Share

Bab 89: Sunset di Sangihe

Satu-satunya jalan hanya mengkonfirmasi pada Satya langsung kalau ia tidak berdekatan dengan Dana sebelum suaminya tahu. Gemetar telunjuknya menekan nama Satya. Namun, berkali-kali ia mencoba, taksatu pun yang tersambung. “Ya, Aziz, Ya Ghofur ….” Bibir Lintang terus merapal istigfar dan menyebut asma Allah. Entah mengapa Satya begitu sulit dihubungi.

Setelah panggilan kesepuluh, Lintang menghentikan usahanya. Tinggal melangitkan doa yang bisa dilakukannya saat ini. Ia berharap Satya tidak melihat foto-foto itu dan membaca komentar teman-temannya.

Waktu lima belas menit yang dijanjikan sudah habis. Dua mobil penjemput sudah tiba. “Maaf kami terlambat jadi torang menunggu lama,” ujar salah satu dari penjemput dengan dialek Sangihe yang kental.

“Tidak apa-apa. Kami masih sabar menanti.” Kevin menjabat tangan dua orang itu lalu tersenyum ramah.

“Terima kasih pengertiannya. Kita berangkat sekarang?” Otot-otot wajah lelaki berkaus merah itu mengendur melihat kehangatan sikap Kevin.

Kev
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status