Suara music rumba dengan marakas dan tabuhan gendang yang rancak mengiringi keseruan clubbing para tamu Junkanoo Beach Club. Tak ada hentakan musik DJ karena memang suasana yang ditawarkan adalah santainya berada di pulau yang dikelilingi pantai berpasir putih dan ombak tenang.
Area kolam renang berair jernih kebiruan diterangi lampu di bawah air dinding sekeliling kolam. Sementara para tamu yang terdiri dari pria dan wanita dewasa asik berjoget di sekitarnya. Keluarga Fremantle nongkrong bersama di depan meja bartender.
"Di mana Jonas dan Audrey?" tanya Jessica Carrera sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling beach club yang ramai pengunjung itu.
Jordan yang sedang bertukar pesan dengan Jonas berkata, "Sleeping Beauty ketiduran karena capek, jadi Prince Charming menemaninya di kamar hotel, Jessi!"
"Ouch ... sungguh pria idaman!" celetuk Chantal spontan yang sontak membuat Jordan terbakar ap
"Ukkhh ... Jonas, jam berapa ini? Apa kau tidak jadi ke beach club semalam?" Audrey yang melihat jendela kaca kamar resort bermandikan sinar mentari pagi merasa bersalah karena telah ketiduran begitu lama.Jonas yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang tersangga bantal sambil menonton siaran berita TV pun menoleh lalu menjawab, "Ini jam tujuh pagi. Tidak—kau kecapekan, aku malas kalau harus clubbing sendirian tanpa pasangan dengan keluarga Fremantle.""Maafkan, aku ya. Sepertinya terlalu lemas tubuhku untuk bangun tadi malam, Jonas!" ujar Audrey dengan nada menyesal. Dia menggigit bibir bawahnya saat kepala Jonas merunduk mencari pucuk buah dada ranum miliknya.Suara seperti bayi besar sedang menyusu itu membuat Audrey geli. Bahkan, pagi-pagi kekasihnya sudah menginginkan kemesraan. Telapak tangan Jonas berkelana ke lembah cinta Audrey dan menyusupkan jari tengahnya di lipatan lembut yang basah itu.&nb
Seperti rencana awal Jonas, mereka berangkat ke Texas dari Bandara Internasional Grand Bahama yang terletak di Freeport. Pesawat American Airlines yang dipilih Jonas itu akan mengudara selama sekitar 3 jam dan turun di Bandara Dallas, Texas."Apa kau akan langsung berangkat ke kantor sesampainya kita di Texas, Jonas?" tanya Audrey, dia ingin mengetahui rencana kerja bos sekaligus kekasihnya itu."Iya, aku masih memiliki sekitar lima jam untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang sempat tertunda karena libur panjang," jawab Jonas lalu dia pun melanjutkan, "Audrey, kalau kamu capek, nanti biar Donald mengantarkanmu pulang ke penthouse saja!""Tidak, aku ingin masuk kerja juga untuk membantumu, Mister Benneton!" sahut Audrey terdengar seperti asisten kepercayaan pria itu biasanya.Jonas pun terkekeh, dia mencubit hidung mungil Audrey. "Apa pun asal tidak menyusahkanmu, Darling!" ujarnya lalu membiarkan wan
"Terima kasih karena sudah mau membantuku berkemas, Darling!" ucap Jonas seraya memeluk Audrey dari belakang punggung.Sudah tiba saatnya mereka berangkat ke California untuk menghadiri pernikahan Gabriel dan Isabella. Sejujurnya Jonas enggan, tetapi dia tetap harus datang ke acara itu. Dan Audrey pun tahu, pria tercintanya malas mengemasi baju ke koper. Jadi dia yang mengerjakannya."You're welcome, Baby. Kapan kita akan berangkat ke bandara?" jawab Audrey lalu membalik badannya menghadap ke arah Jonas yang masih memeluknya."Setelah aku berganti pakaian, sepertinya lebih baik kita mandi sore bersama saja agar lebih segar ketika berangkat!" usul Jonas yang segera disetujui oleh Audrey.Pasangan kekasih itu pun bergegas mandi bersama di bawah shower lalu bersiap berangkat ke Bandara Internasional Dallas. Mereka diantarkan oleh Donald Anderson dengan mobil Bentley favorit Jonas yang nyaman.
"Isabella MacConnor, di hadapan Tuhan dan umat-Nya aku mengambilmu sebagai istri yang akan kuhormati dan kucintai baik dalam suka maupun duka, kaya atau miskin, sehat dan juga sakit hingga maut memisahkan kita!" ucap janji pernikahan Gabriel di gazzebo sembari menggenggam tangan mempelai wanitanya yang tampil sangat cantik pagi itu.Kedua pasang orang tua mempelai turut berbahagia serta menitikkan air mata haru melihat prosesi pengucapan janji suci pernikahan putra dan putri mereka. Sebaliknya, Jonas justru merasa muram. Dia belum bisa menyusul progres hubungan adiknya yang tergolong lancar bersama Isabella."Kau kapan menyusul, Jo?" senggol Calvin seraya terkekeh mencandai Jonas.Belum sempat Jonas menjawab, Jordan menyahut terlebih dahulu, "Jangan sampai Audrey mencari CEO lain yang lebih nekad untuk menikahinya, Jonas!""Damn it, Jordan. Kau membuat hatiku retak mendengar kata-katamu baru saja!" J
Audrey berjalan menyusuri jalan tanah yang ditutupi guguran daun kering, jalur yang ditempuhnya adalah arah ke dalam perkebunan anggur Leal Vineyards.Dia masih menangis dalam diam sembari melangkahkan kakinya di atas sepatu boots semata kaki yang dikenakannya. Untungnya itu bukan high heels cantik berujung runcing. Tadinya dia berpikir karena tempat acara pernikahan Gabriel dan Isabella outdoor, mungkin permukaannya tidak rata seperti di indoor. Ternyata jauh dari itu, dia harus meninggalkan pesta seperti ini karena dianggap hanya sekadar pengganggu.Hembusan angin perkebunan di siang hari yang terik terasa menyejukkan, sedikit menghibur hatinya yang terluka akibat perkataan tajam ibunda Jonas. Namun, Audrey yakin bahwa cinta dari kekasihnya itu murni dan tertanam begitu dalam.Akhirnya, dia menemukan sebuah ayunan dari tali tambang yang diikatkan di batang pohon anggur tua. Audrey pun memutuskan duduk di situ dan
"Cihh ... apa pula yang dilakukan Audrey di sana, Richie?!" cibir Nyonya Cecilia yang sedang menikmati segelas wine bersama suaminya."Biarkan saja, Darling. Jonas nampaknya ingin menunjukkan bahwa wanita itu kekasihnya ke para tamu pesta!" jawab Richard Benneton santai. Dia sudah mengetahui bahwa putranya serius dengan Audrey.Namun, istrinya menentang keras pilihan Jonas. Memang Cecilia alergi dengan perempuan miskin yang mencoba memanjat ke strata sosial yang bukan kelasnya."Aku akan beri pelajaran yang akan diingat seumur hidup olehnya. Jangan halangi aku, Hubby!" ujar Nyonya Cecilia lalu bangkit berdiri dari kursinya sembari membawa gelas wine yang masih terisi separuh.Jonas dan Audrey baru saja selesai berdansa romantis. Mereka berdiri di tepi lantai dansa sambil menikmati canape yang diedarkan dengan nampan oleh pelayan pesta ke para tamu."Ohh ... hai, Mom. Ada ap
Seusai pesta pernikahan meriah di perkebunan anggur petang itu, Gabriel dan Isabella menghabiskan waktu berdua saja di dalam kamar pengantin.Isabella berdiri di depan cermin wastafel, dia mencoba membuka resleting punggung gaun pengantin warna putih yang sulit terjangkau. Tiba-tiba suara Bass familiar itu muncul di belakangnya, "Butuh bantuan, Cantik?""Ohh yeah, letak resletingnya tak terjangkau tanganku, Gabe. Please—" Isabella membiarkan sepasang telapak tangan lebar itu menyentuh punggungnya lalu menurunkan resleting hingga pangkal dan gaun yang dikenakannya luruh."Darling, kau sangat sexy!" ucap Gabriel dengan suara parau karena serbuan gairah yang dengan cepat menguasai tubuhnya.Isabella memang hanya terbalut secarik renda warna putih di bagian femininnya. Dia membalik badan lalu melucuti dasi tuxedo suami sahnya dan jemari-jemari lentik itu seolah menari-nari melepas satu
"Besok pagi aku akan menemanimu ke Kantor Pengadilan Negara Bagian Texas, Darling!" ujar Jonas sembari memeluk Audrey yang menemaninya menonton pertandingan NBA di layar kaca.Audrey menoleh menatap wajah Jonas lalu tersenyum dan menjawab, "Terima kasih, Jonas. Kuharap tak ada insiden yang aneh-aneh. Seharusnya dengan karirnya yang melejit di sirkuit F1, Dicky bisa mendapatkan wanita penggantiku yang jauh lebih baik dan sesuai keinginannnya!""Untuk apa kau pikirkan hal itu, Audrey. Biarkan saja Dicky mencari sendiri pendamping hidupnya yang baru. Lusa kita menikah, aku tak ingin menunda lagi dengan alasan apa pun!" sahut Jonas lalu mengecup bibir Audrey.Sejujurnya dalam hati kecil Audrey, memang sudah tak ada lagi keraguan, dia memilih pria yang mencintainya siang dan malam tanpa henti. "Jonas ... Jonas Benneton, dengarkan aku bicara," ucap lirih Audrey dengan mata birunya yang berkaca-kaca, "percayalah bahwa mes
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng