Home / Romansa / Perawan Rasa Janda / 24. Bukan Lagi Mala Kumal

Share

24. Bukan Lagi Mala Kumal

Author: Mastuti Rheny
last update Last Updated: 2023-03-02 19:16:13
“Pak sepertinya kita harus bicara.”

Gamal sontak mengalihkan perhatian padaku.

“Bapak meminta seorang fashion stylist untuk memilih begitu banyak baju yang mahal, apa semua baju itu untukku?”

Dengan sangat lugas aku bertanya.

Pria itu mulai melirikku dan menyingkirkan sejenak gawainya.

“Iya untuk kamu.”

“Tapi apa ini tidak berlebihan?”

“Kamu jangan banyak tanya.”

Aku masih tak bisa terima dengan jawabannya.

Gamal begitu dingin bahkan kembali mengacuhkan aku dengan kembali fokus pada gawainya.

“Pak baju-baju itu mahal.”

Aku berusaha menggugah kesadarannya.

“Tidak juga,” jawabnya santai.

“Apa Bapak nggak merasa rugi dan sayang gitu membelikan aku baju-baju itu?” Aku berusaha memancingnya dengan pertanyaanku.

Gamal kembali menatapku.

“Tentu saja tidak rugi, karena kamu sendiri yang akan membayarnya.”

Aku sontak terkesiap ketika mendengar ucapannya.

Dengan mata terbeliak aku langsung menatapnya lugas.

“Aku Pak yang membayarnya? Aku nggak punya uang lho Pak,” jawabku apa a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdulmanan 5017
masa diulang Thor...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perawan Rasa Janda   25. Dugaan Gamal

    Tama banyak membantuku untuk menyiapkan semua hal sebelum meeting di mulai. Ternyata lelaki berkaca mata itu adalah partner kerja yang baik dan sangat membimbingku. Hari ini bahkan semua pekerjaan bisa aku selesaikan dengan baik juga berkat bantuan Tama. Juga untuk hari berikutnya aku bisa melakukan lebih banyak lagi. Semakin lama aku menjadi akrab dengan sekretaris atasanku itu. Bahkan di sela-sela kesibukan kami bekerja terkadang kami selingi dengan canda tawa. Seperti siang ini menjelang waktu istirahat kami berdua tertawa saat mendapati minuman kami tertukar. Aku menertawakan ekspresi Tama saat harus menyesap kopi pahit milikku. “Apa ini?” Tama langsung meletakkan cangkir kopi yang sempat dipegangnya. Aku benar-benar tak dapat menahan gelak tawaku saat Tama mencibirkan bibirnya. Pria itu sama sekali tak suka kopi pahit. “Makanya kalau mau minum itu dilihat dulu, kamu ambil cangkir yang mana?” Tempat kerja kami memang bersebelahan dan kami meletakkan cangkir minuman kami

    Last Updated : 2023-03-03
  • Perawan Rasa Janda   26. Fakta Tentang Mala

    "Katakan padaku apa kamu dan Nita sebelumnya telah saling kenal?" Gamal mulai bertanya dengan nada penuh selidik. Aku bergeming, sedikit merenung. Nyatanya aku masih terlalu enggan untuk berterus terang. Jika mengulik kisah lama, tentang segala penderitaan kakak sulungku karena ulah wanita itu, aku menjadi geram untuk sekedar menyebut namanya. Akhirnya aku memilih menggeleng dengan tegas. "Tentu saja aku tak mungkin mengenal wanita bertemperamen buruk itu." Segera aku melihat Gamal lalu menautkan alisnya, memindaiku dengan tatapan lekat. Tatapannya segera menyadarkan aku. "Eh maaf Pak, aku lupa kalau dia itu tunangan Bapak." Nyatanya Gamal hanya bergeming saat aku menyebut kata tunangan. Lelaki itu memberi respon yang teramat dingin. Tapi untuk sekarang aku enggan untuk mengartikan apapun. Bahkan aku tak memiliki banyak waktu karena harus melanjutkan pekerjaanku. "Maaf Pak, aku kembali dulu mau kerja lagi." Aku berniat membalikkan badan. "Tunggu ...." Aku langsung menol

    Last Updated : 2023-03-04
  • Perawan Rasa Janda   27. Masih Menutupi Masa Lalu

    Aku segera mendekati Mala yang sedang terlibat perseteruan dengan salah seorang temannya. Bahkan gadis yang aku tahu tomboy dan sedikit keras itu mulai menjambak gadis berpakaiana minim di hadapannya itu.“Mala, apa yang kamu lakukan?!” sergahku sembari menarik lengan asisten pribadiku itu agar menjauhi temannya.Ketika melihatku, Mala menampakkan kekagetannya.Tapi dengan cepat aku langsung membawanya menjauh, karena saat ini teman-teman Mala sudah mulai mendekat untuk menonton perseteruan yang awalnya berlangsung sangat seru itu.“Kamu mau kena masalah di kampus karena memancing keributan?” letupku sengit sembari membawa gadis itu untuk masuk ke dalam mobilku yang terparkir tak jauh dari sana.Aku sangat memaksa hingga Mala tak dapat menolak meski aku lihat wajahnya masih sangat kesal.Gadis berambut panjang yang sering dikuncir ke belakang itu, mengernyit geram padaku ketika aku sudah berada di sampingnya menghadap ke kemudi.“Tapi dia itu Hanny, kembali membuat ulah dengan mempeng

    Last Updated : 2023-03-06
  • Perawan Rasa Janda   28. Pijatan Yang Menenangkan

    Mala POVAda rasa sesak yang masih saja tersisa bahkan setelah aku meninggalkan kawasan yang dulu begitu akrab denganku, kawasan yang dipenuhi dengan perumahan mewah yang pernah menjadi tempat tinggalku ketika keluarga kami masih harmonis dan bahagia.Aku benar-benar tak mengerti kenapa Gamal mengajakku makan siang di sana padahal jarak kantornya dengan kawasan itu lumayan jauh.Bahkan karena itu kami sampai terlambat untuk kembali ke kantor. Untungnya hari ini tak ada meeting penting, dan pekerjaanku tidak terlalu banyak.Sebagai atasanku Gamal terlalu sering mengambil keputusan dan memiliki keinginan yang tak aku mengerti.Meski begitu aku merasa cukup bersyukur dengan keadaanku yang sekarang. Setidaknya aku tak terlalu kekurangan seperti kemarin, walau untuk bulan pertama bekerja di kantor ini aku masih tak tahu berapa gaji yang akan aku terima nantinya.M

    Last Updated : 2023-03-07
  • Perawan Rasa Janda   29. KEDATANGAN GAMAL YANG TAK TERDUGA

    Aku tak mempunyai pilihan lain, selain membangunkan Gamal yang malah tertidur di atas pangkuanku ketika aku memijat kepalanya.“Pak, tolong bangun, apa Bapak nggak lanjut kerja?”Aku sedikit menggoyang pundaknya.Lelaki itu tak bereaksi.Aku mulai menepuk pipinya dengan hati-hati, meski saat aku melakukannya tanganku menjadi gemetar.Atasanku ini memang keterlaluan bahkan sebelum ini aku pernah sedekat ini dengan lelaki manapun bahkan tidak juga dengan Jason yang merupakan teman karibku sejak lama.Tanpa pernah disangka pria menyebalkan itu malah melingkarkan tangannya pada pinggangku seolah aku ini adalah sebuah bantal yang nyaman.Gerakannya yang semakin menempel pada pangkuanku menerbitkan gelenyar aneh yang terlalu meresahkan aku.Aku mendesah jengah memberanikan diri untuk menarik diriku dan melepaskan kepalanya dari pangkuanku.Seketika Gamal terbangun saat kepalanya beralih di atas sofa.Sementara aku sekarang sudah berdiri dengan gelisah memandangnya dengan diselimuti rasa kha

    Last Updated : 2023-03-09
  • Perawan Rasa Janda   30. Belanja Bersama

    Nyatanya Gamal tak menjawab pertanyaanku sama sekali, lelaki itu malah melajukan mobilnya dengan sangat tenang.“Pak, Bapak nggak akan mengajakku ke kantor kan? Ini hari libur lho Pak.”Pria arogan itu melirikku jengah.“Cerewet.”Aku terkesiap kesal karena mendengar umpatannya yang singkat.Aku mencebik tipis ke arahnya. Tapi pria itu tak segera menyadari.Hingga kemudian Gamal menghentikan mobilnya di sebuah pusat perbelanjaan, di sebuah mall besar dan mewah yang selama ini terkenal menyediakan barang-barang dengan harganya yang sering aku anggap tak masuk akal.Aku yang awalnya hanya ingin berbelanja di swalayan biasa yang tak jauh dari rumah tapi atasanku yang sekarang menjadi serba misterius itu malah mengajakku memasuki area perbelanjaan elit.“Pak, apa Bapak mau beli sesuatu dulu di sini?”Gamal malah menyergah jengah sembari menatapku lugas.“Kamu itu gimana sih? Katanya kamu mau belanja?”Aku terkesiap resah.“Aku belanja di sini Pak?”“Sudahlah ayo kamu keluar.”Gamal kemudi

    Last Updated : 2023-03-10
  • Perawan Rasa Janda   31. Memendam Prasangka

    Aku bingung menanggapi ucapan Gamal yang mendadak sok romantis seperti itu.Nyatanya dia sekarang berlagak sebagai pasanganku ketika karyawan counter kosmetik itu menyangka kami sebagai suami istri.Bahkan lelaki itu langsung meraih pundakku sembari mengerlingkan mata saat aku agak beringsut menjauh.“Aduh sayang, jangan malu seperti itu. Cepetan kamu pilih aja yang terbaik buat kulit kamu.”Sontak aku membeliakkan mata ketika Gamal dengan lancang malah membelai kedua pipiku.Aku menjadi tak kuasa menampik sandiwara yang dia ciptakan ini. Aku malah menikmati semuanya. Kapan lagi aku bisa berpura-pura menjadi istri seorang CEO kaya, yang sekarang membuatku bisa membeli apapun tanpa membuat kepala pusing memikirkan cara membayarnya.Tapi meski begitu saat Gamal memilih krim kecantikan yang berharga mahal, aku tak bisa menutupi gelisahku.“Pak ini mahal sekali, masak satu krim aja harganya bisa sampai dua juta. Cari yang murah aja.”Tapi Gamal malah menegaskan tatapannya padaku menunjukk

    Last Updated : 2023-03-11
  • Perawan Rasa Janda   32. Ajakan Berenang

    “Bapak kenapa melarangku bicara sama temanku?” sergahku sembari memasang muka cemberut saat mendapati atasanku itu bersikap sangat tidak sopan.“Nggak sopan Pak menghalangi orang ngomong, itu artinya Bapak mencampuri urusan privasiku.”“Apa kamu nggak lihat kalau anak-anak masih pengen pizza tapi kamu malah mengabaikan saja pas mereka minta?”Gamal malah melirik ke arah Ghana dan Ghara yang juga sedang memandangku.Langsung saja aku tak bisa memendam amarah pada atasanku di kantor itu.“Katanya kamu mama mereka kenapa kamu malah nggak peduli sama mereka?”Aku mendesah lirih.“Nggak gitu juga Pak.”Tapi kemudian aku menatap lekat pada kedua keponakanku itu.“Kalian masih mau pizza lagi?”Merek

    Last Updated : 2023-03-12

Latest chapter

  • Perawan Rasa Janda   124. Istri Yang Bahagia

    Sungguh aku tak menduga kalau Sherly akan mengambil jalan pintas yang jelas begitu bodoh.Ketika mendengar berita kematiannya karena bunuh diri, aku benar-benar tak habis pikir.Jadi ini rencana yang sempat dia isyaratkan beberapa waktu lalu, ketika kami berbicara setelah pernikahan ayah dengan bunda.Sherly lebih memilih mati dengan masih mempertahankan kecantikan yang selalu ia banggakan."Sherly, bangun ... !"Lola terus meraung di samping jenazah putri kesayangan, alih-alih mengaji demi menentramkan jiwa anaknya yang sudah berpindah alam.Bunda yang berada di sampingku, hanya melirik sekilas pada mantan madunya. Beliau lebih memilih untuk kembali meneruskan membaca surat Yasin.Aku juga tetap khusyu dengan bacaanku, mengabaikan tangisan Lola yang sudah terasa sangat mengganggu.Sampai akhirnya Sisca mendekat untuk menenangkan. Ketika Lola masih saja menjerit histeris, pada akhirnya Sisca memaksa mamanya untuk beranjak pergi."Ma, ayo ke atas saja, Mama bisa sepuasnya menangis di s

  • Perawan Rasa Janda   123. Proyek Penting

    “Kenapa, Mas?” Aku bertanya dengan penuh rasa penasaran. “Aku tak mau kamu tertulari penyakit kotor yang diderita wanita itu saat ini.” Aku terkesiap dengan wajah terperangah ketika mendengar apa yang dikatakan Gamal. “Maksud kamu apa Mas?” Gamal menatapku lurus. “Kemarin sebelum Tony berangkat ke Eropa untuk berobat, dia mengaku padaku kalau beberapa hari sebelum sakit dia sudah tidur dengan Sherly. Jadi aku menyarankan pada mantan saudara tiri kamu ini untuk melakukan pemeriksaan.” Gamal lalu menegaskan tatapannya pada Sherly yang sedang mendengus kesal padaku. “Perlu kamu tahu kalau sebenarnya Tony terinfeksi HIV, dan dia sekarang harus mendapatkan perawatan insentif di Jerman.” Sekarang malah Sherly yang tampak sangat terkejut dengan kedua matanya membeliak tajam ke arah Gamal.

  • Perawan Rasa Janda   122. Bantuan Gamal Untuk Sherly

    Aku dan Gamal benar-benar tak lagi bisa menghindari permintaan Umi Risa. Pada akhirnya kami mengantar beliau ke rumah sakit menemui Tony yang sekarang tampak semakin melemah bila dibanding saat kami terakhir kali melihatnya beberapa hari lalu.Umi Risa terus saja menjatuhkan air matanya, menjadi sangat tega melihat keadaan putra pertamanya yang sangat kesakitan.Ketika melihat kedatangan Umi Risa bersama kami berdua, Tony yang kian tirus itu tampak sangat kaget bahkan hanya bisa terperangah untuk beberapa saat dengan tatapan yang agak menegas ke arah Gamal sebagai isyarat ketidaksetujuannya atas keputusan Gamal untuk membawa Umi Risa ke rumah sakit.“Aku sudah tidak bisa menutupinya terlalu lama dari Umi,” ucap Gamal seakan menjawab pertanyaan yang terlontar dari tatapan Tony yang tajam.Tony menjawabnya dengan sebuah tarikan nafas panjang sembari ia menggerakkan kepalanya ke samping sepe

  • Perawan Rasa Janda   121. Kecemasan Umi Risa

    “Lalu dia kenapa sampai menangis seperti itu?”Aku tak bisa lagi menahan rasa penasaranku.“Kenapa kamu tak tanyakan saja sama dia?”Aku mendesah jengah melihat sikap suamiku yang masih saja sarkas dan sinis pada kakaknya yang bahkan sekarang masih saja menangis dengan sangat sedih.Aku langsung menegaskan tatapanku pada Gamal yang kemudian malah menanggapiku dengan kedikan di kedua bahunya.Tanpa menunggu lama aku langsung mendekati Tony, berusaha menenangkan pria itu sebisanya.“Jangan menakutkan apapun, percayalah Tuhan itu Maha Pengasih. Aku yakin kalau kamu bertobat dengan sungguh-sungguh Allah pasti akan mengampuni kamu.”Setelah itu aku mulai mengambil sekotak tisu dari atas nakas dekat ranjang dan menariknya beberapa lembar untuk aku ulurkan pada Tony yang sekarang sudah menatap ke

  • Perawan Rasa Janda   120. Permintaan Tony

    “Siapa sih Mas yang sakit?”Aku semakin tak sabar dan terus penasaran.Tapi kemudian Gamal malah menarik nafasnya sangat dalam.“Kamu bilang kemarin aku harus memperbaiki hubunganku dengan kakakku.”Aku sedikit mengernyitkan dahi.“Jadi Mas Tony sekarang yang sedang sakit? Dia sakit apa?” Aku segera mengunggah tebakanku.Gamal malah melirik tajam ke samping ke arahku yang juga sedang melekatkan tatapanku padanya.“Udah aku bilang jangan panggil dia Mas ... “Aku mendesah jengah. Dalam keadaan seperti ini Gamal masih saja posesif dan di depanku malah seringkali bersikap terlalu manja seperti anak kecil.“Iya, iya maksud aku Tony, dia sakit apa?” tanyaku lagi.“Penyakit yang aku yakin pasti akan membuatnya insyaf

