Floryn mengetuk daun pintu beberapa kali sebelum melangkahkan kakinya memasuki dapur belakang, gadis itu tersenyum malu melihat seorang pria berperawakan tinggi besar, kulitnya yang cokelat eksotis dihiasi beberapa buah tato hingga sampai ke leher dan sebagian kepalanya yang plotos. Pria besar itu tengah memeriksa beberapa buah dari keranjang.Floryn meremas kuat permukaan pakaiannya, berusaha memberanikan diri untuk menyapa lebih dulu. “Maaf, saya datang terlambat. Saya Flo, saya perawat baru nona Nara,” ucap Floryn memperkenalkan diri dengan suara yang nyaris tidak terdengar.Floryn malu atas keterlambatannya, dia telah menghabiskan terlalu banyak waktunya untuk mencari sepatunya ke penjuru tempat dan beberapa tong sampah. Hingga kini, sepatu itu tidak Floryn temukan.Entah siapa orang yang sudah mengambil sepatu jeleknya, Floryn takut orang itu akan membuang sembarangan.Diam-diam Floryn sempat menangis sendirian didalam toilet, dia tidak dapat membayangkan akan berjalan tanpa ala
Selembar document terlipat ke belakang, Alfred membacanya dengan teliti, mempelajari beberapa hal penting yang harus dia ketahui sebelum memulai ikut bekerja dengan ayahnya besok nanti.Selama ini, meski Alfred sibuk dengan pekerjaannya sebagai pilot, dia juga tahu tugasnya sebagai pewaris yang suatu hari nanti, lambat laun akan berpindah ke tangannya. Alfred tidak pernah berhenti untuk belajar hingga mendatangkan bebera guru khusus untuk mengajarinya tentang bisnis.Beberapa laporan penting terkadang sampai ketangannya agar Alfred tidak ketinggalan tentang perkembangan bisnis keluarganya.Menjadi pewaris adalah kewajiban mutlak yang tidak akan pernah bisa Alfred tolak, terkecuali dia tidak lagi menjadi dari bagian keluarga Morgan. Alfred tahu betul, kedatangannya ke perusahaan dan langsung menduduki sebuah jabatan akan menerima pandangan yang berbeda-beda. Rasa hormat, rasa iri, sekelompok penjilat, hingga kelompok orang yang akan terus meremehkan kemampuannya dan berpikir jika dia
Bayangan tubuh Nara terlihat di cermin, gadis kecil itu tengah fokus mengancingkan pakaiannya, sementara Floryn berdiri dibelakangnya tengah menyisir rambut panjangnya. Nara suka rambutnya dikepang dan mendapatkan beberapa hiasan.Beruntung saja, keahlian Floryn dalam menyulam cukup berguna ketika digunakan untuk megepang rambut Nara.Langit terlihat sudah gelap melalui jendela, sebentar lagi jam bekerja Floryn sudah selesai, sudah waktunya untuk dia harus pulang.Dibandingkan lega karena akhirnya bisa beristirahat, justru pikiran Floryn terbebani memikirkan kemana dia harus pergi, dan bagaimana dengan kaki yang tengah terluka, kini harus berjalan dengan satu sepatu.Uang yang tersisa cukup untuk membeli sapatu, namun risikonya dia tidak dapat membeli sesuatu untuk makan.Dada Floryn terasa sesak, selalu saja, ada sebuah peristiwa yang terjadi disetiap harinya. Floryn tidak bermaksud mengeluh, tapi tidak ada satu orangpun yang menginginkan kehancuran dalam hidupnya.Dia tidak memilik
“Barusan, aku tidak salah lihat kan?” bisik Floryn sambil mengucek matanya, mustahil Floryn salah orang. Dia sangat mengingat wajah orang-orang yang paling dibencinya didunia ini.Tapi, mengapa Issabel terlihat begitu mesra dengan lelaki lain? Apakah hubungannya dengan Emier sudah tidak seperti dulu?Rasa penasaran akhirnya mendorong Floryn memberanikan diri masuk ke dalam rumah bordil itu. Dari kajauhan Floryn mengintip Issabel memang sedang bersama seorang pria yang lebih muda darinya.Floryn berdecih melihat begitu luar biasanya penampilan Issabel saat ini, wanita itu menggunakan pakaian dan perhiasan mahal, wajahnya terawat dengan baik. Wanita itu terlihat cukup angkuh ketika tasnya bawa oleh seorang perempuan yang menyambutnya. Semakin hancur hidup Floryn, rupanya Issabel maupun Emier hidup semakin baik.Betapa tidak adilnya dunia ini. Setelah berselingkuh dengan Emier, Issabel hidup dengan baik dan melenggang begitu mudah, sementara disetiap langkah yang dia pijak ada kehidupan
