Valeri melepas pegangan tangan Daren dan melangkah maju. Dia menatap sang Ratu dengan tatapan berani. Dia sadar bahwa apa yang dilakukannya akan menyebabkan masalah besar, tetapi dia tidak ingin Daren bersama gadis yang lemah itu."Ratu, saya tidak menyetujui hal ini. Daren telah bersamaku terlebih dahulu. Bukankah kalian berdua telah berjanji akan menjadikanku Luna? Mengapa sekarang berubah? Apakah kalian pembohong?" sarkas Valeri masih menatap tajam ke arah kedua pemimpin tersebut."Valeri, apa maksudmu berbicara seperti itu? Kau tahu dengan jelas bahwa Daren sudah menemukan matenya," ucap raja dengan nada dingin.Cara bicara Valeri begitu tidak sopan, dan itu membuat raja tidak menyukainya. Dia menatap sang Ratu yang juga menatap wanita itu dengan tatapan tidak menyukai. Valeri sepertinya dengan sengaja membuat mereka berpikiran negatif tentang wanita itu."Aku tahu, tapi kalian sudah berjanji padaku untuk menjadikanku Luna, terlepas dari segalanya. Aku ingin kalian membuktikan jan
Elisa sudah bersiap-siap. Ia memakai celana agar bisa berlari jika ada sesuatu. Berdiri dan mengecek kembali semua perlengkapannya. Tidak lupa bercermin untuk memperbaiki penampilannya. Sebuah keranjang pun telah disiapkannya. Keranjang yang tak terlalu besar, tapi cukup menampung berbagai macam tanaman herbal untuk dibawa ke suatu tempat di mana ia dan Kiana akan membuat ramuan. Hari ini ramuan mereka sudah harus selesai karena besok kontes akan diadakan. Dirinya bersemangat dan sudah tak sabar lagi mencoba ramuannya besok.Hari ini ia dan Kiana akan pergi ke kota untuk mengambil tanaman di toko Ben. Elisa beruntung bisa sekelompok dengan Kiana. Dirinya tak perlu susah-susah untuk mendapatkan bahan-bahan yang langka. Tinggal berbicara dengan Ben saja, pria itu akan dengan senang hati mencarikan untuk mereka berdua.Tidak hanya itu, dirinya juga akan bertemu dengan seseorang nantinya. Pria bernama X tersebut meminta hanya menunggu di pinggir kolam lotus di ujung jalan. Oleh karena itu
"Hai Ben," sapanya Elisa ketika melihat pria itu sedang sibuk berbicara dengan seseorang yang tak jelas dilihat. Seseorang itu tepat berdiri di sejajar dengan rak, jadi Elisa tak bisa melihatnya dengan jelas. Yang ia tahu orang tersebut adalah wanita, terlihat dari gaunnya yang menjuntai ke bawah.Jangan bilang Ben sedang selingkuh? Namun, tak mungkin. Pria seperti Ben adalah seseorang yang baik. Lagipula tidak ada kurangnya dari Kiana, jadi tak mungkin pria itu berani melakukannya."Hai El," ujar Ben ketika melihat Elisa mendekatinya. Ia tersenyum menyapa gadis yang sebentar lagi akan menjadi seorang luna. Namun, senyumannya pupus ketika melihat raut wajah Elisa yang sedikit tak suka, dan ia tahu alasannya.Awalnya Elisa tersenyum bahagia, tapi setelah tahu siapa yang diajak bicara oleh Ben, membuatnya tak suka. Rasa kesalnya langsung terpancar begitu saja di wajah cantiknya tersebut. Dan ia yakin, jika Ben mengetahui hal tersebut."Hai sayang!" teriak Kiana dari samping. Entah sejak
Elisa menggunakan sedikit sihirnya untuk mengambil beberapa tanaman yang sudah disiapkan. Ia begitu malas untuk berjalan ke meja satunya, maka lebih baik menggunakan kemampuannya saat ini. Lagipula, ia hanya sendirian saat ini, jadi tak perlu khawatir ada yang melihat perbuatannya. Tangannya mengayun-ayun di udara seperti sedang menari, dan saat itu tanaman yang ditunjuknya melayang ke arahnya. Elisa tersenyum melihat tanaman itu mendarat dengan mulus."El, apa yang kau lakukan?" tanya Kiana tiba-tiba muncul dari belakangnya.Detik itu juga Elisa terkejut dan membeku. Ia sedikit takut jika Kiana melihatnya. Jika iya, bisa-bisa dirinya takjadi diangkat menjadi luna dan berakhir dipancung seperti dahulu. Ia menggelengkan kepalanya. Memikirkan saja membuat dirinya merinding seketika, apalagi merasakan untuk kedua kalinya."Kau mengagetkanku, Kia," ujar Elisa berusaha tenang agar tak dicurigai, "sejak kapan kau berada di sana?" tanyanya."Ada apa? Kau seperti takut ketahuan saja," tebak K
Kiana memperhatikan dengan seksama setiap tanaman yang ada di depannya, termasuk akar, batang, dan bunga. Dia pun bertanya kepada Elisa berapa banyak ramuan yang harus mereka buat."Kita hanya perlu membuat dua ramuan, tapi ramuan-ramuan tersebut berbeda. Tidak ada persyaratan bahwa semuanya harus sama, kan?" tanya Elisa kepada Kiana."Tentu saja. Kau sangat cerdas, El," ucap Kiana sambil memberikan dua jempol sebagai tanda penghargaan. Dia benar-benar mengagumi kecerdasan Elisa. Dia yakin mereka berdua akan berhasil memenangkan kontes ini."Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Kiana. Dia tidak ingin lagi menjadi bahan tertawaan bagi Elisa. Oleh karena itu, dia harus bertanya terlebih dahulu agar tidak membuat kesalahan yang sama.Jika ia kembali melakukan kesalahan, maka Elisa akan terus mengolok-oloknya setiap hari. Kiana tahu betul bahwa Elisa menunggu momen tersebut. Namun, dia tidak akan membiarkannya terjadi."Aku sudah menyusunnya. Pertama, ambil sari dari daun-dau
"Baik, aku ingin tahu bahan apa saja yang ada pada ramuan ini," kata Elisa sambil menunjukkan botol yang selalu dibawanya.Elisa merasa perlu mengetahui komposisi ramuan tersebut sekarang, agar tidak terus-terusan penasaran dengan efek aneh yang dirasakannya setiap malam yang mengganggu tidurnya."Untuk apa kau ingin tahu?" tanya pria itu sebagai tanggapan, bukan menjawab pertanyaan Elisa."Kau mengatakan akan menjawab semua pertanyaanku hari ini, jadi tugasmu hanya menjawab dengan jujur," Elisa mulai merasa kesal.Sementara itu, X terkekeh. Dia merindukan wajah kesal gadis itu. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihatnya. Bukan karena tidak mau, tetapi karena keadaan seperti yang ia ungkapkan sebelumnya. Penjagaan di perbatasan oleh Lotus Pack semakin diperketat. Padahal sebelumnya tidak ada penjagaan sama sekali di jalur masuk. Namun, sejak pagi ia sudah menunggu di bangku ini, berharap Elisa akan datang."Baiklah, aku akan memberitahumu, tetapi jangan beritahu orang lain, oke?" taw
Elisa tersenyum bahagia ketika sudah berada di lapangan. Ruang terbuka itu sebenarnya untuk para prajurit berlatih. Namun, hari ini disulap menjadi tempat kontes yang diadakan di pack ini. Kontes ini bertujuan untuk memilih tabib terbaik dari segala penjuru Lotus pack, jadi siapapun boleh mengikutinya, dengan syarat termasuk kaum dari Lotus pack.Pemenang akan dinobatkan sebagai tabib kerajaan yang bertugas untuk membantu raja dan rat dalam bidang Kesehatan. Tak hanya itu, siapapun yang menang akan tinggal di dalam kerajaan dan akan mengikuti pelajaran dari tabib terkenal di benua Marel. Hal itulah yang menjadikan Elisa begitu semangat hari ini. Dia yakin bisa memenangkan kontes itu dengan ramuan yang sudah dibuatnya bersama Kiana.Elisa kembali berjalan menuju ke tengah lapangan. Hampir semua kontestan sudah berkumpul, termasuk Kiana, rekan kerjanya. Gadis itu melambai ke arahnya saat ia sudah semakin dekat. Sepanjang perjalanannya, ia melewati beberapa Rogue yang terluka. Bahkan ada
Kinan tersenyum melihat penampilan Elisa yang sempurna menurutnya. Dia bangga pada dirinya sendiri karena telah mengubah gadis itu menjadi sosok yang cantik dan anggun."Kau sangat cantik, aku yakin kakakku akan tergila-gila padamu, malam ini," ujar Kinan sambil merapikan gaun yang dikenakan Elisa.Gaun berwarna peach sangat cocok dengan tubuh Elisa. Ukurannya tidak terlalu besar maupun terlalu kecil, pas untuk calon luna."Tidak mungkin, Kia. Kau tahu sendiri bagaimana Daren itu," ujar Elisa dengan wajah kesal.Dia ingat betul semua yang telah dilakukan pria itu. Setelah pengangkatan ini, dia akan memiliki kesempatan untuk membalas dendam pada mereka semua, termasuk alpha sombong itu."Kau benar, El. Tapi aku merasa Daren sedikit demi sedikit berubah. Aku tahu kakakku dengan baik. Jika dia tidak peduli, maka rasa iri itu tidak akan membuatnya membantumu ketika kau ada masalah, ingat kan?" tanya Kiana sambil menatap Elisa.Elisa mengingatnya. Itulah yang ada dipikirannya sekarang. Apa