Sandra langsung memonyongkan bibirnya begitu dia mendengar ucapan pertama dari suaminya yang dia dengar hari ini. Ternyata Devan masih saja bersikeras dengan keputusannya untuk tidak berkompromi lagi mengenai rencana pembelian rumah di sebelah mereka.Kalau Sandra tiba-tiba menjadi kecewa pada suaminya, hal berbeda langsung ditunjukkan oleh Nathan yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan sang papa. Bocah kecil itu langsung berlari ke arah papanya untuk menyambut kedatangan sang papa setelah sejak kemarin mereka tidak bertemu.“Asik, Papa pulang,” ucap Nathan bersorak senang.“Aduh ... jagoannya papa. Udah kangen banget Papa nih, Nathan kangen nggak sama Papa?” tanya Devan ketika dia sudah memeluk putranya.“Kangen dong. Nathan kangen sama Papa. Papa, mana hadiah buat Nathan?” tanya bocah itu yang sudah dari tadi sudah menunggu kedatangan papa dan hadiahnya.“Karena Nathan kangen sama Papa, jadinya Papa kasih hadiah. Tapi kayaknya ada yang nggak kangen sama Papa nih,” sindir Devan
“Apa syaratnya, Mas?” tanya Sandra yang bersemangat karena sebentar lagi keinginannya akan dikabulkan oleh sang suami.“Kita makan dulu, aku udah laper. Dari Singapura tadi aku belum sempat makan, biar aku bisa makan di rumah bareng kalian,” jawab Devan sambil memegangi perutnya yang sudah keroncongan.“Oh, Mas Devan mau makan sekarang ya? Aku panasin bentar ya, Mas. Soalnya sop buntutnya udah agak dingin.” Sandra langsung berhambur ke arah dapur untuk menghangatkan sop buntut kesukaan suaminya.Melihat Sandra bersemangat untuk menyiapkan makan malam untuk dia, Devan jadi ikut senang. Tampaknya istrinya itu sudah kembali seperti Sandra yang dulu dia kenal dan cintai.Tidak Lupa juga Devan mengingatkan istrinya untuk berhati-hati karena di dalam tubuh istrinya itu ada jiwa lain yang saat ini masih sangat rentan. Siska langsung ikut bergabung dengan Sandra, untuk membantu putrinya itu menyiapkan makan malam untuk mereka semua.Diana tersenyum melihat kehidupan putranya jauh lebih baik
Sandra segera membuka kotak berukuran sedang yang saat ini ada di pangkuannya itu. Rasa penasaran sudah memenuhi pikirannya saat ini karena dia ingin tahu apa yang diberikan oleh suaminya padahal kemarin dia tidak titip apa pun pada sang suami.Mata Sandra membulat lebar ketika dia sudah bisa mengenali isi dari kotak tersebut. Senyum juga mulai mengembang di bibir wanita itu setelah hadiah itu kini sudah terpampang di hadapannya.“Apa ini mas? Sengaja benar beli lingerie dari Singapura,” ucap Sandra sambil terkikik.“Aku kemarin nggak sengaja lihat lingeri ini digantung di depan salah satu etalase toko. Karena aku suka model dan warnanya, jadi aku beli aja buat kamu.” Devan bercerita pada sang istri.“Kamu beli ini ada Raka gak, Mas?”“Enggak lah. Dia aku suruh ke toko lain dulu, baru habis itu aku masuk buat beli. Habis beli pun aku langsung ke restoran tempat aku sama Raka mau ketemu klien. Jadi, dia gak tau apa yang aku beli.“Oh baguslah kalau kamu pakai strategi gitu, bisa ma
“Selamat pagi Pak Devan,” sapa seseorang yang tampak berjalan masuk ke rumah Sandra dari arah gerbang depan.“Niko, mau ngapain dia ke sini,” gumam Devan pelan ketika melihat yang muda yang tepat membuatnya emosi itu hadir di hadapan matanya.“Sayang, kamu masuk ke dalam sana. Aku nggak mau dia curi pandang lagi ke kamu.” Devan menyuruh Sandra untuk masuk ke dalam rumah.“San, ternyata kamu istri yang baik bener ya. Nganterin suami mau berangkat kerja sampe ke depan rumah.” Niko menyapa Sandra yang berdiri di samping suaminya.Sandra menjadi bingung saat ini. Ketika suaminya menyuruh dia untuk masuk ke dalam rumah untuk menghindari sapaan dari Niko, pria yang sekaligus tetangga Sandra itu justru malah menyapa dirinya juga. Mau tidak mau Sandra balik menyapa Niko, meskipun itu hanya lewat sedikit senyuman tanggung.Belum sempat Sandra masuk ke dalam rumah, Niko sudah berdiri di depan Devan dan Sandra. Jika keadaan sudah seperti ini, itu artinya mereka berdua harus bertemu dengan Nik
“Awaass!!” teriak seseorang yang membuat ucapan Sandra terhenti dan ketiga orang itu menoleh ke sumber suara.“Aaakch!” Sandra berteriak.“San, kamu gak papa?” tanya Niko yang khawatir pada keadaan Sandra.“Sayang, kamu gak papa?” Devan juga ikut khawatir dan langsung memegang tubuh Sandra.“Aku gak papa, Mas. Aku cuma kaget aja,” jawab Sandra.Sandra kaget ketika ada sesuatu yang tiba-tiba menabrak kakinya. Sandra yang awalnya sudah kaget dengan teriakan itu kini ditambah lagi dengan adanya suatu benda tidak dia kenal menabrak kakinya dengan sedikit keras.Maria. Bocah kecil yang baru saja masuk ke dalam rumah Niko itu tertawa melihat Sandra ketakutan setelah mobil-mobilannya secara tidak sengaja menabrak kaki Sandra. Gadis kecil itu merasa lucu dengan tingkah Sandra yang takut pada sebuah mainan.“Maria, nggak boleh gitu. Kasihan Tante Sandra, dia jadi kaget tuh. Minta maaf yuk ke Tante Sandra.” Niko menyuruh Maria untuk meminta maaf pada Sandra.“Papa, Tante itu lucu. Masa sam
“Itu siapa, Nik?” tanya Sandra yang kepo dengan kehidupan pribadi Miko.“Itu ....”Mata Sandra dan Devan tertuju pada sosok wanita yang baru saja turun dari dalam mobil yang parkir di depan rumah Niko. Seorang wanita berusia muda dan sepertinya usianya tidak lebih tua dari Niko.Jika ini adalah seseorang yang diakui Niko adalah kakaknya sekaligus ibu dari Maria, semua orang pasti tidak akan percaya dengan pernyataan itu. Karena wanita yang saat ini ada di depan Sandra, tampaknya lebih cocok menjadi adik dari Niko.“Itu mamanya Maria. Kakakku. Kakak sepupuku,” ucap Niko menjelaskan tentang siapa sosok yang kini ada di hadapan mereka.Devan menoleh ke arah Niko, “Kakak sepupu? Maksudnya gimana nih.” Devan seolah ingin mendapatkan jawaban yang lebih jelas.“Iya ... dia kakak sepupuku. Dia ... ah, apa aku harus buka aib orang di sini?” Niko masih merasa berat untuk menceritakan tentang kehidupan kakak sepupunya.“Nggak usah diceritain. Itu kan pribadi kalian. Kalau gitu kami pergi dul
“Bu, Bu ... lihat itu deh.” Sandra menunjuk dengan dagunya.“Apaan sih?” Siska menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Sandra untuk melihat apa yang ingin Sandra beritahukan kepadanya.Sandra terus menunjuk ke arah orang yang ingin dia tunjukkan kepada ibunya. Selagi dia menunjukkan orang itu, tubuh Sandra semakin bergeser ke arah belakang tubuh ibunya sambil memegang erat troli belanjaan yang sedari tadi dia pegang.Siska melihat gelagat putrinya yang mulai tampak tidak nyaman saat ini. Dia segera memegang punggung tangan Sandra untuk menenangkan putrinya itu agar dia tidak merasa sendirian.“Kita pulang aja yuk. Kita cari supermarket lain aja nanti,” ajak Siska sambil mengambil alih troli belanjaan mereka.“Iya, Bu. Sandra juga males ribut,” jawab Sandra yang langsung menuruti ajakan ibunya untuk segera keluar dari supermarket itu.Sandra memilih untuk segera keluar dari supermarket meskipun dia belum selesai berbelanja. Sosok Irene yang tiba-tiba muncul di hadapannya, membuat seler
“Kayaknya ibu hamil satu ini kepo banget ya. Ya udah deh, aku cerita ... tapi ini rahasia ya.” Niko tergelak ringan melihat Sandra yang penasaran.“Aman, Nik. Itu juga kalo kamu percaya sama aku,” Sandra memberikan jaminan.Sandra menjadi sangat antusias untuk mendengarkan cerita dari Niko. Meskipun mereka baru saja berkenalan, tapi kehidupan Niko menjadi sangat menarik untuk diketahui oleh Sandra.Seorang pimpinan perusahaan besar dan anak seorang konglomerat, ternyata menyembunyikan seorang anak kecil yang tampaknya kehadirannya tidak diketahui oleh keluarga Niko. Ketika pertemuan pertama Niko dan Sandra di pesta keluarganya beberapa waktu lalu, Sandra tidak melihat sosok Maria ataupun mamanya di pesta tersebut. Hal itulah yang membuat Sandra ingin tahu, siapa sebenarnya Maria bagi Niko.“Ok, aku percaya. Jadi ceritanya tuh gini, waktu itu kakak aku ini diusir dari rumahnya. Yah ... kamu tahu sendirilah akibat hamil duluan, kakakku diusir dari rumah dan dicoret sebagai ahli waris d
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p