"Trevor, kau kerjakan dokumen kontrak Alan Smith untuk pengiriman ke Honolulu. Aku ada keperluan pribadi sebentar!" titah Jonas dengan sengaja. Dia tidak ingin Audrey mengetahui bahwa siang ini dia akan menemui Dicky Bergins. Biarlah urusan mereka diselesaikan berdua secara jantan. "Baik, Mister Benneton!" sahut Audrey dan Trevor kompak. Kemudian Trevor mengambil laptop kerja Jonas untuk ditaruh berseberangan dengan meja kerja Audrey.Bos mereka melenggang keluar dari ruangan presdir dengan langkah lebar dan cepat. Audrey sampai berkomentar melihat Jonas seperti terburu-buru, "Apa ada urusan yang sangat penting, Trev? Mister Benneton tidak sesantai biasanya!"Trevor mengendikkan bahunya, dia menjawab, "Terkadang ada hal-hal pribadi atasan yang karyawan tidak boleh tahu, Audrey. Kita konsentrasi dengan tugas dari Mister Benneton saja ya!"Sementara itu Jonas ditemani oleh Frank diantar dengan mobil yang dikemudikan sopir pribadinya menuju ke Houston Methodist Hospital. Dia benar-benar
"Baik, Jonas. Akan segera kusiapkan formulir pendaftaran gugatan perceraian untuk Audrey Newman dan Dicky Bergins. Aku butuh surat pernikahan legal yang asli dan kartu identitas penduduk Audrey!" ujar Kevin Oswaldo, pengacara kepercayaan Jonas di kantor firma hukumnya.Jonas menghela napas lega setelah selesai berbincang dengan pengacara kondang tersebut, dia bangkit berdiri sembari berjabat tangan berkata, "Akan segera kukirim ke kantormu persyaratan pengajuan gugatan cerai itu, Kev. Terima kasih sudah mau membantuku!""Tentu saja, Jonas. Akan kukabari semua perkembangan proses perceraian kekasihmu itu nanti!" sahut Kevin Oswaldo sambil berjalan mengantarkan Jonas hingga ke depan lift.Saat berada di dalam lift turun, Jonas yang didampingi oleh Frank memeriksa jam tangannya. Sudah lewat jam pulang kantor, dia lupa mengirim pesan kepada Audrey agar menunggunya kembali ke kantor untuk pulang bersama ke Northern Hawk Tower. "Miss Audrey apa sudah Anda beri kabar tentang rencana percera
Goncangan kecil akibat ban mobil yang melewati jalan yang berbatu membuat Audrey akhirnya terbangun setelah sempat tak sadarkan diri berjam-jam lamanya. Dia membuka mata dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya yang remang-remang. Rupanya Audrey sedang berada di dalam mobil yang melaju di jalan kecil jauh dari perkotaan."Dicky, kita mau ke mana?" tanya Audrey kepada suaminya yang terkantuk-kantuk duduk bersebelahan dengannya di bangku tengah mobil SUV yang dikendarai oleh Woody.Pria dengan penampilan lusuh tak terawat itu menoleh ke arah Audrey lalu menyeringai lebar. "Kau sudah bangun akhirnya, Baby! Kita akan menetap di Austin agar bisa berdekatan dengan sirkuit motoGP. Aku akan berlatih kemampuan kembali sebagai pembalap!" jawab Dicky bangga.Ekspresi wajah Audrey syok berat, banyak penyebabnya. Dari alasan karena mereka akan tinggal menetap di Austin hingga keinginan konyol Dicky untuk kembali menjadi pembalap MotoGP."Kalau kau ingin tinggal di Austin, tolong jangan ikutkan a
"Miss Audrey, silakan minum dulu air mineral dan makan hotdognya. Anda pasti butuh asupan kalori juga setelah mengalami penculikan!" ujar Tom Hardy setelah menerima bungkusan dari anak buahnya. Dia menyuruh Officer Harvey untuk membeli makanan dan minuman di kantin kantor polisi untuk wanita yang ditemukannya di mini market setelah sang pemilik menelepon 911 tadi. Jarak Houston dengan Austin cukup jauh, setidaknya butuh dua sampai tiga jam dengan mobil pribadi. Jonas Benneton yang akan menjemput kekasihnya tersebut di Austin."Terima kasih, Letnan Hardy!" sahut Audrey, dia tidak sungkan minum dan mulai mengunyah hotdog hangat yang baru saja dibuat itu. Memang dia lapar dan haus."Panggil saja Tom, tak perlu terlalu resmi. Oya, apa bisa kau ceritakan tentang gerombolan penculik itu dan motif dari tindakan mereka, Miss Audrey?" Letnan muda berambut pirang kecoklatan cepak dan bermata hijau itu duduk di meja kerjanya berseberangan dengan Audrey.Kemudian Audrey meminum air mineral sebel
