PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR
Penulis : David KhanzBagian (79)Episode : Masa Lalu Bellanca AuroraTidak berapa Pak Waluyo pun muncul di tengah-tengah keduanya.“Oh, ada Nak Izan!” seru laki-laki tua tersebut. “Sudah lama datang, Nak?” tanyanya kembali dan mengajak bersalaman. Hamizan menyambut dan mencium tangannya dengan takzim.“Baru saja, Pak. He-he,” balas Hamizan merasa senang sekali bisa bertemu langsung dengan sosok tersebut.Setelah itu Pak Waluyo menoleh pada Bella. “Loh, kamu masih di sini, Sayang? Katanya tadi mau pulang? Gak jadi? Mau nginep lagi di rumah Papah?” cecarnya dan langsung disikapi putrinya dengan raut wajah masam.‘Dih, Papah! Kenapa ngomongnya kayak ‘gitu, sih? DI sini ‘kan, lagi ada Hamizan!’ gerutu Bella di dalam hati. ‘Apa Papah lupa, kalo jangan dulu ngaku-ngaku sebagai Papah sama Hamizan?’Mau tidak mau, kini terbongkarlah sudah. Bella tidak bisa mengelak jika dirinya adalaPEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (80)Episode : Di Balik Alasan Bella“Selamat pagi, Pak Hamizan. Mohon maaf, Bapak dipanggil Ibu Bella ke ruangan,” kata Indry sepagi datang-datang ke kantor.Hamizan yang baru beberapa saat duduk di belakang meja kerja, langsung bereaksi. “Iya, saya segera ke sana. Terima kasih, Bu Indry,” ucapnya membalas.“Sama-sama, Pak,” balas sekretaris orang pertama di perusahaan tersebut, lantas pamit keluar, hendak kembali ke ruangannya.Hamizan termenung beberapa waktu. Dia berpikir, ini pasti berkaitan dengan pertemuan mereka berdua di rumah Pak Waluyo kemarin.‘Hhmmm, sudah kuduga sebelumnya,’ membatin lelaki tersebut di antara kecamuk pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benak. ‘Bu Bella pasti akan membicarakan hal kemarin itu. Yaaa … entah untuk mengakui atau sekedar mengklarifikasi?’Namun yang pasti, kekonyolan yang tidak pernah terlihat dari sosok seorang Bella sebelumnya selama bertemu dan mengenal, bagi Hamizan seorang, peri
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (81)Episode : Rencana Terselubung Bellanca Aurora“Awalnya, saya juga tidak menyangka sama sekali, kalau Anda adalah pemilik rumah yang pernah Papah beli itu,” kata Bella akhirnya berbicara mengenai alasan dia sampai bertanya-tanya tentang sosok Hamizan pada Mang Karta dan Bi Inah. “Wajar ‘kan, kalau saya sampai melakukan hal itu, Pak?” Hamizan mengangkat wajah dan tidak sengaja beradu tatap dengan perempuan tersebut. Secepat itu pula, lelaki tersebut mengalihkan pandangan ke bawah dengan cara menunduk.“Saya tidak menyangka, setelah saya sadari, ternyata Anda bukan orang seperti yang saya pikir, Pak,” imbuh kembali Bella panjang-lebar berbicara.Hamizan mengangkat wajah dan bertanya, “Bukan orang yang seperti Ibu kira? Mohon maaf, maksudnya … apa ya, Bu?” Dia mengulang ucapan Bella baru saja. Terdengar agak lain dan bermakna samar di sana.Perempuan tersebut tersenyum tipis, seraya memperhatikan sosok lelaki yang sedang be
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (82)Episode : Perubahan Mendadak Sosok Seorang BellaDi suatu pagi yang lain, suasana kantor agak sedikit berbeda. Hampir semua mata para pekerja memandang ke arah yang sama. Yakni pada satu sosok perempuan yang baru saja turun dari kendaraan di depan gedung perusahaan. Langkahnya anggun terayun dibalut busana memanjang dari atas hingga mata kaki. Tidak cuma itu, bagian kepala pun turut tertutup jilbab syar’i dengan warna sepadan dan menyejukkan hati.Beberapa orang pekerja yang kebetulan berpapasan di tengah lorong menuju lift, sejenak menatap heran. Namun setelah mengenali siapa sosok tersebut, lantas membungkukkan badan memberi hormat.“Selamat pagi, Bu,” sapa mereka ramah.“Iya, wa’alaikum salaam. Selamat pagi,” balas perempuan tersebut terlihat tenang tanpa ekspresi apa pun di wajah. Tetap datar melanjutkan langkah.Kemudian memijit tombol naik di samping pintu lift yang masih tertutup. Sebentar menunggu, sampai akhirny
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (83)Episode : Kejadian Nahas Di Petang HariHari pertama datang ke rumah sakit yang ditunjuk oleh Bella, Hamizan dan Arumi melakukan serangkaian pemeriksaan kondisi kesehatan, infertilitas, serta dilanjutkan konseling dengan seorang dokter bernama Hendrawan.“Jadi … sambil menunggu hasil pemeriksaan kesuburan Anda berdua, saya sarankan selama sepekan ke depan, tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu, Pak-Bu,” kata Dokter Hendrawan memberikan wejangan. “Gunanya, tentu saja untuk bisa menghasilkan sel sperma yang berkualitas dan memenuhi syarat dan bahan pembuahan nanti.”Hamizan dan Arumi mendengarkan dengan saksama setiap ucapan yang disampaikan oleh sosok dokter tersebut.“Kalau saya lihat dari hasil pemeriksaan Bapak-Ibu sebelumnya, sepertinya infertilitas Bapak dan Ibu tidak begitu bermasalah,” imbuh kembali Dokter Hendrawan sambil melihat-lihat berkas hasil pemeriksaan Hamizan dan Arumi dulu. “Tapi tentu saja, kam
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (84)Episode : Hamizan Dan Bella TerjebakHamizan membuka matanya perlahan, kemudian mengerjap disertai mulut menguap tertahan. Pertama-tama yang dipandanginya adalah langit-langit. Berwarna putih dan sebuah lampu terang menyorot silau.Perlahan-lahan kesadaran lelaki itu pun mulai berkumpul dan menyadari, ada hal yang aneh di sana.‘Di mana ini? Sepertinya bukan di kamarku sendiri ….,’ membatin Hamizan dengan kelopak mata menyipit, heran, di antara kesadarannya yang belum sepenuhnya kembali. ‘Jam berapa pula sekarang?’Dia mengangkat tangan hendak melihat jam. Namun kembali matanya menyipit.‘Aku … aku ….?’ Dia melihat pergelangan tangannya yang telanjang. Bahkan begitu meraba badan sendiri, sesuatu yang sama terjadi di sana. Dia memang tidak mengenakan baju. ‘Eh, ada apa ini?’ Yang lebih mengejutkan lagi, setelah memeriksa ke bagian yang lain di balik belitan selimut ….‘Ya, Allah … sejak kapan aku tidur dalam keadaan begi
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (85)Episode : Perburuan Saksi Dan BuktiSetelah menunggu hingga berapa waktu lamanya, sosok Indry pun datang sambil membawakan perbekalan yang dipintakan oleh Bella.“Ibu ….?” kata Indry dengan sorot mata terheran-heran begitu bertemu dengan atasannya tersebut. “Mengapa Ibu ada di sini? Pak Andara juga menanyakan Ibu dan—”“Ssttt … sudahlah, Ndry. Tidak perlu dibicarakan dulu,” tukas Bella hanya menyisakan bukaan daun pintu sedikit untuk mengambil bungkusan dari tangan sekretarisnya tersebut.Indry terdiam. Sebelumnya dia harus mencari-cari terlebih dahulu pada titik lokasi yang diberikan oleh Bella padanya. Ternyata menunjukkan pada sebuah tempat terpencil di pinggiran perkotaan. Tepatnya sebuah rumah penginapan.Sosok sekretaris tersebut dihubungi oleh Bella melalui pesan singkat demi menghemat daya baterai ponsel. Isinya adalah minta dibawakan seperangk
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (86)Episode : Diskusi Panas Hamizan dan ArumiSiang itu juga, Hamizan dan Bella segera meninggalkan tempat penginapan. Tentu saja setelah memeriksa, apakah ada sesuatu yang hilang atau tertinggal. Nyatanya cuma pakaian mereka saja. Ini benar-benar aneh.Hamizan merasa bahwa kejadian tersebut memiliki maksud serta tujuan yang sangat berbahaya. Entah apa. Yang pasti, kemungkinan besar bersiap-siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi di kemudian hari.‘Jelas sekali, ini bukan tindak kriminalitas,’ membatin lelaki tersebut di sepanjang perjalanan. ‘Seperti ada sesuatu yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Kalaupun modus pencurian atau perampokan, nyatanya tidak ada materi yang diambil. Ya Allah, aku takut sekali … jika sampai ada fitnah besar terjadi padaku atau keluarga kami.’Khusus untuk Hamizan, karena sebelumnya Bella sudah mengatakan pada Indry perihal ketidakdatangan lelaki tersebut ke kantor atas perintahnya,
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (87)Episode : Ujian HidupSetelah kejadian yang menimpa suaminya tersebut, penilaian Arumi terhadap Bella semakin dirasa sempit. Dia percaya, Hamizan tidak—sampai—melakukan apa pun terhadap atasannya itu. Namun jika kondisi mereka berdua sedang dalam keadaan tidak sadar, bagaimana? Apakah ada kemungkinan lain pada waktu mereka berdua, Hamizan dan Bella, bersama-sama dalam satu kamar serta satu ranjang itu terjadi sesuatu di luar kesadaran keduanya?“Aku gak ngerasain apa pun, Dik,” ujar Hamizan setelah berusaha mengingat-ingat. “Aku yakin banget itu. Kami memang gak ngelakuin apa pun. Semoga saja. Insyaa Allah.”Arumi mendesah. ‘Ya, aku percaya padamu, Mas. Tapi … tidak dengan perempuan itu,’ membatin perempuan tersebut. ‘Entahlah, aku merasa … sepertinya ada sesuatu dengan dia. Aku berusaha untuk tidak berpikir buruk tentang atasannya Mas Izan itu, tapi … kenapa pikiranku selalu saja enggan untuk tidak melakukannya?’Sebaga