Home / CEO / Perfect CEO / 82. Kencan Di Rumah

Share

82. Kencan Di Rumah

Author: Elang Wicaksono
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kalau sudah berdua, Bara dan Berlian sangat sulit lepas. Bara seolah tidak merasa cepek sama sekali setelah seharian bekerja. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah spuluh malam, tetapi Bara masih berada di rumah Berlian. Saat ini kedua orang dewasa itu tengah menonton televisi di ruang tamu Berlian. 

Bara menyandarkan tubuhnya di sofa, sedangkan Berlian duduk sembari bersandar di dada Bara. Meski sudah sama-sama dewasa, Berlian dan Bara masih menonton serial kartun anak-anak. Kartun kuning the movie yang selalu menjadi kartun favorit Bara. Bara biasa menonton dengan Azka, kali ini ia mentonton dengan Berlian. Tangan Bara benar-benar tidak bisa dikondisikan. Tangan pria itu terus mengelus puncak kepala Berlian. Mengelus rambut Berlian menjadi candu untuk Bara. 

Suara dering ponsel terdengar nyaring, Berlian menegakkan tubuhnya senejak untuk meraih hpnya di saku piyamanya. Panggilan suara dari Kenan. Berlian menggeser ikon merah untuk menolaknya. Ini

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perfect CEO   83. Kesempatan Baik

    "Berlian, nanti aku jemput jam lima ya," kata Bara mengulurkan tangannya di puncak kepala Berlian."Setelah pulang kerja, ayo nanti jalan-jalan sama Azka sekalian," ajak Berlian. Bara menimang sejenak, semalam setelah ia pulang ibunya bercerita kalau Azka menangis karena tidak ingin dirinya menikah dengan Berlian. Alasan Azka pun karena tidak ingin kasih sayang Bara terbagi. Mungkin dengan lebih mendekatkan Berlian dan Azka, semua akan baik-baik saja."Baik, nanti kita jalan-jalan.""Aku ingin membeli bahan makanan sama belajar memasak. Sekarang sudah waktunya kerja, cepat gih nanti kamu terlambat," oceh Berlian."Baik, aku ke rumah sakit dulu, ya," pamit Bara. Berlian melambaikan tangannya pada Bara, sedangkan Bara kembali menyalakan mesin motornya. Bara meninggalkan area perusahaan Indah Jaya dan menuju tempatnya bekerja.Bara melajukan motornya ke rumah sakit tempatnya bekerja. Setelah sampai, sebelum ia memasuki ru

  • Perfect CEO   84. Kebimbangan

    Bara berjalan lesu menyusuri lorong rumah sakit sembari membawa tas kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, pria itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Sejak pagi tadi wajah Bara sangat murung, ia menjalani hari yang berat sejak pagi. pikiran Bara masih belum terbuka untuk membuat keputusan. Bara juga tidak sampai hati memberi tahu Berlian, karena melihat tabiat Berlian, pasti akan menimbulkan pertengkaran untuk mereka. Hubungan Bara dan Berlian masih seumur biji jagung, baru mulai dan lagi hangat-hangatnya. Bara pikir ia tidak akan mendapatkan kesempatan ke luar negeri, maka itu Bara berani menjanjikan pernikahan untuk Berlian. tetapi sekarang keadaan sangat berbanding terbalik.Bara menuju parkiran dengan pandangan yang masih tampak kosong. Saat sampai di motornya. Bara segera mengeluaran dari area parkir. Ia sudah membuat janji dengan Berlian untuk jalan-jalan sore ini dengan Azka. Bara juga ingin Azka bahagia. Ada kecemburan sosial antara Azka dan Berlia

  • Perfect CEO   85. Tidak Melepas Kesempatan

    "Tunggu!" sebuah suara mencegah Berlian dan Azka yang akan pergi dari lobi. Berlian menolehkan kepalanya menatap ke arah Kenan yang sejak tadi masih mengikutinya. Berlian memutar bola matanya jengah, gadis itu membalikkan tubuhnya dan menghadap Kenan sepenuhnya."Ada apa lagi, Pak Ken?" tanya Berlian."Ada investor yang ingin bertemu dengan Bu Berlian," ucap Kenan menunjukkan hpnya yang berisikan surel dari investor untuk merk baru Berlian. Berlian mengambil alih hp Kenan dan menbaca surel itu. Azka yang semula sudah bahagia dan yakin kalau mereka akan benar-benar pergi untuk jalan-jalan pun kini menjadi terdiam, raut wajah Azka juga mulai murung. Bara yang melihat perubahan Azka, langsung mengambil alih Azka ke gendonganya."Berlian, kalau kamu sibuk, tidak apa-apa kita jalan-jalan lain kali," kata Bara."Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanya Berlian."Aku tidak mengerti bagaimana cara membantumu mendirikan merk bar