"Sir, Miss Audrey Newman mengalami penurunan tekanan darah akibat aktivitas fisik yang dipaksakan, kelelahan. Kami akan stabilkan dengan infus cairan isotonik dan beberapa injeksi obat. Sepertinya tidak bisa langsung dibawa pulang dan harus opname di rumah sakit!" tutur Dokter Jason Brightman yang menangani Audrey di IGD.Jonas mendengkus kasar, dia prihatin dengan kondisi buruk kekasihnya. "Lakukan apa pun yang Anda anggap perlu demi kesembuhan Audrey, Dok!" jawab Jonas lalu dia diarahkan untuk mengisi formulir persetujuan rawat inap dan membayar biaya administrasi rumah sakit.Perawat dan para medis memindahkan Audrey dengan brankar ke ruang perawatan VIP sesuai keinginan Jonas. Hari telah nyaris pagi dengan langit yang telah berubah agak terang. Tubuh Jonas terasa begitu lelah, tetapi dia masih enggan meninggalkan Audrey sendirian di rumah sakit. Lebih karena alasan kuatir komplotan penculik yang didalangi Dicky Bergins membawa kabur wanita kesayangannya sekali lagi.Sekitar pukul
"Lama tak bertemu, Honey. Aku memiliki kejutan untukmu!" Jonas bersandiwara seperti biasanya. Dia tak tahu bahwa Audrey sudah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya."Ohh, kejutan apa itu, Bunny?" sahut Audrey berjalan dengan tuntunan Jonas menuju ke sebuah kursi di mana meja makan bundar terisi berbagai jenis bahan makanan manis. Namun, dia tak bisa melihat semua itu.Jonas memangku tubuh ramping yang terbalut anggun dengan gaun desainer mahal yang tentu saja juga pemberiannya. "Kubuka mantel bulu domba ini dulu ya!" ucap Jonas lalu dia meletakkan baju hangat Audrey ke sandaran kursi di sebelahnya.Lengan Audrey bergelanyut ke leher Jonas, dia mendaratkan kecupannya di bibir pria itu. Sebuah french kiss yang panas mereka bagi bersama dengan gairah meletup-letup. "Sebentar, aku mau menyuapimu dengan ini!" Jonas mengambil sebutir strawberry yang dicelupkan ke cokelat cair dalam sebuah mangkuk porselen dengan penghangat di bagian bawahnya. Dia menyuapi Audrey. "Apa kau tahu apa yang b
"Gabe, apa kau sudah bicara kepada Jonas tentang kehamilanku?" tanya Isabella sembari membelai manja perut six pack kekasihnya yang berbaring di sampingnya."Belum, Jonas sedang sibuk sepulang dari Maldives. Dia menolak untuk ditemui di kantor dan aku tak enak main ke penthousenya karena Audrey tinggal di sana sekarang!" jawab Gabriel apa adanya. Dia memang ingin menikahi Isabella, tetapi juga tidak ingin terlalu merepotkan kakaknya.Sejenak tangan wanita itu berhenti bergerak, dia mencebik mendengar selingkuhan suaminya sudah tinggal bersama di penthouse Jonas. "Ckk ... lantas apa lagi yang ditunggu oleh Jonas? Toh dia sudah tinggal bersama perempuan murahan sok suci itu!" sembur Isabella yang nampak kesal."Bella, kenapa kau marah-marah begini? Jangan-jangan kau cemburu kepada kakakku, lantas apa tujuanmu memilihku menjadi suami pengganti Jonas?" tegur Gabriel, berusaha berpikir logis tentang hubungan mereka."Hey, tidak seperti itu, Gabe. Ohh come on, Baby—jangan ngambek begitu! Ak
Jonas mengemudikan sendiri mobil Lamborghini Veneno miliknya dengan Audrey duduk manis di sebelahnya. Dia membuka kap atas mobil tersebut karena cuaca malam itu sedang cerah. Bintang-bintang menemani rembulan sabit yang tergantung di langit kota Houston. "Pengacaraku tadi menelepon memberi kabar tentang gugatan perceraianmu dan Dicky Bergins, Darling. Pria itu alamat domisilinya berbeda dengan di kartu identitas penduduk. Apa ada email yang dapat digunakan untuk mengirim surat elektronik?" tanya Jonas sambil berkonsentrasi ke jalan raya di depannya."Ada, ini kukirim melalui pesan teks ke nomor ponselmu. Kemarin saat menculikku, Dicky berniat untuk tinggal di rumah Pancho. Itu mechanic kepercayaannya yang mengurus kendaraan balap motoGP Dicky sedari dulu. Mungkin bisa dikirim suratnya ke sana, Jonas!" saran Audrey sambil mengetik di layar ponselnya."Hmm ... kita lakukan dua usaha itu saja, Audrey. Dia harus menerima surat panggilan persidangan perceraian. Tanggalnya sudah diputuskan
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng