Suara ricuh berada di tengah-tengah restoran seafood karena Bian dan Bintang yang terus ribut. Ada saja bahan untuk kedua orang itu untuk melakukan pertengkaran. Berlian dan Kenan sudah sangat jengah melihat kedua orang itu, terlebih Bian yang sangat usil terus menggoda Bintang.
"Kalian bisa gak sih diam semenit saja?" tanya Berlian menatap Bian dan Bintang. Kedua orang itu pun langsung terdiam.
Berlian mengambil hpnya, gadis itu memencet tombol kamera dan mengarahkan hpnya pada Bian dan Bintang.
"Bu Berlian mau apa?" tanya Bian.
"Memotret kalian. Siapa tahu kalian bisa akur meski hanya di kamera," jawab Berlian. Bintang langsung berpose dengan gaya seiumut mungkin. Gadis itu sama sekali tidak ada malu-malunya. Sedangkan Bian yang melihat Bintang berpose pun ikut berpose mengikuti Bintang.
Kedua orang itu yang semula sangat ribut kini berlomba-lomba perpose sekeren dan seimut mungkin. Berlian membidik banyak gambar den
"Sampai jumpa besok, Bu Berlian!" ujar Kenan melambaikan tangannya pada Berlian. Berlian turut melambaikan tangannya mengiringi kepergian Kenan. Pria itu mulai menjalankan mobilnya menjauh dari kawasan apartemen. Setelah memastikan mobil Kenan melaju, Berlian membalikkan tubuhnya untuk segera pulang. Tenaganya sudah terkuras habis sejak pagi tadi, dan malam ini waktunya ia istirahat. Berlian melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menginjak pukul sepuluh malam. Makan malam disertai pertengkaran Bian dan Bintang membuat jam pulangnya harus mundur. Berlian mendongakkan kepalanya, langkahnya semakin cepat saat ia melihat seorang pria berdiri tidak jauh dari dirinya. "Mas Bara," panggil Berlian antusias. Berlian mendekati Bara dan menarik lengan pria itu untuk ia peluk. "Dianterin Kenan?" tanya Bara yang dari suaranya sangat tidak enak didengar. Berlian menganggukkan kepalanya. "Enak ya makan-makan bareng seperti double date," sinis Bara lagi menyind
"Nenek, kenapa Om Bara sampai saat ini belum pulang?" tanya Azka yang berada di pelukan Ira. Malam ini Ira menemani Azka tidur karena sejak selesai belajar, Azka tidak bisa memejamkan matanya. Dan sejak Bara pamit keluar untuk menemui Berlian, Azka tidak berhenti bertanya kapan omnya pulang."Mungkin pulanganya nanti pas sudah larut, Azka. Kamu tidur duluan ya," pinta Ira menepuk-nepuk paha cucunya agar cepat tidur. Kebiasaan Azka sejak kecil, tidak bisa tidur kalau tidak ditepuk pahanya."Kenapa harus larut, Nek? Aku ingin bertemu Om Bara," jawab Azka."Sabar ya. Tumben banget kamu nanyain om kamu saat om kamu pergi." Ira merasa aneh dengan cucunya. Biasanya Azka tidak begitu rewel saat Bara pergi. Tapi malam ini cucunya tidak seperti biasanya. Azka terus rewel dan merengek hanya karena Bara tidak kunjung datang."Telfonin Om Bara, Nek. Aku pengen Om Bara pulang sekarang," ucap Azka merajuk. Bocah kecil itu juga menggoyang-goyangk
Kalau sudah berdua, Bara dan Berlian sangat sulit lepas. Bara seolah tidak merasa cepek sama sekali setelah seharian bekerja. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah spuluh malam, tetapi Bara masih berada di rumah Berlian. Saat ini kedua orang dewasa itu tengah menonton televisi di ruang tamu Berlian.Bara menyandarkan tubuhnya di sofa, sedangkan Berlian duduk sembari bersandar di dada Bara. Meski sudah sama-sama dewasa, Berlian dan Bara masih menonton serial kartun anak-anak. Kartun kuning the movie yang selalu menjadi kartun favorit Bara. Bara biasa menonton dengan Azka, kali ini ia mentonton dengan Berlian. Tangan Bara benar-benar tidak bisa dikondisikan. Tangan pria itu terus mengelus puncak kepala Berlian. Mengelus rambut Berlian menjadi candu untuk Bara.Suara dering ponsel terdengar nyaring, Berlian menegakkan tubuhnya senejak untuk meraih hpnya di saku piyamanya. Panggilan suara dari Kenan. Berlian menggeser ikon merah untuk menolaknya. Ini