  • Perfect CEO   86. Partner Yang Kompak

    "Yeyyy asik!" Azka berteriak senang saat Bara mendorongnya di atas troli dengan kencang. Sejak memasuki mall, Azka sudah meminta untuk naik ke troli. Bara mendorongnya setengah berlari yang membuat bocah itu kegirangan. Mall yang terletak di tengah kota jakarta itu adakah salah satu properti milik keluarga Berlian. Sejak mereka datang pun, para pramuniaga menyambut dengan sopan. "Kakak, ayo naik ke sini!" ajak Azka menepuk tempat sampingnya. Keranjang dorong itu lumayan besar dan masih muat kalau Berlian masuk. "Kamu saja, kakak sudah besar," jawab Berlian. Namun sesaat kemudian Berlian memekik kencang saat Bara mengangkat tubuhnya dan memasukkannya ke troli. Azka berteriak kesenangan dan menggeser tubuhnya agar Berlian lebih leluasa duduk. "Masih muat, Berlian. Kamu kan seperti anak kecil," kata Bara. "Aku malu dilihatin orang," bisik Berlian menatap sekelilingnya. Banyak orang yang tengah menatapnya sembari tertawa geli. Wajah Berlian terasa memanas.

  • Perfect CEO   87. Permintaan Berlian

    Lebih dari lima kantung plastik besar bahan makanan yang dibeli Berlian, lima kantung tas belanjaan berisi baju, sepatu, sandal, dan lima kantung tas mainan milik Azka. Bara nyaris pingsan ketika melihat bayaknya barang yang dibeli Berlian. Semua bisa dilakukan gadis itu dalam kedipan mata. Berlian menyerahkan kartu debit unlimitid pada kasir setelah hampir satu jam menghitung belanjaan Berlian."Tolong antar ke rumah saya sekarang, ya," kata Berlian pada staf toko yang ia kenal. Perempuan itu menganggukkan kepalanya."Sudah selesai, ayo pulang," ajak Berlian pada Bara dan Azka."Belanjaannya gimana, Kak? Kita kan gak bisa bawa pakai motor. Motor Om Bara kecil," ucap Azka dengan polos."Nanti diantar ke apartemen Kakak. Sekarang kita pulang," kata Berlian,"Berlian, bukankah ini berlebihan?" tanya Bara menatap ngeri belanjaan Berlian."Tidak ada yang berlebihan.""Kalau kamu minta ganti uangny

  • Perfect CEO   88. Gara-gara Piyama

    “Azka, ayo makan yang banyak!” titah Berlian menambahkan telur ke mangkuk Azka.“Kak Berlian juga makan yang banyak ya. Biar Om Bara gak ngatain kakak kecil lagi,” kata Azka dengan sura yang tidak begitu jelas karena bocah itu tengah memasukka banyak makanan ke bibirnya.Saat ini Azka, Bara dan Berlian tengah berada di pinggir sungai tempat jajanan jalanan berada. Mereka duduk beralaskan tikar yang di tengahnya ada meja kecil. Mereka tengah memakan somay dan batagor yang kini akan menjadi makanan favorit Berlian.“Iya kakak makan juga kok. Enak banget,” kata Berlian, setelahnya gadis itu nenyuapkan somay ke bibirnya.Setelah tadi puas di mall, mereka memutuskan mencari makanan di pinggir sungai tempat di mana Berlian dan Bara awal bertemu. Dulu mereka datang sebagai dokter dan pasien, juga seperti kucing dan tikus yang tidak pernah bisa akur. Tetapi sekarang keadaannya berbeda. Berlian datang ke sini untuk kedua kalinya