  • Perawan Rasa Janda   119. Semakin Possesif

    Semua orang bersungguh-sungguh saling tarik menarik tali tambang, benar-benar berusaha untuk menjadi pemenang.Aku bersama timku yang tampak sangat antusias berusaha untuk memenangkan perlombaan.Sementara pihak Ela juga tak mau mengalah.Semua gigih berjuang hingga akhirnya aku bersama timku berhasil mengalahkan tim Ela.Tapi meski aku menang aku kemudian malah tak bisa menyeimbangkan diri, dan jatuh tersungkur, yang tak pernah aku sangka malah membuat semua orang panik, termasuk juga Gamal yang langsung mendekat untuk membawa tubuhku ke dalam gendongannya.Sikap Gamal yang terlalu berlebihan malah membuatku risih sendiri terlebih saat melihat tatapan iri dari karyawan Gamal yang lain.“Mas, turunkan aku, aku nggak apa-apa!” sergahku kesal dengan kedua kakiku bergelinjang meminta suamiku untuk menurunkan aku dari gendongannya.

  • Perawan Rasa Janda   118. Gathering

    “Sayang bagaimana kalau kita mulai melakukan program kehamilan?” Aku terkesiap menjadi tak bisa menyembunyikan kegusaranku. “Program hamil Mas?” Gamal menatapku kian tegas. “Kenapa, apa kamu keberatan?” “Kan aku tadi sudah bilang aku nggak mau hamil dulu dalam waktu dekat ini.” Aku menegaskan kalimatku. Gamal langsung mengenyit lugas memandangku dengan sorot matanya yang tajam. “Sekarang katakan padaku apa alasan kamu menunda kehamilan?” “Aku masih belum lulus Mas. Bahkan sebentar lagi aku akan sangat sibuk dengan skripsi. Aku nggak mau menunda semua itu lagi Mas.” “Mala, kalau soal kuliah kamu bisa menjalaninya setelah kamu melahirkan, aku janji kehadiran anak kita nantinya tidak merepotkan kamu sama sekali.” Gamal kian gigih meyakinkan aku. Aku menggeleng masih bersikeras dengan cita-citaku. “Sayang, aku tidak menyalahkan kamu yang masih ingin mempertahankan cita-cita kamu. Tapi aku juga minta kamu mempertimbangkan tentang status kamu sekarang.” Aku mendesah pelan dan m

  • Perawan Rasa Janda   117. Program Kehamilan

    “Yakin Mas, akan mengabulkannya?”Aku masih berusaha untuk memastikan.Gamal langsung mengiyakan dengan anggukan pasti sembari ia mulai membelai rambutku yang baru saja mendapat perawatan di salon mahal, yang sekarang aromanya menjadi harum semerbak.Aku masih menelisiknya dengan ragu.“Udah sayang, katakan saja.”“Kalau aku minta Mas Gamal baikan sama Mas Tony, apa Mas Gamal mau melakukannya?”Gamal sontak mengangkat punggungnya padahal tadi bersandar dengan sangat nyaman di sandaran sofa.“Sejak kapan kamu manggil Tony dengan sebutan Mas, kamu hanya boleh manggil sebutan Mas, padaku saja?”Gamal malah marah dengan panggilanku pada Tony, kakaknya satu ibu itu.“Kan panggilan Mas itu buat seorang lelaki yang lebih tua dari kita.”&

  • Perawan Rasa Janda   116. Pengakuan Gamal Yang Mengejutkan

    “Jadi sekarang kalian tinggalkan rumah ini, dan jangan pernah kembali.”Gamal kian menegas dengan tatapan yang sekarang terlihat begitu tajam.“Soal Sisca, dia itu anak kamu jadi urus saja dia sendiri, lagipula sekarang Adeo Pattinama berada di dalam penjara dan sudah tak bisa melakukan apapun seperti yang sudah kamu katakan tadi.”Gamal membalik ucapan Lola, yang membuat wanita itu kian kesal karena ucapannya malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.“Jangan bebankan Sisca pada Mala, meski Sisca dan istriku saudara satu ayah bukan berarti dia harus mengambil alih semua tanggung jawab tentang Sisca.”Lola dan Sherly terdiam mereka tampak sangat geram karena telah dikalahkan oleh Gamal yang terus membelaku tanpa jeda.Pada akhirnya tak ada lagi yang bisa mereka lakukan lagi kecuali berbalik pergi bersama Sisca yang kemud

DMCA.com Protection Status