“Flo, tolong mengalah lah, jangan membesarkan masalah yang ada."Floryn tersenyum sinis menutupi banyak kekecewaan terlukis sepasang mata safiernya yang kini berkaca-kaca. Hatinya sungguh sakit mendengar permintaan Emier, sudah cukup selama ini selalu mengalah pada hal apapun, mengapa untuk hal sederhana seperti ini Floryn diharuskan mengalah juga?Tangan Floryn mengepal kuat menggenggam amarah. “Siapa yang sebenarnya sedang membesarkan masalah disini? Aku atau tiga orang dewasa kini berdiri depanku dan terus memaksaku hanya karena sebuah kamar sialan ini?” tanya Floryn menatap tajam Emier.“Kau tidak perlu berbicara kasar seperti itu jika tidak setuju. Disini, ayahmu sedang berusaha bersikap adil, tapi kau bersikap egois,” sahut Issabel.Rachel menyeringai dibalik pundak Emier yang melindunginya seperti seorang pahlawan, hal ini seperti menunjukan kepada Floryn bahwa ayahnya lebih menyayangi keluarga barunya dan Floryn bukan bagian hal itu.Floryn tersenyum sinis melihat semua orang
Samantha meletakan segepok uang diatas meja, dengan senyuman lebarnya Issabel mengambil uang itu dan memasukannya ke dalam tas tanpa perlu menghitungnya.“Kau membutuhkan bantuan lain?” tanya Issabel mengedarkan pandangannya melihat beberapa pelacur yang tengah berdandan, mereka harus bersiap-siap sebelum menemui lelaki yang memesan mereka.Samathan tersenyum memaksakan. “Aku hanya butuh dua barang.”“Baiklah, jika perlu barang baru, hubungi aku,” jawab Issabel masih dengan senyuman lebarnya. Samantha mengangguk tanpa suara, wanita itu ikut beranjak dan pergi ke ruangannya.Issabel dan Samantha berteman sejak mereka masih muda, mereka berdua pernah bekerja disebuah rumah bordil dan menjadi wanita penghibur. Setelah mendapatkan cukup banyak uang, Samantha memutuskan keluar dari pekerjaannya dan membangun bisnisnya sendiri, yaitu rumah tempat wanita penghibur dan tempat perjudian.Saat itu, Samantha datang ke sebuah build imigran gelap, dia membutuhkan beberapa wanita penghibur tambah
“Apa kau tahu, apa saja tugasmu jika bekerja disini?” tanya Samantha. Wajah Floryn memucat, gadis itu menggeleng ketakutan tidak mampu menjawab pertanyaan Samantha.“Bibi.” Julliet menarik mundur Floryn begitu menyadari ketidak nyamanannya. Julliet sudah mengetahui lika-liku hidup yang Floryn jalani ketika dipenjara, ada banyak hal buruk yang menimpanya, meskipun begitu dia tetap menjadi seorang gadis yang baik.Andai Floryn mau, dia bisa menjadi wanita penghibur didalam penjara dan mendapatkan lebih banyak bayaran dari beberapa sipir dan korup dan beberapa tahanan lainnya. Floryn tidak melakukan itu, dia menyadari kecantikannya akan membahayakannya, gadis itu justru sengaja tidak mengurus diri agar tidak menarik perhatian.Saat ini, Julliet menawarkan pekerjaan bertujuan untuk membantu Floryn agar kehidupannya menjadi sedikit lebih baik, bukan untuk menjerumuskannya pada hal buruk.“Bibi, aku membawa Flo kesini untuk merekomendasikan dia menjadi aerial silk, bukan untuk menghibur pr
“Kau menggunakan make up?” Sebuah pertanyaan yang tidak begitu penting terlontar begitu saja dari mulut Alfred.Semakin dekat Alfred melihat wajah itu, semakin jelas dia melihat setiap guratan warna yang ada disetiap sudut wajah Floryn. Dibalik keindahan wajah gadis itu, Alfred sangat benci melihatnya.Kebencian itu timbul karena semakin sering Alfred memperhatikan Floryn, semakin banyak rangkaian kata yang harus dia simpan dalam diam.Harga diri Alfred terinjak-injak hingga ke dasar, dia tidak pernah menjadi segila ini karena perempuan. Berbagai cara telah dia lakukan hanya untuk menyingkirkan gadis itu dari ingatannya, sementara dengan kurang ajarnya Floryn melenggang tenang melupakan wajahnya seolah pertemuan mereka lima tahun lalu tidak berarti apa-apa untuknya.Perasaan yang bertepuk sebelah tangan ini begitu memalukan, dan lebih memalukannya lagi Alfred perasaan Alfred masih tetap sama meski dia sudah tahu bahwa Floryn adalah seorang penjahat.Alfred sudah berencana berhenti pe
Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl
Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu
Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik
Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan
Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah
Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha
Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn
Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s