  • Perfect CEO   89. Kenyataan

    "Menurut informasi yang saya dapat, memang ini rumahnya, Bu," ucap Bian pada Berlian. Saat ini mereka tengah berada di depan rumah sederhana yang sebenarnya tidak jauh dari rumah Berlian. Rumah dengan cat ungu itu sangat kecil. Berlian terus mengamati rumah itu yang tampak tertutup.Berlian selalu mengaku dirinya pintar, tetapi ada yang lebih pintar darinya, yaitu Bian. Bian bisa menyembunyikan fakta ini yang sudah lama ingin ia ketahui. Berlian menggelengkan kepalanya karena ulah sekretarisnya."Bian, apa gaji yang aku berikan tidak cukup?" tanya Berlian melirik Bian. Bian yang sadar pun segera menggelengkan kepalanya."Gaji yang Bu Berlian berikan lebih dari cukup. Saya juga sudah bilang saya melakuannya bukan demi uang. Tapi demi kebaikan Bu Berlian," jelas Bian.Berlian menganggukkan kepalanya singkat, gadis itu mulai melangkahkan kakinya menuju rumah ayahnya. Rumah bercat ungu itu milik ayah Berlian, Evan. Berlian bersikeras m

  • Perfect CEO   90. Pernyataan Evan

    "Kamu pikir aku gak kecewa dengan diriku sendiri? Aku kecewa juga, Evan. Andai waktu bisa aku ulang, aku pasti akan menyayangi anakku, aku akan mencurahkan banyak waktuku untuk Berlian. Hidup cuma satu kali, tetapi aku banyak menyia-nyiakan waktu untuk memupuk kebencian anakku sendiri padaku. Tetapi setelah aku berpikir ulang, aku sadar yang aku lakukan sudah benar. Tidak apa-apa aku dibenci anakku, daripada anakku tumbuh menjadi anak manja yang tidak bisa apa-apa."Evan terdiam, pria itu mengambil duduk di ranjang. Bagaimana pun di sini ia yang salah. Bertahun-tahun ia lari dari kenyataan, lari bahwa dirinya lah yang salah. Risa tidak salah apa-apa, bahkan berita yang ia sebar tentang Risa menceraikannya karena ia miskin adalah salah besar. Bukan karena ia miskin lalu Risa menceraikannya, tetapi karena ia sudah menjual banyak aset mantan istrinya."Kenapa, Evan?" tanya Risa. Evan mendongakkan kepalanya menatap Risa."Kenapa kamu menyebar berit

Latest chapter

  • Perfect CEO   110. Ending

    Bara mendorong tubuh Berlian sampai gadis itu telentang di ranjang, tanpa basa basi Bara mencium bibir Berlian. Berlian menerima ciuman suaminya, bunga yang ia pegang pun sudah teronggok di ranjang. Ciuman ini pernah Berlian rasakan tepat pada empat tahun lalu sebelum Bara pergi ke luar negeri. Pertama kali mendapat ciuman dari Bara sungguh membuat candu untuk Berlian. Bahkan Berlian sangat mendambakan ciuman suaminya. Kini ciuman itu bisa Berlian rasakan kembali. Meski sudah empat tahun berlalu, tapi Berlian masih ingat jelas rasa ciuman itu. Berlian mengalungkan tangannya di leher suaminya. Ciuman Bara semakin lama semakin intens, tidak hanya ciuman di bibir, melainkan ciuman Bara turun sampai ke leher Berlian. Harum tubuh Berlian bagai candu untuk Bara. "Berlian, aku mencintaimu," aku Bara dengan jujur. Bara menarik tangan Berlian yang mengalung di lehernya, pria itu menautkan jari jemarinya dengan jari jemari Berlian. "Aku juga," jawab Berlian. "Apa kita harus melakukannya seka

  • Perfect CEO   109. Gambaran Hati

    Empat tahun sudah Berlian lalui dengan singkat, satu bulan pun juga terasa sangat singkat untuk Berlian. Setelah ibunya mengatakan satu bulan lali mereka akan menikah, kini Berlian benar-benar sudah menikah dengan Bara. Semua terjadi layaknya mimpi singkat. Di mana Bara mengucapkan janji pernikahan. Saat ini Berlian sudah memakai gaun pengantin berwarna putih dengan hiasan di kepalanya. Berlian sudah resmi menjadi istri Bara, saat ini pesta pernikahan akan dilangsungkan.Beberapa kali Berlian mencubit tangannya sendiri untuk meyakinkan dirinya bahwa yang ia alami ini bukanlah sebuah mimpi. Tetapi tangannya terasa sakit, artinya ia tengah berada di dunia nyata. Berlian berjalan membawa bunganya menuju ke tempat di mana Bara dan Azka tengah berdiri memakai jas yang senada. Suara ricuh tepuk tangan dari tamu undangan terdengar nyaring. Risa membuat pernikahan putri semata wayangnya dengan mewan dan tamu yang diundang pun sangat banyak.Langkah kaki Berlian tam

  • Perfect CEO   108. Kembalinya Sang Kekasih

    Dua musim sudah Berlian dan Azka lewati beberapa kali. Saat ini musim penghujan yang ke sekian kali telat tiba. Berlian dan Azka tengah berdiri di bawah payung yang sama sembari menatap lurus ke depan. Hujan turun dengan sangat deras, Berlian berusaha keras memegang payungnya agar tidak terbang diterpa hujan yang sangat dasyat.Lima belas menit sudah ibu dan anak itu berteduh di bawah payung yang sama sembari pandangannya lurus ke depan. Tiga tahun sudah berlalu, kini usia Azka sudah menginjak sembilan tahun. Azka sudah duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, setiap semester dan kenaikan kelas, Azka tidak pernah luput dari juara satu. Bocah itu tumbuh menjadi bocah yang aktif dan sangat pintar. Terkadang kepintarannya bisa membuat guru-gurunya kuwalahan."Sudah lebih dari lima belas menit kita di sini. Mama gak mau menunggu di ruang tunggu sambil berteduh?" tanya Azka. Berlian menggelengkan kepalanya.Berlian tetap keukeuh untuk menunggu di lua

  • Perfect CEO   107. Kehidupan Baru

    Satu tahun sudah berlalu. Kini usia Azka genap enam tahun, bocah itu tumbuh menjadi bocah yang sangat pintar dan menggemaskan. Hari ini juga hari pertama Azka masuk ke kelas satu sekolah dasar. Sejak tadi Berlian sudah sibuk memutari ruangan apartemennya untuk menyiapkan segala kebutuan Azka."Mama, aku capek lihat mama jalan terus," ucap Azka menepuk keningnya dengan pelan. Azka berdiri di atas sofa, tidak berpindah sedikit pun sejak lima belas menit yang lalu. Azka sudah lelah berdiri, tetapi mamanya tidak mengijinkannya berpindah tempat.Azka sudah siap dengan seragam Sdnya. Baju putih, celana merah dan ikat pinggang. Hanya saja di leher Azka belum terkalung dasi karena mamanya lupa menaruh dasi di mana. Satu tahun hidup bersama Berlian membuat Azka mengerti seluruh sikap Berlian, salah satunya perempuan itu yang sangat pelupa saat menaruh barangnya.Azka bahagia hidup bersama mamanya di apartemen ini. Setiap satu minggu sekali nenek Ira dan

  • Perfect CEO   106. Perpisahan

    Hari ini Bara benar-benar akan pergi ke luar negeri. Pria itu sudah siap dengan kopernya, dibantu dengan Bian, pria itu memasukkan barang-barangnya ke mobil Bian. Azka menangis sembari merangkul leher omnya, bocah lima tahun itu tidak mau turun dari gendongan omnya, membuat Bara kesulitan menata barang-barangnya."Huu huuu ... hikss hiksss ...." Azka menangis sejak pagi karena tidak mau ditinggal pergi. Selama ini omnya lah yang mengurusnya. Mulai dari Azka bangun tidur sampai tidur lagi, Omnya lah yang mengurus. Sekarang bagaimana Azka bisa hidup tanpa Bara. Apalagi Bara akan meninggalkannya selama empat tahun. Bagi Azka itu bukanlah waktu yang singkat."Om, jangan pergi, Om." Azka merengek sembari memeluk leher Bara dengan erat."Azka, Om akan kembali lagi kok. Om Pergi hanya sebentar," bujuk Bara menurunkan Azka. tetapi Azka tidak mau turun, bocah itu semakin melingkarkan kakinya ke tubuh omnya."Bohong. Om pergi sangat lama, om

  • Perfect CEO   105. Maaf Yang Manis

    Brakkk!Berlian dan Bara menolehkan kepalanya ke pintu apartemen Berlian yang saat ini terbuka dengan lebar. Bian lah yang muncul di sana. Berlian menatap Bian dengan pandangan sangat garang, pintu apartemennya yang kokoh tak tertandingi kini rusak karena tendangan Bian."Bian!" desis Berlian dengan tajam."Eh maaf ... maaf bu tidak sengaja," ucap Bian bergegas menghampiri Berlian. Bian menatap Berlian dengan pandangan memelas agar Berlian tidak menghajarnya di sini. Namun fokus Bian teralih saat melihat bibir Berlian yang membengkak dengan bekas gigitan di ujunya. Dengan spontan Bian menatap ke arah Bara, bibir Bara pun demikian, membengkak parah dengan ujung yang berdarah."Ka ... kalian habis ngapain?" tanya Bian menunjuk bibir Berlian dan Bara. Kedua orang itu langsung mengusap sudut bibir masing-masing."Akhh!" Berlian mengaduh kesakitan saat mengusap bibirnya, bibirnya terasa perih.

  • Perfect CEO   104. Ciuman Pertama

    "Berlian, aku mengatakan yang sejujurnya," ucap Bara masih berusaha meyakinkan Berlian."Lalu apa kabar kamu yang tidak pernah menganggapku, Bar? Semua orang tahu kalau kamu akan pergi melanjutkan sekolah kamu. Bahkan ibuku dan Bian pun tahu, sedangkan aku? Bukankah sikap kamu yang seperti ini menandakan kalau aku tidak penting bagimu?" tanya Berlian bertubi-tubi."Kamu penting bagiku, Berlian.""Kalau penting kenapa kamu membohongiku, Bara? Kalau dari awal kamu mengatakan kamu menyukaiku karena paksaan Bian, lalu kamu jatuh cinta sama aku, pasti masalahnya tidak sampai seperti ini. Juga rasa sakit hatiku tidak akan sedalam ini. Tapi apa yang sudah kamu lakukan? Meski kamu sekarang sudah mencintaiku, tapi aku tidak bisa mengelak bahwa fakta mengatakan awal mula kamu mendekatiku itu adalah terpaksa," oceh Berlian."Apa gunanya memikirkan bagaimana awal kita bersama, Berlian? Yang penting saat ini kita sudah saling mencintai."

  • Perfect CEO   103. Mengunci Diri

    Sudah satu minggu Berlian mengunci dirinya di rumah, gadis itu tidak membiarkan siapa saja datang ke rumahnya. Setiap hari ada saja yang mencarinya, tetapi Berlian enggan membukakan pintu. Hpnya pun terus bergetar dan berdering nyaring menandakan ada pesan bertubi dan telfon. Berlian hanya meliriknya sekilas. Panggilan suara dari Bara dan Bian bergantian masuk. Sekali pun Berlian tidak ada niatan untuk mengangkatnya.Sudah satu minggu juga Berlian mangkir dari pekerjaanya, pekerjaan diambil alih oleh ibunya. Berlian sudah tidak menangis lagi, gadis itu hanya sedang berdiam diri di rumah sembari mengerjakan merk barunya seorang diri. Berlian juga menolak kerja sama dengan Kenan, kerja sama yang lalu Berlian putuskan dengan sepihak. Gadis itu hanya ingin melakukannya seorang diri, tanpa gangguan dari siapapun. Berlian mengerjakan semuanya dari rumah, berhubungan dengan orang-orang penting pun hanya via surel.Sekarang Berlian tahu kenapa banyak pria yang ingi

  • Perfect CEO   102. Putus Hubungan

    "Berlian, jangan pergi!" cegah Bara mencekal tangan Berlian. Berlian berusaha melepaskan cekalan tangan Bara, tetapi cekalan tangan Bara sangat kuat membuat tubuh gadis itu terhuyung menubruk tubuh Bara."Aku bisa jelasin semuanya, Berlian. Kamu dengerin dulu," titah Bara."Apa yang perku kamu jelasin, Bara. Kamu mau menjelaskan atau mau mengarang bebas? Semua sudah selesai, aku tidak butuh kamu lagi," teriak Berlian mendorong tubuh Bara dengan kencang sampai cekalan tangan Bara terlepas. Namun itu hanya sepersekian detik, setelahnya Bara kembali menarik tangan Berlian. Bukan hanya menarik, tapi juga merengkuh tubuh gadis itu."Berlian, aku akui pertama kali aku mendekatimu karena desakan dari Bian, tapi itu hanya bertahan dua hari, Berlian. Dua hari aku dipaksa, tapi aku jatuh cinta sama kamu setelah tiga hari sama kamu," ujar Bara dengan jujur."Bohong!" sentak Berlian. Berlian sudah berusaha untuk tidak menangis, tetapi nyatanya

DMCA.com Protection Status