari keberadaan Eva yang tersesat di hutan. Murid-murid dan guru menerangi kegelapan hutan dengan lampu senter. "Eva! Eva! Eva!" jerit para murid berulang kali memanggil nama Eva. "Eva di mana kau?! Apa kau bisa mendengar suaraku?!" teriak Cici. Pak Hendri dan Bu Siska menghentikan langkah sejenak. "Pak, bagaimana jika Eva tidak ditemukan?" tanya Bu Siska cemas. "Bu Siska tenang dulu. Jangan terlalu cemas. Saya yakin Eva masih di dalam hutan ini," jawab Pak Hendri. "Baiklah. Tapi hutan ini, hutan terlindung 'kan?" tanya Bu Siska khawatir. "Iya. Hutan ini, hutan terlindung. Banyak sekolah-sekolah lain yang berkemah di sini. Saya juga sudah beberapa kali ke hutan ini semasa kuliah. Bahkan, ada penjaga hutan," jelas Pak Hendri. "Saya akan lebih tenang, jika Pak Hendri berkata seperti itu," ujar Bu Siska lega. Pak Hendri dan Bu Siska melanjutkan pencarian. Langkah Rendra terhenti saat mendengar suara raungan hariamau ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Perfect Love   Part 34: Kembali Ke Rumah

    Rumah Sakit Jiwa Sehat, kembali menjalakan perawatan terapi kepada pasien gangguan jiwa dengan melakukan tes psikologi. "Hari ini saya harus kembali ke kota. Jadi, saya harus mengurus pasien lebih awal," ujar Erik kepada seorang perawat paruh baya bernama Uti. "Baiklah. Jika perawat Harris nanti ingin kembali ke Jakarta, saya akan menjaga pasien anda dengan baik," jawab perawat Uti. "Terima Kasih," ucapnya sambil tersenyum. "Sama-sama," jawab perawat Uti membalasnya dengan senyuman. Erik langsung bergegas pergi menuju ruang pasien. Ia sudah berada di depan pintu nomor 111. Ia berhenti sejenak seraya menarik napas panjang dan membuka pintu. "Hy Sisi!" sapa Erik dengan senyuman yang begitu meriah. Pasien bernama Sisi ini hanya duduk terdiam menatap dinding kosong di depannya. Lalu, ia melirik sinis ke arah Erik. "Untuk apa kau ke sini lagi?" tanya pasien Sisi itu sangat judes. Pasien Sisi ini terlihat cantik, berusia 27 tahun, memiliki rambut lurus dan panjang. Pasien Sisi menga

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Perfect Love   Part 35: Perlahan Mendekat

    Rendra terlihat begitu pulas tertidur di atas katilnya dengan posisi ke samping kanan. Ia menyelimuti dirinya hingga ke atas bahu dengan selimut tebal berwarna abu-abu senada dengan sprei. Ia lebih dulu tiba di rumahnya setelah bermalam di tengah hutan tanpa menemukan petunjuk apapun tentang kakaknya. Sedangkan Eva dan Erik baru tiba di rumah sekitar pukul sepuluh pagi. "Terus, Rendra bilang apa lagi?" tanya Eva melemparkan tas ranselnya ke sofa. "Dia suruh aku jemput kau lah," jawab Erik sambil duduk di atas sofa seraya menyingkirkan tas ransel Eva ke bawah lantai. Eva hanya menatap Pamannya tajam, namun, ia tidak mempedulikan tas ranselnya itu. "Dia suruh Paman jemput aku?" tanya Eva ragu. "Iya." "Baik sekali dia. Aku mau ke rumah dia, ah." Eva hendak menuju ke rumah Rendra. "Eh, eh. Ngapain kau ke rumah dia?" tanya Erik menahan Eva. "Ingin berterima kasih," jawabnya. "Nggak usah." "Kok gitu?" "Sekarang Rendra lagi tidur. Kau mau gangguin dia tidur dan bikin dia marah? La

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24

Bab terbaru

  • Perfect Love   113: Menua Bersama (End)

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   112: Janji Kita

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   111: Jalan Bahagia

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   110: Ini Tempatku!

    Dengan jarak yang jauh menuju rumah sakit di Jakarta, Erik mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Siapa yang berani culik keponakanku!" ujar Erik sangat marah. Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Erik hingga membuatnya semakin marah kepada penculik itu. Rendra berlari menuju ruang IGD untuk melihat kondisi Eva. Tanpa memanggil namanya, Rendra langsung menggendong Eva dan menidurkannya di atas ranjang. Tapi, Eva malah bangun lagi dan duduk di atas ranjang. Rendra membiarkan Eva agar ia lebih tenang. "Penyakit apa itu. Aneh sekali," ujar salah satu pasien merasa ketakutan. "Tidur berjalan," ucap pasien lainnya. Suasana di IGD menjadi ricuh saat melihat penyakit Eva yang begitu langka. "Dia kerasukan, Ma. Aku takut," ujar salah satu pasien anak kecil yang memegang kuat tangan Ibunya. "Sudah, sudah. Kakak itu hanya sakit biasa," jawab Ibunya menenangkan sang anak. "Semuanya tenang. Dia hanya kelelahan saja," sahut Dokter menenangkan para pasien. Dokter dan tiga perawat mendek

  • Perfect Love   109: Aku Bisa Saja Tidak Memilih

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   108: Seperti debu

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   107: Tapi Kalem dan Anggun

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   106: Sepertinya Ibunya Dulu

    Eva berjalan penuh percaya diri menuju ruang syuting, Eva menatap tajam ke arah podium tersebut sambil membatin. 'Aku ini seorang presenter berita bukan juru bicara yang menerjemahkan setiap perkataan orang'. Eva menaiki podium acara dan bersiap-siap sambil merapikan jasnya, menyetuh sedikit rambut di sebelah kirinya dan berdiri tegak hingga ia terlihat semakin tinggi karena memakai hak 9 cm. Ia menarik napas pelan dan tetap santai sambil menunggu aba-aba dari sutradara pada saat acara akan dimulai. Ia memegang remote pengontrol infokus untuk nanti saat menunjukkan berita di layar dinding. Seorang kru berseragam hitam mengarahkan kamera ke arahnya dengan shot yang begitu bagus."Mulai!" ucap sutradara memulai acara. "Halo, selamat siang pemirsa. Bersama saya Eva Gricia Sukma Negara ...," Eva terus melanjutkan pemberitaannya setelah perkenalan diri. Ia bahkan tidak peduli dengan konsep berita yang sudah direncanakan oleh atasan. Ia tetap dengan pendiriannya untuk memberitahukan fa

  • Perfect Love   105: Kedatangan Siswa Baru

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

DMCA.com Protection Status