"Maaf tadi aku merusak lingeriemu, Audrey. Setelah kita kembali ke Texas, aku berjanji akan membelikan selusin lingerie baru sesukamu, kau yang pilih!" ujar Jonas sembari membelai kulit mulus lengan Audrey yang terbuka lalu mengecup bahunya.Kekasihnya itu mengenakan tube-top putih dan bawahan kain pantai berwarna gradasi hijau, kuning, dan pink yang ceria. Jonas gerah bukan hanya karena cuaca tropis melainkan penampilan terbuka Audrey semenjak mereka tiba di villa terapung Maldives.Makanan pesanan Jonas tiba diantarkan oleh dua pegawai restoran resort. Kedua pemuda awal dua puluh tahunan itu menyajikan berbagai menu lezat di meja sofa teras depan villa. Salah satu pegawai berkata, "Selamat menikmati, Sir, Ma'am. Jika butuh sesuatu lainnya bisa hubungi kami di extension satu. Permisi!"Jonas dan Audrey pun mulai makan malam bersama, mereka saling menyuapi begitu mesra. Tawa riang pasangan itu memecah keheningan malam. Nampaknya tamu-tamu resort banyak yang mengambil trip ke kota bers
Audrey membuka mata terlebih dahulu sebelum Jonas yang nampaknya kelelahan akibat bertarung semalam suntuk hingga jam empat pagi tadi. Dia tersenyum bahagia menatap gugusan otot padat kecoklatan dan wajah yang masih terlelap di sisinya. Bersama Jonas, segalanya terasa cocok dan tak ada keraguan. Audrey berharap setelah mereka pulang dari liburan, dia bisa mengurus perceraiannya dengan Dicky. Selama ini dia telah lupa berbelas kasihan kepada dirinya, rela menjual tubuh kepada pria kaya hanya demi kesembuhan suaminya. Namun, Dicky malah setelah sembuh menganggapnya sebagai wanita murahan dan hina. Dia pun bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkemih ke kamar mandi. Namun, tak lama kemudian Jonas ikut terbangun dan mendapati sisi sebelah ranjangnya kosong. Pria itu pun menyusul ke kamar mandi tanpa berbusana. "Darling, good morning!" sapanya sembari menguap berdiri di ambang pintu kamar mandi. Audrey yang baru selesai buang air kecil dan membasuh tangan di wastafel menoleh ke arah
"Aku ingin memasak seafood, tetapi kamu alergi dengan semua hidangan laut, bukan?" ujar Audrey ketika menjelajahi pasar tepi pantai bersama Jonas seusai mereka berganti pakaian menyelam.Jonas yang merangkul bahu Audrey menyeringai tak nyaman lalu menjawab, "Yeah ... jangan memintaku mencicipi masakan seafood, Darling. Nanti aku mengalami bentol-bentol kulit dan kegatalan!""Hmm ... jangan kalau begitu, apa ada penjual ayam atau bebek, daging merah mungkin? Kita cari saja bahan masakan berprotein hewani yang aman untukmu, Sayang!" sahut Audrey seraya mengecup pipi Jonas mesra.Sembari terus melewati jalan di antara lapak para pedagang pasar, mereka memilih-milih sayur dan daging iga. Audrey memiliki ide memasak bebek panggang, sop iga sapi serta berbagai tempura goreng berbahan sayur. Untuk pencuci mulut dia membeli buah apel Fuji yang menyehatkan dan juga buah mangga segar.Karena belanjaan mereka cukup banyak, Jonas yang membawakan semuanya dalam tas plastik disposible. Mereka berja
Audrey terlelap sambil memeluk Jonas di bawah selimut, sementara pria itu menonton acara TV yang menyiarkan pertandingan live NBA playoff end season final di ESPN. Jonas memang penggemar basketball dengan Gabriel, maka dari itu badan kakak beradik Benneton semuanya tinggi nyaris dua meter. Saat masih bersekolah mereka sering bermain bersama di lapangan high school Jonas.Sekalipun ingin berteriak saat pemain club favoritnya berhasil mencetak three point, Jonas rela merayakannya dalam kesunyian agar tidak mengganggu si cantik yang terlelap di dekapannya. Ketika pertandingan final usai dimenangkan club favorit Jonas yaitu LA Lakers, Audrey mulai bergerak-gerak gelisah. Dia menguap sambil mendongak menatap wajah tampan kekasihnya. "Hello, Handsome. Kau tidak tidur siang?" sapa Audrey dengan suara serak. "Aku tak biasa tidur siang, Darling. Kau sendiri tahu itu. Ada final match basketball di TV, untung sekali resort ini menangkap channel siarannya jadi aku dapat menonton live!" jawab Jo
