Kepindahan Amanda berlangsung sangat singkat karena memang tidak ada yang dibawa. Ningrum memberikan beberapa pakaiannya pada Amanda sebagai bekal. Ibu Ningrum memberikan beberapa puluhan ribuan yang diselipkan saat berjabat tangan.
“Tidak usah, Bi! Aku sudah menerima terlalu banyak dari kalian!” kata Amanda sambil mendorong uang itu kembali pada ibu Ningrum.
“Apa memangnya yang kami berikan kepadamu? Tidak ada! Selain memberikanmu kamar yang memang tidak ditempati dalam waktu lama, tidak ada lagi!” kata wanita yang sudah melahirkan Ningrum itu.
“Tapi, Bu ....” Amanda masih berusaha menolak.
“Wanita hamil kadang-kadang menginginkan sesuatu untuk diri mereka. Tidak ada siapapun di sisimu, Amanda. Masih terlalu dini mengambil gaji dariDokter Sinta. Karena itu gunakan uang ini sebijak mungkin.”
Uang puluhan ribu yang hanya lima lebar tersebut dimasukan kembali ke dalam genggaman tangan Amanda. Kali ini i
“Ibu kenal wanita bernama Eren?” tanya William.Bayangan Esme di cermin mengerjap kaget. Pasalnya William baru saja mendobrak masuk tanpa permisi ke dalam kamar Esme yang habis berganti pakaian dan akan berangkat ke meja sarapan pagi ini.“Tidak bisakah kamu mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke kamar ibumu?” tanya Esme.Pelayan membantunya kembali ke kursi roda dengan hati-hati. William mengetuk-ngetuk ujung sepatunya ke lantai dengan tidak sabar. “Jawab saja, Bu!” suruhnya sama sekali tidak hormat. Belakangan ia mendadak layaknya remaja saat berbicara dengan Esme.Walau beberapa kali tampak kesal, Esme menikmati sikap tak sopan putranya. Ia sudah membiarkan hari-hari seperti itu mengambang dahulu. Ia sudah kehilangan momen tersebut cukup lama sampai tak ingat apa yang seharusnya dilakukan sekarang.“Aku tidak ingat kenal seseorang bernama Eren!”Setelah kecelakaan Esme menutup diri di dalam ru
“Apa maksudmu dengan seorang dokter yang berkeliaran di hotel?” tanya William.Ia tengah merengangkan otot-ototnya yang kaku saat Azzar masuk dan melaporkan soal pelayan hotel yang mengatakan kalau seorang dokter menanyakan perihal pemilik hotel pada mereka.“Ya, dia adalah salah satu dokter yang menjadi pelagan hotel. Dia datang dengan rombongan dan bertanya pada pelayan apakah terjadi sesuatu pada pemilik hotel!” kata Azzar menerangkan.Kening William seketika menjadi berkerut mendengar hal itu. Ia mungkin memiliki beberapa kenalan dokter sebab datang ke acara yang diadakan dokter keluarganya. Namun, mereka semua sama sekali tidak tertarik dengan kehidupannya seperti apa yang terjadi pada William.William tersentak dan lekas menatap Azzar yang ada di depannya.“Sepertinya dia adalah dokter kenalan Tuan Wyatt atau yang pernah berhubungan dengan Eren, Tuan!” kata Azzar.Kursi yang diduduki William terdorong keras dan membentur pinggiran ruangan. Matanya terbelalak dan juga raut wajahn
William ... William ... apa yang harus kulakukan?Amanda bertanya-tanya dalam hati. Seluruh tenaganya seakan tersedot oleh makluk tak kasat mata sampai tak tersisa. Ia bahkan tak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Jika memang ada hal buruk yang menimpa William, maka Amanda pikir ia harus ke Jakarta segera, berada di samping suaminya apapun yang terjadi.Dipaksakannya untuk berdiri, pergi ke lemari dan mulai menyusun pakaian yang sampai beberapa hari lalu hanya berupa barang pinjaman. Diraihnya tas kain yang diletakan paling sudut. Semua pakaian yang diberikan Ningrum dimasukannya ke dalam lemari. Butuh waktu hampir 30 jam berkendara ke Jakarta. Amanda pikir ia akan memerlukan semua pakaian ini untuk berganti.Semua laki-laki dalam keluarga ini meninggal sebelum 40 tahun. Mulai dari kakek buyut William, mertuaku, lalu ayahnya William.Apapun yang sedang Amanda lakukan seketika berhenti. Ia bertanya-tanya kenapa h
“Jika banyak orang yang akan melakukan segala cara untuk melukai orang lain demi uang, alasan aku terpisah dengan suamiku berdeda, Sinta!”Sinta tampak tak ingin menginterupsi apa yang sedang berusaha Amanda terangkan. Ia memejamkan mata sebagai tambahan untuk memfokuskan diri mencerna semua yang sedang didengar, tanpa terkecuali.“Pria yang menculikku adalah ayah tiri William. Dia tidak menginginkan harta yang dimiliki William. Dia ingin William menjadi gila.”Kening Sinta berkerut dan ia menghela napas sedikit. Memperbaiki posisi duduknya lekas dan menatap Amanda dengan penuh arti.“Sejak awal William sudah mengatakan padaku kalau tidak perlu ada anak atau cinta di dalam pernikahan kami. Hanya aku yang egois dan jatuh cinta padanya!” Amanda menyusut air matanya kembali. “Aku mencintainya dan berharap ia melakukan hal yang sama.”“Jadi kamu tidak ingin kembali sekarang?” tanya Sinta menebak apa yang diinginkan Amanda.“Ya!” jawab Amanda tegas. “Keberadaanku di sekitar William hanya a
Azzar baru saja datang saat salah satu kepala pelayan yang bertugas di restoran hotel berlari-lari kecil menghampirinya. Wajah kepala pelayan itu panik. Di dadanya ada pin nama yang membuat semua orang bisa menyapa. Dandy namanya.“Ada apa?” tanya Azzar pada si kepala pelayan bernama Dandy itu.Pria tersebut berhenti sebentar dan bernapas dengan cepat sebelum melambai-lambaikan tangannya dengan tidak sopan. “Itu, ada orang yang bertanya soal Pak Azzar pada salah seorang pengantar makanan di restoran.”Azzar sempat berpikir itu kemungkinan adalah kenalannya di masa lalu. Sering terjadi hal seperti itu. Azzar hanya perlu berbasa-basi saja. Atetapi, apa yang ada dalam pikirannya segera di bantah.“dia pria yang menanyakan soal Tuan William pada kami, Pak! Apa yang harus kami lakukan?” tanya kepala pelayan tersebut bertenya.Seluruh tubuh Azzar mendadak tegang. Ia tak menyangka kalau kesempatan akan datang dengan beg
Sinta kembali mencoba menghubungi Frans kekasihnya, tetapi yang menjawab masih saja operator seluler. Wanita yang berbicara mengatakan kalau panggilan tidak tersambung karena berada di luar jangkauan.“Apa sih yang sedang dilakukannya?” tanya Sinta kesal.Frans adalah seorang dokter spesialis bedah. Dibandingkan dengan Sinta yang memiliki waktu luang karena masih memiliki gelar dokter umum, Frans memang lebih sibuk. Akan tetapi, jarang sekali pria itu tak mengangkat panggilannya.“Ada masalah Dokter Sinta?” tanya Amanda.Sinta mengerjap. Ia lupa kalau masih membuka praktik. Jadi beberapa pasien pasti menunggu di luar untuk diperiksa. “Maaf, boleh panggil pasien selanjutnya kalau ada!” kata Sinta sambil menyimpan kembali ponselnya.Namun, konsentrasinya benar-benar lumayan terganggu dengan pasal Frans. Pertanyaan di dalam otaknya tentang keberadaan Frans membuatnya tak tenang. Bisa saja pria yang sama gila kerjany
Makan tiga kali sehari. Ia bisa mengunakan semua benda yang ada di dalam ruangan. Akan tetapi, Frans tidak diberi akses untuk keluar dari ruangan hotel VVIP tersebut. Frans telah mencoba untuk melarikan diri dalam 24 jam terkurung. Pertama dengan meminta bantuan pelayan bell room, tetapi sama sekali tidak bisa. Setelah dimintai tolong, pelayan tersebut membuktikan kalau seluruh pegawai menyutujui penyekapannya.Terakhir ia pingsan, tetapi malah dipanggil dokter lain yang jelas-jelas tak akan membantunya.“Sialan!” Frans memaki.Ia mondar-mandir di dalam ruangan dan menatap ke jendela bening satu arah. Ia tak memiliki banyak ide untuk bisa keluar dari ruangan. Akan tetapi, ia harus pergi dan memperingatkan pada Sinta kalau wanita yang sedang bersamanya waktu itu kemungkinan adalah penculik.“Astaga! Kenapa aku tidak berpikir dengan jernih kalau sudah menyangkut Sinta!” keluhnya.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan Azzar, pria yang Frans coba temui masuk. Wajahnya datar, masih sama per
Selama beberapa menit yang dilakukan Sinta hanya menangis. Wanita yang dikasihi Frans itu menumpahkan semua kegundahan hatinya lewat air mata. Begitu yang tersisa dari tangisan Sinta hanya isakan, Frans langsung mengajukan pertanyaan.“Bagaimana kamu sampai di sini?”Pertanyaan ini umum. Frans yakin kalau tidak ada informasi khusus yang akan didengar banyak orang.“Aku mencoba menghubungi berkali-kali, tetapi tidak bisa. Maka aku pergi ke Bandung untuk mencari tahu apa yang terjadi. Aku pikir kamu tumbang disuatu tempat dan tidak ada yang berusaha mencari tahuku!” Suara Sinta senggau. “ Saat sampai di kos-kosanmu aku menemukan orang-orangnya suami Amanda dan mereka menjelaskan kalau kamu ada bersama mereka. Aku sangat lega mendengarnya.”“Amanda?” tanya Frans ingin tahu.“Ya, wanita yang aku selamatkan di tempat praktek di desa.”“Sebaiknya kita masuk dahulu Nona Sinta! Tidak baik berdiri di luar!”Dibandingkan masuk, Frans lebih suka keluar dari tempat ini. Akan tetapi, sepertinya Si
Kuburan Wyatt terletak di dekat makan Anna. Nama Wyatt terpampang jelas di sana. William sangat keberatan dengan kedatangan William ke makan Wyatt. Menurutnya tak perlu melakukan hal yang berlebihan menunjukkan rasa hormat yang tak seharusnya tak diterima Wyatt. “Usia kandunganku sekarang tiga bulan! William sangat tidak suka saat aku mengusulkan ke sini! Tapi, aku harus pergi ke sini!” Amanda bermonolog sendiri. Ia berhenti dan menoleh ke arah jalan masuk tempat ia datang. Ada Azzar di sana dan juga Inel. Ia berhasil menyuruh dua orang itu berhenti di pintu masuk. Jadi ia bisa mengatakan apa yang ingin dikatakan di sini. “Aku sama sekali tidak merasa sedih karena kematianmu! Hubungan kita tidak sampai seperti itu, bukan! Kamu tidak menyukaiku, aku juga tidak!” Ia lalu meletakan salah satu buket bunga yang dibawa di makam Wyatt dan satunya lagi di tempat Anna. “Ibu menceritakan padaku seperti apa Anna. Kami berhasil menemukan salah satu foto tua wanita yang kamu cintai itu. Dia .
“Kenapa kamu muncul di sini lagi? Astaga!” Stefani terpekik di depan pintu. Kepala William muncul kembali. Kalau Amanda tak salah hitung itu sudah terjadi sebanyak tiga kali dengan intensitas sepuluh menit sekali. Amanda yang mengetahui perbuatan William hanya berpura-pura saja tak mendengar dan tetap fokus pada riasannya yang sedang dikerjakan. “Apa riasannya sudah selesai?” tanya William datar. “Kalau dia sudah selesai, aku akan mengantarnya ke depan pintu! Pergilah dari sini atau aku akan membawa kabur istrimu!” Ancaman keluar dari mulut Stefani. Saat wanita yang menjadi perancang busana itu menutup pintu dengan dibanting keras, ia masih saja merungut panjang pendek. “Lihat bagaimana pria menyebalkan itu menjadi posesif pada apa yang dimilikinya!” tambahnya sambil menyentak-nyentak ujung gaun Amanda sehingga semakin cantik jatuhnya. “Maafkan dia!” pinta Amanda mewakili William. “Pastikan dia membayar dua kali lipat. Biaya jasa dan permintaan maaf karena sudah menganggu!” seru
Amanda memandangi bayangannya di cermin. Tak menyangka akan bersama William semalam. Mereka berdua bahkan melupakan makan malam. Lalu pagi tadi, William bangun di sampingnya tersenyum dan mengucapkan kata “pagi” dengan senyum cerah.“Jantungku tidak akan kuat!” keluh Amanda.Mengingat bagaimana William begitu menginginkannya saja sudah membuat Amanda meledak karena senang. Benar seperti ini, kan, rasanya dicintai?” Tanya Amanda di dalam hati.Suara ketukan di pintu kamar menyentak lamunan Amanda. Ia menoleh. “Siapa?” tanyanya. Dalam hati ia menebak, Jangan-jangan itu William?Setelah selesai mandi, William bergegas pergi. Amanda sempat melihat Azzar ada di pintu tadi. Ia akan memarahi Azzar nanti saat hanya ada mereka berdua saja.“Ini Inel, Nyonya! Sarapannya mau di kamar atau di ruang makan saja?” tanya Inel.“Ruang makan saja!” seru Amanda.Ia benar
“Astaga ... Pak Azzar! Kenapa berdiri di depan pintu!” seru Amanda kaget.Ia menutup pintu dengan sangat hati-hati supaya tidak terdengar sampai ke dalam kamar mandi. Tetapi, malah hampir menabrak Azzar yang entah bagaimana telah berdiri di sana. Amanda yakin kalau saat ia masuk beberapa saat lalu, tidak ada siapapun di sana. Bahkan saat Inel pelayan yang membantu Amanda membuka pintu, masih tidak ada siapa-siapa.“Tuan William mengirimi saya pesan untuk berada di sekitar sini jika ada apa-apa!” Setelah mengatakan itu Azzar berdehem. Ia sepertinya sedikit malu dengan perintah yang diberikan padanya. Amanda jadi penasaran apa isi perintah sebenarnya. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Azzar pada Amanda.“Prisilla sebentar lagi akan datang!”Jika William bahkan menempatkan Azzar di depan pintu, maka sepertinya pembicaraan yang akan dilakukan suaminya itu begitu penting.“Jadi?” tanya
“Maafkan aku!” Esme hampir terjatuh karena membungkuk untuk minta maaf pada Amanda.Sementara itu Amanda sama sekali tidak mengerti kenapa wanita yang menjadi ibu suaminya itu minta maaf. Tetapi, Amanda berhasil menyambut tubuh Esme dan membantunya duduk dengan benar kembali.“Jangan lakukan hal yang berbahaya, Bu!” William terdengar memperingatkan dengan kesal.Di telinga Amanda walau terdengar ketus, peringatan William terdengar tulus. Suara dingin setiap kali berbicara pada ibunya yang keras didengar Amanda sudah tidak lagi ada. Ia benar-benar senang mendapati perubaha selama dirinya tak ada.“Ibu mau minum teh denganku di taman?” tanya Amanda.Ia telah banyak tidur di atas pesawat dan penerbangan yang tak sampai dua jam tersebut sama sekali tidak memberinya efek buruk seperti mabuk. Dilihatnya Esme menoleh dahulu pada William.“Tidak ....”Sebelum William selesai mengatakan penolakan
Amanda menatap awan-awan tipis yang ada di bawahnya. Beberapa saat lalu ia melihat hamparan berwarna biru yang diyakini sebagai laut. Kini ada pepohonan dan rumah-rumah yang seperti kotak korek api. Walau Amanda tidak pernah suka dengan getaran yang dirasakan saat pesawat pertama kali naik dan mendarat. Semua terbayarkan dengan apa yang dilihat sekarang.“Kamu menyukainya?” tanya William.Amanda menoleh dan mengangguk senang. Sejak tadi pipinya ia tersenyum dan rahangnya akan mencapai batasnya sebentar lagi. Ia bisa merasakan sentakan rasa ngilu pada persendian rahang. Akan tetapi, ia merasa sangat senang bisa bersama William, bergenggaman tangan, dan tak harus bersikap tak tertarik pada pria yang menjadi suaminya itu. Ia bahkan siap membayar dengan apapun yang dimiliki karena sudah melangar kontrak.“Apa lagi yang kamu sukai?” tanya William selanjutnya.Senyum Amanda tak lantas menghilang walau saat ini ia sedang berpikir. “
Mobil-mobil berhenti tepat di depan rumah sederhana terbuat dari bata merah dan belum d plester. Terasnya cukup lebar dan ada bale-bale bambu di depan sana. Dua wanita berbeda usia keluar dengan tergesa-gesa dari pintu dan tampak terkejut menatap dua mobil yang berhenti di halaman yang rapi. Satu mobil lagi parkir di tepi jalan karena tidak muat di halaman.Ketika para lelaki yang ada di dalam mobil keluar, kedua wanita yang berbeda usia tersebut mundur. Yang lebih muda melindungi wanita yang lebih tua yang berada di belakangnya.“Maaf mengagetkan kalian berdua!” kata William lekas.Begitu turun ia bergegas menghampiri kedua wanita yang berdiri dan menatap takut ke arah mobil-mobil yang datang.“Kalian siapa? Ada urusan apa kemari?”Ada getaran yang jelas-jelas didengar William tanpa usaha. Datang dengan tiga mobil sekaligus ternyata adalah pilihan yang buruk. Ia mendesah dan sekali lagi mengumamkan kata maaf.“
“Aku akan ikut untuk menjemput Amanda!” Keputusan bulat itu mendadak muncul di kepala William dan lekas disuarakan.Mata-mata yang tidak setuju milik Esme dan Azzar langsung terlihat. William sama sekali tidak peduli. Kalau ia mengutus orang lain maka akan butuh waktu untuk bisa melihat Amanda. Waktu yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat dihitung saat keberangkatan dan saat pulang.“Ada banyak yang harus kamu urus di sini, Wil!” ingat Esme.“Semuanya bisa diurus atau kalau benar-benar membutuhkanku bisa dipending! Aku akan pergi dengan mereka juga!”Azzar dan juga Esme tahu kalau William sudah mengambil keputusan maka tidak ada seorang pun yang bisa mengubahnya. Mereka berdua hanya bisa menghela napas.“Berhati-hatilah dan bawa istrimu pulang dengan selamat!” Pesan Esme pada akhirnya.Ia mengangat tangan dan seorang pelayan datang lalu mendorong kursi roda milik Esme. Mereka berdua keluar dari
“Kami berhasil membawa wanita yang disebut-sebut dokter itu, Tuan!” kata Azzar memberitahu William.William duduk dengan wajah tegang. Tetapi ia benar-benar sangat bahagia. Akhirnya setelah sebulan lebih pencarian, ia menemukan titik terang ke mana Amanda di bawa oleh Wyatt. Pantas saja tak ada kabarnya kalau Amanda disembunyikan di tempat kecil begitu.“Apa wanita itu mencoba melarikan diri?” tanya William.“Tidak, Tuan, malahan ia langsung pergi saat kami mengatakan kalau merupakan utusan Anda dan memperlihatkan foto pernikahan Anda!” kata Azzar.Ia pikir komplotan Wyatt yang kali ini lumayan bodoh. Atau ia tahu kalau Wyatt sudah tewas dan makanya berpendapat sudah tak ada gunanya membantu. Semakin lama bersama Amanda kemungkinan terciduk juga akan semakin besar.“Bawa dia kemari!” suruh William.Ia ingin mendengar wanita yang sudah menyembunyikan istrinya memohon dan meminta ampun untuk tida