Pernikahan William tidak akan bisa dihentikan. Ia tidak berasumsi begitu saja. Ia kenal pria yang sudah dipercaya sebagai calon suaminya di masa depan. Ia kenal setiap kekeras kepalaan pria tersebut hingga tahu apa yang akan selanjutnya terjadi.
“Tidak bisa seperti ini,” kata Lily.
Ia berada di kamarnya yang bernuansa biru dan merah jambu. Beberapa boneka yang harganya mahal dan menjadi barang koleksi memandang sambil tersenyum dari dalam kotak mereka.
Akhirnya karena tak dapat juga menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapi, Lily menjatuhkan diri di atas ranjang yang empuk. Ia mengeluh keras-keras. Tapi, ia sendirian di dalam kamarnya. Jadi tidak aka nada orang yang datang dan mengatakan padanya bahwa semuanya baik-baik saja.
Lily memilih keluar dari sangkar bernuansa biru dan merah jambunya. Beberapa pelayan di rumah berhenti dan menyapanya ketika berpapasan. Suasana hati Lily sedang tidak baik sehingga tidak menyahut satu pun sapaan
Barang-barang milik Amanda sudah dikirim mengunakan truk ke rumah besar William. Amanda benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa barang-barangnya yang sedikit itu menjadi satu truk penuh.“Sudah siap?’ tanya Azzar.Amanda memandang lelaki tua itu sebentar sebelum menoleh pada Prisilla. Ia tidak tahu apakah benar membawa serta Prisilla bersamanya akan baik-baik saja. Namun, ia tidak mau berada seorang diri di rumah besar dengan keberadaan Wyatt yang bisa ditemuinya di setiap tempat.“Ya,” jawan Amanda. Ia berdiri dari sofa yang langsung ditutupi kain seprai oleh pelayan yang sedang bertugas mempersiapkan rumah untuk ditinggal.Prisilla juga berdiri dari sisinya dan berjalan di belakang Amanda ketika ia menuju pintu depan. Mobil sudah yang disopiri Azzar sudah menunggu di jalanan.“Sebenarnya aku tidak mau tinggal di sana,” ungkap Amanda pada Prisilla. Ia menunggu sampai langkah sahabatnya itu sejajar dengannya.
“Kenapa ada dia di sini?” tanya William dingin.Ia tidak mengerti dengan keberadaan Lily yang adalah orang luar di acara makan malam keluarga. Jika ini adalam salah satu siasat untuk membuat William merada tak nyaman, maka jelas tidak akan berhasil. Ia bukanlah orang yang bisa diintimidasi seperti ini.“Ibu yang mengundangnya. Beberapa hari lalu Lily memberikan buket bunga yang cantik. Makanya Ibu ingin berterima kasih.” Esme menjelaskan kenapa Lily berada satu meja dengan mereka semua.“Di acara makan malam keluarga?” tanya William kembali. Menegaskan acara apa dan orang seperti apa yang harusnya ada bersama mereka.“Jika kamu bilang begitu, Amanda juga tidak boleh berada di sini. Dia orang luar.” Esme tidak berhasil menyembunyikan rasa tidak senangnya atas keberadaan Amanda di dalam rumah.Sejak hari ia menjemput Azzar dan menyuarakan kalau ia dan Amanda akan tinggal di rumah besar bersama Esme dan
Lily mengenggam sendok erat-erat menahan amarahnya. Tidak boleh! Ia mengatakan demikian keras pada dirinya seperti itu.“William!”Rahangnya ikut mengeras begitu tahu William sama sekali tidak mengindahkan teriakan ibunya. Kenapa dia begitu berani?Lily bertanya-tanya dalam hati.Dilihatnya Esme menghela napas.“William hanya kesal karena aku ada di sini, Tante. Jika saja aku tidak duduk dan makan dengan William pasti semuanya tidak terjadi,” ungkap Lily terdengar menyesal.Namun, walaupun semua orang akan mengusirnya dari meja makan, tak sedikit pun ia memiliki keinginan untuk beranjak pergi. Tidak ada seorang pun yang bisa mengusir Lily yang telah bertekad.“Tidak, ini bukan kesalahanmu,” kata Esme murung.Ia meletakan pisau selainya dan tak jadi mengigit roti yang telah di olesi. Lily juga sudah tidak bersemangat lagi untuk sarapan, tapi ia harus tetap makan. Ia mau punya tena
Ada cukup banyak pelayan berdiri di depan kamarnya. Begitu melihat kerumunan dari kejauhan, Amanda mulai menghitung orang-orang itu. Ada sekitar tiga orang berdiri di pintu, terdiri dari para pelayan yang tidak dikenal Amanda.Saat semakin dekat, Amanda bisa melihat dua pelayan lagi ada di dalam kamar bersama dengan Esme dan Lily. Apa mereka semua sedang merencanakan sebuah kejutan?Amanda mengigit bibir bawahnya untuk menahan perasaan gembira yang meluap. Ia tidak pernah disambut dengan cara yang sangat menyenangkan seperti ini.“Apa yang kalian lakukan di kamar saya?” tanya Amanda menahan keriangan di dalam suaranya sendiri.Namun, ia masih bisa merasakan keriangan tersebut menguar melalui udara di sekitar. Ditatapnya Esme dan Lilya sambil menahan napas, menunggu jawaban.“Harusnya saya yang bertanya, apa ini?”Amanda menelengkan kepalanya segera, tidak mengerti. Matanya langsung meluncur turun ke telapan tangan Esm
Saat seseorang menuduhmu melakukan sesuatu yang sefananya tidak pernah kamu lakukan, rasanya sangat marah. Kemarahan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, membuat tubuh gemetar. Kemarahan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Kemarahan yang seperti itu yang dirasakan Amanda kini. Tubuhnya gemetar dan napasnya menjadi sesak. Untuk sebuah kejutan kedatangannya ke rumah keluargan William, ini sungguh di luar dugaannya. Air mata Amanda mengalir pelan, kepalanya mendadak pening, telinganya juga berdenging.“Apa ini?” Amanda mengelengkan kepala mengusir buram yang tiba-tiba menghampirinya.“Astaga ….” Ia berpegangan pada dinding, menahan diri untuk tidak tiba-tiba jatuh. Ia lalu duduk perlahan di lantai. Napasnya bertambah sesak.“Tidak apa-apa?” Amanda mendogakan kepala. Menatap seorang wanita yang ikut berjongkok padanya.“Kepala sakit, kaki juga. Aku tidak akan sanggu
Pintu kamar Lily diketuk pelan. “Ada apa?” tanya Lily yang sedang menyisir rambut sembari mengagumi kecantikan wajahnya sendiri.“Nona … Tuan William menanti Anda di ruang kerja.”Lily tidak dapat menyembunyikan menyembunyikan kegembiraannya. Senyum segera mengembang di bibirnya yang merah meyala. “Baiklah … aku akan segera ke sana,” katanya memberitahu pelayan.Ia memandangi dirinya kembali di cermin. Diperbaiki bedak yang ada di pipinya, serta lipstik di bibirnya. Ia berdiri dan berputar di depan cermin, kemudian memperbaiki lipatan gaun yang sedang di pakai. Ia berjalan ke arah lemari berisi beberapa pasang sepatu yang dibawa dari rumah dan memilih sebuah sepatu berhak tinggi berwarna hitam dan putih untuk menonjolkan kakinya yang jenjang.“Sempurna!” serunya riang pada diri sendiri. “Aku heran kenapa William malah memilih Amanda si gadis yatim piatu itu dan bukannya aku!”
Dibanding sebelumnya, kondisi Amanda kali ini membaik dengan lebih cepat. Ia tidak tahu kenapa bisa tumbang setiap kali tertekan.“Sekarang apa yang sedang kamu pikirkan?” Prisilla berhenti menyuapi karena Amanda tidak bicara juga padahal dirinya sudah menceracau tidak jelas cukup lama sejak tadi.“Bukan apa-apa,” jawab Amanda. Ia tidak mau apa yang sedang dipikirkan diketahui Prisilla.“Ya Tuhan, sekarang kamu mau main rahasia padaku? Setelah apa yang sudah aku lakukan padamu? Prisilla jelas-jelas berbakat mendramatisir keadaan. Ia sudah memamerkan kemampuannya itu sejal lama sehingga Amanda sama sekali tidak bisa melawan dan kemudian bercerita.“Hanya ada sedikit masalah saat kamu sedang bekerja,” kata Amanda pasrah.“Sedikit masalah dan hal ini yang terjadi. Kamu seperti orang yang sudah sakit berbulan-bulan. Apa kita perlu memanggil dokter?” Prisilla mencerocos dengan cepat tanpa rem. Ia mem
“Ke-kenapa aku harus minum ini?”Matanya tak lepas memperhatikan cairan kental yang dibawa Prisilla dengan nampan dan diletakan di depannya itu. Cairan tersebut berwarna kecoklatan dan baunya agak aneh.“Kenapa kamu melihatnya seperti itu? Minum dong!” suruh Prisilla.Amanda lekas membayangkan cairan kecoklatan dengan bau aneh tersebut masuk ke dalam mulutnya. Kekentalannya yang terlihat hanya dengan melihat saja pasti membuat cairan tersebut sulit untuk di minum. Baunya yang aneh akan semakin kuat saat sudah berada di salam mulut Amanda.“Tidak … jangan-jangan ini racun,” kata Amanda lekas menolak.Dengan satu tarikan, tubuh Amanda sudah bersandar di kursi yang diduduki. Ia mengeleng sebagai efek penolakannya terhadap minuman tak dikenal yang mungkin akan membuatnya segera semaput.Jemari Prisilla menjentik dahi Amanda. Membuat gadis yang baru sehat setelah berbaring selama seharian penuh kemarin t
Kuburan Wyatt terletak di dekat makan Anna. Nama Wyatt terpampang jelas di sana. William sangat keberatan dengan kedatangan William ke makan Wyatt. Menurutnya tak perlu melakukan hal yang berlebihan menunjukkan rasa hormat yang tak seharusnya tak diterima Wyatt. “Usia kandunganku sekarang tiga bulan! William sangat tidak suka saat aku mengusulkan ke sini! Tapi, aku harus pergi ke sini!” Amanda bermonolog sendiri. Ia berhenti dan menoleh ke arah jalan masuk tempat ia datang. Ada Azzar di sana dan juga Inel. Ia berhasil menyuruh dua orang itu berhenti di pintu masuk. Jadi ia bisa mengatakan apa yang ingin dikatakan di sini. “Aku sama sekali tidak merasa sedih karena kematianmu! Hubungan kita tidak sampai seperti itu, bukan! Kamu tidak menyukaiku, aku juga tidak!” Ia lalu meletakan salah satu buket bunga yang dibawa di makam Wyatt dan satunya lagi di tempat Anna. “Ibu menceritakan padaku seperti apa Anna. Kami berhasil menemukan salah satu foto tua wanita yang kamu cintai itu. Dia .
“Kenapa kamu muncul di sini lagi? Astaga!” Stefani terpekik di depan pintu. Kepala William muncul kembali. Kalau Amanda tak salah hitung itu sudah terjadi sebanyak tiga kali dengan intensitas sepuluh menit sekali. Amanda yang mengetahui perbuatan William hanya berpura-pura saja tak mendengar dan tetap fokus pada riasannya yang sedang dikerjakan. “Apa riasannya sudah selesai?” tanya William datar. “Kalau dia sudah selesai, aku akan mengantarnya ke depan pintu! Pergilah dari sini atau aku akan membawa kabur istrimu!” Ancaman keluar dari mulut Stefani. Saat wanita yang menjadi perancang busana itu menutup pintu dengan dibanting keras, ia masih saja merungut panjang pendek. “Lihat bagaimana pria menyebalkan itu menjadi posesif pada apa yang dimilikinya!” tambahnya sambil menyentak-nyentak ujung gaun Amanda sehingga semakin cantik jatuhnya. “Maafkan dia!” pinta Amanda mewakili William. “Pastikan dia membayar dua kali lipat. Biaya jasa dan permintaan maaf karena sudah menganggu!” seru
Amanda memandangi bayangannya di cermin. Tak menyangka akan bersama William semalam. Mereka berdua bahkan melupakan makan malam. Lalu pagi tadi, William bangun di sampingnya tersenyum dan mengucapkan kata “pagi” dengan senyum cerah.“Jantungku tidak akan kuat!” keluh Amanda.Mengingat bagaimana William begitu menginginkannya saja sudah membuat Amanda meledak karena senang. Benar seperti ini, kan, rasanya dicintai?” Tanya Amanda di dalam hati.Suara ketukan di pintu kamar menyentak lamunan Amanda. Ia menoleh. “Siapa?” tanyanya. Dalam hati ia menebak, Jangan-jangan itu William?Setelah selesai mandi, William bergegas pergi. Amanda sempat melihat Azzar ada di pintu tadi. Ia akan memarahi Azzar nanti saat hanya ada mereka berdua saja.“Ini Inel, Nyonya! Sarapannya mau di kamar atau di ruang makan saja?” tanya Inel.“Ruang makan saja!” seru Amanda.Ia benar
“Astaga ... Pak Azzar! Kenapa berdiri di depan pintu!” seru Amanda kaget.Ia menutup pintu dengan sangat hati-hati supaya tidak terdengar sampai ke dalam kamar mandi. Tetapi, malah hampir menabrak Azzar yang entah bagaimana telah berdiri di sana. Amanda yakin kalau saat ia masuk beberapa saat lalu, tidak ada siapapun di sana. Bahkan saat Inel pelayan yang membantu Amanda membuka pintu, masih tidak ada siapa-siapa.“Tuan William mengirimi saya pesan untuk berada di sekitar sini jika ada apa-apa!” Setelah mengatakan itu Azzar berdehem. Ia sepertinya sedikit malu dengan perintah yang diberikan padanya. Amanda jadi penasaran apa isi perintah sebenarnya. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Azzar pada Amanda.“Prisilla sebentar lagi akan datang!”Jika William bahkan menempatkan Azzar di depan pintu, maka sepertinya pembicaraan yang akan dilakukan suaminya itu begitu penting.“Jadi?” tanya
“Maafkan aku!” Esme hampir terjatuh karena membungkuk untuk minta maaf pada Amanda.Sementara itu Amanda sama sekali tidak mengerti kenapa wanita yang menjadi ibu suaminya itu minta maaf. Tetapi, Amanda berhasil menyambut tubuh Esme dan membantunya duduk dengan benar kembali.“Jangan lakukan hal yang berbahaya, Bu!” William terdengar memperingatkan dengan kesal.Di telinga Amanda walau terdengar ketus, peringatan William terdengar tulus. Suara dingin setiap kali berbicara pada ibunya yang keras didengar Amanda sudah tidak lagi ada. Ia benar-benar senang mendapati perubaha selama dirinya tak ada.“Ibu mau minum teh denganku di taman?” tanya Amanda.Ia telah banyak tidur di atas pesawat dan penerbangan yang tak sampai dua jam tersebut sama sekali tidak memberinya efek buruk seperti mabuk. Dilihatnya Esme menoleh dahulu pada William.“Tidak ....”Sebelum William selesai mengatakan penolakan
Amanda menatap awan-awan tipis yang ada di bawahnya. Beberapa saat lalu ia melihat hamparan berwarna biru yang diyakini sebagai laut. Kini ada pepohonan dan rumah-rumah yang seperti kotak korek api. Walau Amanda tidak pernah suka dengan getaran yang dirasakan saat pesawat pertama kali naik dan mendarat. Semua terbayarkan dengan apa yang dilihat sekarang.“Kamu menyukainya?” tanya William.Amanda menoleh dan mengangguk senang. Sejak tadi pipinya ia tersenyum dan rahangnya akan mencapai batasnya sebentar lagi. Ia bisa merasakan sentakan rasa ngilu pada persendian rahang. Akan tetapi, ia merasa sangat senang bisa bersama William, bergenggaman tangan, dan tak harus bersikap tak tertarik pada pria yang menjadi suaminya itu. Ia bahkan siap membayar dengan apapun yang dimiliki karena sudah melangar kontrak.“Apa lagi yang kamu sukai?” tanya William selanjutnya.Senyum Amanda tak lantas menghilang walau saat ini ia sedang berpikir. “
Mobil-mobil berhenti tepat di depan rumah sederhana terbuat dari bata merah dan belum d plester. Terasnya cukup lebar dan ada bale-bale bambu di depan sana. Dua wanita berbeda usia keluar dengan tergesa-gesa dari pintu dan tampak terkejut menatap dua mobil yang berhenti di halaman yang rapi. Satu mobil lagi parkir di tepi jalan karena tidak muat di halaman.Ketika para lelaki yang ada di dalam mobil keluar, kedua wanita yang berbeda usia tersebut mundur. Yang lebih muda melindungi wanita yang lebih tua yang berada di belakangnya.“Maaf mengagetkan kalian berdua!” kata William lekas.Begitu turun ia bergegas menghampiri kedua wanita yang berdiri dan menatap takut ke arah mobil-mobil yang datang.“Kalian siapa? Ada urusan apa kemari?”Ada getaran yang jelas-jelas didengar William tanpa usaha. Datang dengan tiga mobil sekaligus ternyata adalah pilihan yang buruk. Ia mendesah dan sekali lagi mengumamkan kata maaf.“
“Aku akan ikut untuk menjemput Amanda!” Keputusan bulat itu mendadak muncul di kepala William dan lekas disuarakan.Mata-mata yang tidak setuju milik Esme dan Azzar langsung terlihat. William sama sekali tidak peduli. Kalau ia mengutus orang lain maka akan butuh waktu untuk bisa melihat Amanda. Waktu yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat dihitung saat keberangkatan dan saat pulang.“Ada banyak yang harus kamu urus di sini, Wil!” ingat Esme.“Semuanya bisa diurus atau kalau benar-benar membutuhkanku bisa dipending! Aku akan pergi dengan mereka juga!”Azzar dan juga Esme tahu kalau William sudah mengambil keputusan maka tidak ada seorang pun yang bisa mengubahnya. Mereka berdua hanya bisa menghela napas.“Berhati-hatilah dan bawa istrimu pulang dengan selamat!” Pesan Esme pada akhirnya.Ia mengangat tangan dan seorang pelayan datang lalu mendorong kursi roda milik Esme. Mereka berdua keluar dari
“Kami berhasil membawa wanita yang disebut-sebut dokter itu, Tuan!” kata Azzar memberitahu William.William duduk dengan wajah tegang. Tetapi ia benar-benar sangat bahagia. Akhirnya setelah sebulan lebih pencarian, ia menemukan titik terang ke mana Amanda di bawa oleh Wyatt. Pantas saja tak ada kabarnya kalau Amanda disembunyikan di tempat kecil begitu.“Apa wanita itu mencoba melarikan diri?” tanya William.“Tidak, Tuan, malahan ia langsung pergi saat kami mengatakan kalau merupakan utusan Anda dan memperlihatkan foto pernikahan Anda!” kata Azzar.Ia pikir komplotan Wyatt yang kali ini lumayan bodoh. Atau ia tahu kalau Wyatt sudah tewas dan makanya berpendapat sudah tak ada gunanya membantu. Semakin lama bersama Amanda kemungkinan terciduk juga akan semakin besar.“Bawa dia kemari!” suruh William.Ia ingin mendengar wanita yang sudah menyembunyikan istrinya memohon dan meminta ampun untuk tida