"Berlian, nanti aku jemput jam lima ya," kata Bara mengulurkan tangannya di puncak kepala Berlian."Setelah pulang kerja, ayo nanti jalan-jalan sama Azka sekalian," ajak Berlian. Bara menimang sejenak, semalam setelah ia pulang ibunya bercerita kalau Azka menangis karena tidak ingin dirinya menikah dengan Berlian. Alasan Azka pun karena tidak ingin kasih sayang Bara terbagi. Mungkin dengan lebih mendekatkan Berlian dan Azka, semua akan baik-baik saja."Baik, nanti kita jalan-jalan.""Aku ingin membeli bahan makanan sama belajar memasak. Sekarang sudah waktunya kerja, cepat gih nanti kamu terlambat," oceh Berlian."Baik, aku ke rumah sakit dulu, ya," pamit Bara. Berlian melambaikan tangannya pada Bara, sedangkan Bara kembali menyalakan mesin motornya. Bara meninggalkan area perusahaan Indah Jaya dan menuju tempatnya bekerja.Bara melajukan motornya ke rumah sakit tempatnya bekerja. Setelah sampai, sebelum ia memasuki ru
Bara berjalan lesu menyusuri lorong rumah sakit sembari membawa tas kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, pria itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Sejak pagi tadi wajah Bara sangat murung, ia menjalani hari yang berat sejak pagi. pikiran Bara masih belum terbuka untuk membuat keputusan. Bara juga tidak sampai hati memberi tahu Berlian, karena melihat tabiat Berlian, pasti akan menimbulkan pertengkaran untuk mereka. Hubungan Bara dan Berlian masih seumur biji jagung, baru mulai dan lagi hangat-hangatnya. Bara pikir ia tidak akan mendapatkan kesempatan ke luar negeri, maka itu Bara berani menjanjikan pernikahan untuk Berlian. tetapi sekarang keadaan sangat berbanding terbalik.Bara menuju parkiran dengan pandangan yang masih tampak kosong. Saat sampai di motornya. Bara segera mengeluaran dari area parkir. Ia sudah membuat janji dengan Berlian untuk jalan-jalan sore ini dengan Azka. Bara juga ingin Azka bahagia. Ada kecemburan sosial antara Azka dan Berlia
"Tunggu!" sebuah suara mencegah Berlian dan Azka yang akan pergi dari lobi. Berlian menolehkan kepalanya menatap ke arah Kenan yang sejak tadi masih mengikutinya. Berlian memutar bola matanya jengah, gadis itu membalikkan tubuhnya dan menghadap Kenan sepenuhnya."Ada apa lagi, Pak Ken?" tanya Berlian."Ada investor yang ingin bertemu dengan Bu Berlian," ucap Kenan menunjukkan hpnya yang berisikan surel dari investor untuk merk baru Berlian. Berlian mengambil alih hp Kenan dan menbaca surel itu. Azka yang semula sudah bahagia dan yakin kalau mereka akan benar-benar pergi untuk jalan-jalan pun kini menjadi terdiam, raut wajah Azka juga mulai murung. Bara yang melihat perubahan Azka, langsung mengambil alih Azka ke gendonganya."Berlian, kalau kamu sibuk, tidak apa-apa kita jalan-jalan lain kali," kata Bara."Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanya Berlian."Aku tidak mengerti bagaimana cara membantumu mendirikan merk bar
"Yeyyy asik!" Azka berteriak senang saat Bara mendorongnya di atas troli dengan kencang. Sejak memasuki mall, Azka sudah meminta untuk naik ke troli. Bara mendorongnya setengah berlari yang membuat bocah itu kegirangan. Mall yang terletak di tengah kota jakarta itu adakah salah satu properti milik keluarga Berlian. Sejak mereka datang pun, para pramuniaga menyambut dengan sopan. "Kakak, ayo naik ke sini!" ajak Azka menepuk tempat sampingnya. Keranjang dorong itu lumayan besar dan masih muat kalau Berlian masuk. "Kamu saja, kakak sudah besar," jawab Berlian. Namun sesaat kemudian Berlian memekik kencang saat Bara mengangkat tubuhnya dan memasukkannya ke troli. Azka berteriak kesenangan dan menggeser tubuhnya agar Berlian lebih leluasa duduk. "Masih muat, Berlian. Kamu kan seperti anak kecil," kata Bara. "Aku malu dilihatin orang," bisik Berlian menatap sekelilingnya. Banyak orang yang tengah menatapnya sembari tertawa geli. Wajah Berlian terasa memanas.
Lebih dari lima kantung plastik besar bahan makanan yang dibeli Berlian, lima kantung tas belanjaan berisi baju, sepatu, sandal, dan lima kantung tas mainan milik Azka. Bara nyaris pingsan ketika melihat bayaknya barang yang dibeli Berlian. Semua bisa dilakukan gadis itu dalam kedipan mata. Berlian menyerahkan kartu debit unlimitid pada kasir setelah hampir satu jam menghitung belanjaan Berlian."Tolong antar ke rumah saya sekarang, ya," kata Berlian pada staf toko yang ia kenal. Perempuan itu menganggukkan kepalanya."Sudah selesai, ayo pulang," ajak Berlian pada Bara dan Azka."Belanjaannya gimana, Kak? Kita kan gak bisa bawa pakai motor. Motor Om Bara kecil," ucap Azka dengan polos."Nanti diantar ke apartemen Kakak. Sekarang kita pulang," kata Berlian,"Berlian, bukankah ini berlebihan?" tanya Bara menatap ngeri belanjaan Berlian."Tidak ada yang berlebihan.""Kalau kamu minta ganti uangny