EMPAT BELAS : KETAHUAN.Hola selamat membaca.***Anjali menatap berkas yang berserakan di atas meja. Sesekali dia menatap tab di samping komputernya. Dirinya tengah membuat laporan surat masuk untuk di setorkan pada Agam."Selamat pagi, Anjali."Anjali mengalihkan matanya dari komputer. Di sana berdiri Ryanti dengan anggun. Wanita itu terlihat lebih fresh dengan rambut sebahunya."Boleh saya bertemu dengan Agam?" Anjali balas tersenyum ramah. Melihat kembali Ryanti setelah seminggu sejak dikabarkan putus dengan Agam. Tubuh wanita itu terlihat lebih kurus walau masih keliatan cantik dan seksi. Anjali pikir mungkin dia terlalu stress setelah diputuskan Agam.Nampak wanita itu tidak menghilangkan senyuman manis menunggu jawaban dari Anjali.Hembusan napas keluar melalui bibir Anjali. Walaupun dirinya sempat kecewa dengan kelakuan Ryanti, namun tidak tega juga melihat keadaan wanita itu sekarang. Anjali jadi iba.Ketika Anjali bersiap meraih gagang telepon untuk menghubungi Agam, suara
HALO. APA KABAR KALIAN??GAK NYANGKA BANGET MENGENANG RASA BANYAK YANG SUKA!! TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA CERITA INI SAMPE SINI.SORI SLOW UPDATE SOALNYA BANYAK KESIBUKAN LAIN DI DUNIA NYATA.HAPPY READING!***Anjali diberi cuti dua minggu oleh Agam. Luka di tangannya juga belum kering. Anjali hanya tidak bisa menggunakan tangan kanannya dengan normal. Selebihnya bisa kok. Siang ini juga perempuan itu sudah siap untuk menjemput Anya di sekolah. "Irma, biar saya saja yang menjemput Anya. Kamu di rumah saja ya,"Anjali melihat Irma yang tengah merapihkan kerah bajunya. Sepertinya perempuan itu juga sudah bersiap menjemput putrinya."Saya juga gak papa kok bu. Apalagi Ibu sedang tidak sehat, biar saya saja Bu."Anjali tersenyum kecil, "Cuman tangan saya Irma. Yang lainnya masih berfungsi kok."Irma tersenyum canggung, "Yasudah, Bu."Oh iya, mungkin sudah seminggu Anya pindah sekolah ke sekolah lamanya. Setelah mendengar tawaran Agam, anak itu gencar merayu Anjali untuk menyetujui perp
Kemaren lupa gak pake judul jadi ... sori;vENAMBELAS : TUDINGAN DARI EPAN.***Pagi-pagi sekali Anjali sudah terbangun. Dia berjalan ke kamar mandi sembari menenteng celana training dan kaos putih. Rencananya dia mau menggerakkan tubuhnya dengan berlarian mengelilingi komplek.Baru saja sampai di tangga terakhir dirinya dikagetkan dengan kehadiran Anya. Gadis kecil itu sudah lengkap mengenakan legging hitam dipadukan dengan kaos pink."Mau kemana?"Anya nyengir, "Jogging sama mama.""Yakin? Nanti capek loh," kata Anjali menakuti. Namun ternyata, Anya tidak mudah terpengaruh. "Kan ada mama. Kalo Anya capek tinggal minta gendong, oke kan?" Anya menaikkan kedua alisnya gemas. Anjali hanya terkekeh pelan sebelum menyabit lengan Anya, menuntunnya ke halaman. Setelah melakukan pemanasan. Anjali menyuruh Anya untuk berlari terlebih dahulu. "Tunggu sebentar, ma. Anya lagi nunggu teman. Katanya dia mau ke sini jogging bareng,"Anjali mengerutkan keningnya, "Siapa?" "Ada deh," Anya menger
TUJUH BELAS : BUKAN KARENA AGAM.Sorry, kayaknya bakal slow update!Lagi banyak kesibukan lain di real-life.***Reksa berusaha keras untuk menemukan Anya. Sudah beberapa putaran dia mengelilingi setiap titik di taman tersebut. Namun, tidak ada jejak keberadaan anak itu.Anjali ditemani Epan bertanya ke setiap orang yang ditemui. Ada yang mengatakan sempat melihat Anya mengantre di stand es krim. Itupun sewaktu bersama Epan.Anjali kelimpungan begitu tidak mendapat petunjuk pasti."Tante, maafin Epan ya. Ini salah Epan. Kalau saja Epan gak ninggalin Anya, mungkin Anya gak bakal hilang."Epan menundukkan kepala, tidak berani menatap Anjali secara langsung. "Gak sayang, bukan salah Epan kok." Anjali mengusap pucuk kepala Epan."Yasudah sekarang kita cari lagi Anya, ya?"Ajakan Anjali disambut anggukkan oleh Epan. Tak tanggung Epan mengamit tangan Anjali."Pak maaf mau nanya, apa bapak liat anak ini?" Anjali menyodorkan ponsel dengan tampilan muka Anya di layar ponsel tersebut. Anjali b
DELAPANBELAS : ANYA SEKARAT."Anak manis, makan dulu ya nanti kamu bisa sakit, sayang,"Sore ini Ryanti masuk ke dalam kamar yang ditempati Anya. Sudah beberapa kali bujukkan dia lontarkan kepada anak itu. Namun tetap saja Anya tidak mau membuka mulutnya."Anya, makan dulu ya. Tante suapin deh."Ryanti mengangkat sendok penuh nasi ke arah Anya.Prank.Tanpa mampu Ryanti cegah Anya melempar sendok beserta mangkok di tangan Ryanti. Pecahan beling yang bercampur dengan nasi berserakan di lantai. "Anyaaaa," gemas Ryanti namun hal itu tidak membuat perempuan itu marah. Dia mencoba membawa Anya ke atas pangkuannya. Sudah dipastikan Anya menolak. Anak gadis itu menjaga jarak dari Ryanti dengan beringsut mundur."Mau es krim?"Mungkin kalau bukan Ryanti yang menawarinya dengan senang hati Anya akan bersorak gembira dan memborong semua es krim favoritnya.Anya tau perempuan di depannya adalah Ryanti. Perempuan yang kerap papanya bicarakan dan seseorang yang tidak mau Anya temui. "Kalau tante
SEMBILANBELAS : DONOR DARAHHappy reading!***Sesampainya di rumah sakit, Anjali digiring Agam menuju ruangan Anya. Perempuan itu linglung. Bahkan beberapa kali dia hilang keseimbangan ketika berjalan untung saja Agam sigap menahan tubuh mantan istrinya.Tidak berselang lama dokter keluar dari ruangan Anya. Sesuai dugaan, dokter bilang Anya kehilangan banyak darah, gadis kecil itu butuh 3 kantong darah sementara stok di rumah sakit hanya tersisa 2 kantong. Hal itu membuat Anjali bergerak cepat untuk mendonorkan darahnya. Namun, sayangnya ketika diperiksa golongan darahnya tidak cocok. Dengan yakin, Anjali menatap Agam. Besar harapannya golongan darah lelaki di depannya cocok dengan Anya. Walaupun kecil kemungkinan sama.Agam menggeleng dengan sorot kecewa dan sedih, "Maaf, golongan darahku B."Tangis Anjali pecah begitu keras. Sebagai orang tua dia sungguh tidak ada guna untuk anaknya. Bahkan di saat anaknya kritis, dirinya hanya bisa menangis tanpa berbuat apa-apa."Anjali, tenangk
DUA PULUH : PENGAKUAN TERSIRAT.Setelah seminggu Anya di rawat, keadaan gadis kecil itu kunjung membaik. Setelah pasca pendonoran darah waktu itu Reksa dan Anya bisa di katakan semakin dekat hal itu tidak menutup kemungkinan Anjali kecipratan juga. Anjali dan Reksa kerap menjaga Anya bersamaan. Tidak jarang kalau kalau Anjali bekerja, Reksa lah yang menjaga anak itu.Anjali tersentuh dengan kebaikan Reksa. Apalagi saat lelaki itu rela mengerjakan tugas ke kantor di rumah sakit.Sore ini Anjali baru pulang bekerja dia langsung ke rumah sakit. Memang kamar rawat Anya sudah menjadi rumah keduanya saat ini. Dia pergi dari rumah sakit dan pulang juga ke rumah sakit."Anya lagi makan ya?"Nampak Anya tegah disuapi buah Apel oleh Reksa. "Iya ma, makan apel," jawab Anya riang. Anjali tersenyum lega. Perkembangan Anya semakin baik mungkin besok juga Anya sudah di perbolehkan pulang. Anjali mengecup kepala Anya penuh sayang."Makasih ya Reksa sudah menjaga, Anya." Anjali berkata dengan tulus.
DUA PULUH SATU : PENOLAKAN ANJALI.Enjoy reading!***Pagi ini Agam berencana menjemput Anya di rumah sakit. Kemarin Anjali bilang Anya boleh pulang hari ini. Jadi dia akan mengantarkan mereka pulang. Di jalan Agam juga sempat membeli se-box donat kesukaan Anya. Anya paling suka rasa matcha dan oreo sehingga Agam hanya membeli dua varian rasa tersebut. Pria itu tersenyum cerah sambil masuk ke dalam mobil.Agam sengaja tidak mengabari Anjali kalau dia akan menjemput mereka. Sengaja, karena mau membuat kejutan. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Agam masuk ke dalam kamar rawat Anya.Dia mengernyitkan dahi menyapu semua sudut ruangan. Ternyata ruang kamar Anya kosong. Bahkan barang-barang mereka sudah hilang. Agam menoleh pada suster yang akan membereskan bekas ruang kamar Anya."Pasiennya sudah pulang ya sus?" tanya Agam memastikan. Sorot kecewa tidak mampu dia sembunyikan."Iya, Pak, barusan mereka check out." Agam mengangguk mengerti kemudian dia berjalan menuju basement. Pria i