Audrey dan Jonas bersama dengan sepuluh tamu resort yang lain menggunakan shuttle car menuju ke Malé, ibu kota Maladewa. Mereka melihat keramaian kota padat penduduk asli itu di malam hari dari jendela mobil. Ada banyak pertokoan yang menjual berbagai kebutuhan. Tour guide berkata di bangku depan dengan alat pengeras suara, "Kita sudah sampai di pusat kota Malé. Silakan berjalan-jalan bebas, ada waktu tiga jam hingga kita pulang kembali ke resort. Titik kumpul ada di parkiran taman Sultan Park ya, di sini lagi. Terima kasih atas perhatiannya!" Jonas dan Audrey tidak ikut dalam kelompok tamu yang lain, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota berdua saja. Audrey tertawa melihat kendaraan yang ada di kota tersebut yang tidak biasa di Texas. Ada mobil van yang mengangkut penumpang umum sekitar sepuluh orang, taksi, bus, sepeda motor, sepeda, kereta kuda, dan bajaj.Apa kita akan naik kendaraan atau sekadar berjalan kaki saja, Jonas?" tanya Audrey yang digandeng tangannya ol
Bercinta dengan Jonas semalam suntuk membuat tubuh Audrey terasa lemas, dia bangun sekitar pukul 10.00. Pria yang menemaninya tidur masih duduk setengah berbaring bersandar di tumpukan bantal sambil menonton TV. "Hai, Darling. Sudah puas tidurnya?" sapa Jonas yang disambut senyum malu-malu dari Audrey."Kau tidak membangunkanku tadi, sepertinya sudah siang sekali. Aku lapar, Jonas!" sahut Audrey lalu dia merenggangkan otot-otot kaku di tepi ranjang sebelum berjalan ke kamar mandi. Jonas menelepon room service agar diantar menu brunch ke unit villa mereka. Ini adalah hari terakhir sebelum sore nanti kembali ke Texas, Jonas ingin mengajak Audrey berjemur di tepi pantai saja."Apa kamu sedang mandi, Audrey?" seru Jonas karena mendengar gemericik air dari kamar mandi."Yeahh, aku mandi. Ke marilah!" sahut Audrey dari dalam shower box. Segera Jonas bergabung di bawah shower dan mengambil sabun, dia membalurkannya ke punggung hingga bokong Audrey. "Sulit bagiku tak tergoda setiap kali me
"Hello, Bella. Apa kau sudah siap untuk berangkat sekarang?" sapa Gabriel yang telah menunggu teman kencannya di sofa ruang tamu sejak sepuluh menit lalu. Wanita bertubuh proporsional bak model papan atas itu melangkah anggun dalam balutan gaun maxi dress Valentino merah yang memiliki belahan hingga setengah paha kirinya. "Hai, Gorgeous. Maaf telah membuatmu menunggu, lebih baik begitu karena aku tak akan selesai berdandan kalau kau naik ke kamarku!" jawab Isabella MacConnor dengan senyuman menggoda.Gabriel menatap wanita pujaan hatinya dengan tatapan lembut, dia merengkuh Isabella ke dalam dekapannya lalu mengecup bibir semerah red chili pepper itu. "Kau sangat mempesona malam ini, Honey!" pujinya dengan suara serak oleh hasrat yang pekat."Thank you, Gabe. Ayo kita berangkat ke Hot Buzz. Aku tak ingin melewatkan waktu sia-sia, kita bisa bergumul di ranjang sepulang dinner date, okay!" Isabella menggamit lengan pria kesayangannya itu menuju ke depan teras di mana sebuah Lamborghini
"Akhirnya kita sampai di Texas, Darling. Sudah malam, bagaimana kalau kau ikut pulang saja ke penthouseku?" ujar Jonas sambil berjalan bersebelahan dengan Audrey melewati lobi bandara."Apa itu tak akan jadi masalah, Jonas? Kita masih belum menikah, aku dan kamu belum bercerai dari pasangan masing-masing!" Audrey agak tak tenang karena mereka berada di kota Houston, baik Dicky maupun Isabella juga tinggal di sini.Akan tetapi, Jonas tidak ambil pusing dengan kedua orang yang tidak penting itu. Dia merangkul bahu Audrey seraya menjawab, "Tak akan ada apa-apa, Darling. Northern Hawk Tower hanya bisa diakses liftnya oleh penghuni dan karyawan gedung itu."Donald memasukkan koper Jonas dan Audrey ke bagasi belakang mobil Bentley bosnya lalu dia mulai mengemudi menuju ke hunian tempat tinggal Jonas. Kali ini Audrey menginap di penthouse Jonas bukan dalam rangka kencan buta mereka setiap Jumat malam. "Ayo masuk, Darling. Anggaplah seperti rumahmu sendiri!" ujar Jonas menepi dan memberi aks
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng