Hari ini Sandra dan seluruh asisten rumah tangganya sedang sangat sibuk. Hari ini wanita cantik itu ingin membuat acara syukuran 4 bulanan kandungannya.Tadinya Sandra ingin memesan makanan dari restoran langganannya untuk dibagikan ke semua orang dan kenalannya. Namun tiba-tiba saja Sandra ingin menambah menu khusus buatan dia dan ibunya, seperti adat ketika mereka tinggal di kampung dulu. Jadi makanan yang akan dibagikan oleh Sandra bukan hanya makanan dari restoran, tapi juga makanan dari rumah Sandra.“Bu, ini buburnya udah boleh dimasukin belum?” tanya Wati yang kini sudah mulai tinggal di rumah Sandra.“Kalo udah dingin masukin aja. Bubur putihnya dulu, terus baru atasnya kamu kasih ketan. Lapisan paling atas baru kamu kasih bubur merah dan sedikit kelapa. Oh ya Wat, kelapanya udah kamu kukus kan tadi?” tanya Sandra ingin memastikan.“Udah kok Bu. Tadi dikukus sama Mbak Sari.”“Oh ya udah kalau gitu, nanti sekalian kue basahnya dimasukin ya.”“Baik, Bu.”Wati segera bergabun
“Aku juga punya hadiah buat kamu, San,” celetuk Niko.“Hadiah? Hadiah apaan?” Devan menanggapi dengan penasaran.“Hadiahnya ....”“Eeeh ... tamunya udah dateng,” sapa Diana memotong ucapan Niko.“Selamat malam, Tante. Eh, Tante Diana ini makin lama makin kelihatan cantik ya,” puji Niko ketika wanita paruh baya itu ikut bergabung dengannya duduk di sofa tamu.“Bisa aja kamu ini. Orang Tante ini udah tua, kok malah dibilang masih cantik. Yang masih cantik itu ya yang masih muda-muda itu. Masa Tante dibilang cantik, emangnya kamu seleranya yang seumuran, Tante?” ledek Diana.“Hahaha ... ya enggaklah Tante, masa iya saya seleranya ama yang lebih tua dari saya. Saya tetap naluriah kok Tan, pengen cari yang lebih muda dari saya lah.”“Lah iya makanya itu, muji cantik itu sama yang muda aja. Eh iya kalian kok masih di sini aja. Tadi katanya mau langsung makan malam.” Diana teringat akan niatan Sandra yang ingin langsung mengajak tamunya untuk menikmati makan malam“Oh iya benar Ma,
“Proyek?” sahut Sandra dan Devan hampir bersamaan.Devan dan Sandra saling berpandangan. Mereka berdua tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Niko. Sebenarnya ada sebuah dugaan di dalam kepala mereka, namun tetap saja dua orang itu tidak ingin salah menduga dengan apa yang baru saja Niko utarakan.Devan menatap ke arah Niko, “Proyek apaan?” lanjut Devan yang menuntut sebuah penjelasan.“Ya, proyek. Bukannya Sandra pernah bilang ya kalau dia udah kangen untuk ngerjain sebuah proyek baru. Aku dengar sejak dia hamil, Sandra cuma ngerjain sisa proyeknya dulu dan sekarang dia udah kangen sama proyek baru. Bener gitu kan, San?” ucap Niko meminta Sandra untuk memberikan klarifikasi.“Loh kok nanya aku?” tanya Sandra kaget.“Iya, kan kamu yang tempo hari cerita sama aku kalau kamu kangen ngedesain lagi. Atau rasa kangen kamu itu udah terlampiaskan dengan ngedesain rumah sebelah ini.”Sebelum menjawab pertanyaan dari Niko, Sandra menyempatkan diri untuk melihat ke arah suaminya terle
“Sayang, gimana ama tawaran Niko tadi? Apa kamu beneran pengen?” tanya Devan yang sukses menghentikan langkah kaki Sandra.Sandra menghentikan langkah kakinya, ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh sang suami. Dia kemudian melihat ke arah suaminya dengan tatapan yang penuh pertanyaan.Ada banyak pikiran yang melintas di kepala Sandra saat ini setelah dia mendengar pertanyaan dari sang suami. Sepertinya pertanyaan itu cukup mudah untuk dijawab tapi karena ini menyangkut tentang Niko, maka sepertinya pertanyaan ini bersifat sedikit sensitif. Sandra harus berhati-hati untuk memberikan jawaban pada sang suami.Melihat istrinya hanya diam saja, tentu saja hal itu membuat Devan menjadi bingung. Dia tidak tahu kenapa istrinya tidak seekspresi tadi ketika menjawab pertanyaan dari Niko“Kok diem? Apa pertanyaan aku sulit dijawab,” tanya Devan sambil melihat keanehan yang dimunculkan oleh Sandra“Sedikit,” jawab Sandra.“Kok sedikit? Emangnya apa sulitnya. Kan kamu tinggal jawab, kamu
Sandra dan Devan saling berpandangan. Mereka seolah bingung dengan ajakan Niko yang terlalu mendadak pada Sandra.Sandra sendiri juga tidak menyangka kalau Niko akan langsung mengajaknya meninjau lokasi, padahal dia sama sekali tidak memiliki persiapan apa pun. Tadinya Sandra berharap akan memiliki bayangan tentang proyek itu terlebih dahulu dari Niko, sebelum dia mendatangi lokasi renovasi Villa yang akan dia kerjakan itu.Devan pun juga merasakan hal yang sama. Tadinya dengan dia memberikan izin pada sang istri untuk menerima tawaran dari Niko hari ini, pria yang mulai dia percaya itu tidak langsung mengajak istrinya keluar begitu saja. Selama ini Devan memang tidak pernah membatasi Sandra untuk terus di rumah saja, namun untuk pergi dengan lawan jenis, Devan masih berat hati untuk melepaskan istri cantiknya itu.“Eh Nik, aku harus nganter Nathan dulu nih. Entar aku kabarin lagi ya,” ucap Sandra yang ingin segera mengakhiri panggilannya dengan Niko agar dia bisa berdiskusi lebih dul
Sandra tengah bersiap untuk pergi ke Puncak bersama dengan Sari. Wanita itu sedang menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa ke Puncak, agar nanti ketika dia membutuhkan barang itu, dia bisa langsung mendapatkannya.Sandra memang sudah lama tidak pernah meninjau lokasi sebuah proyek, sejak dia resign dari pekerjaannya. Ada rasa rindu yang membuncah di hatinya dan itu sukses membuat Sandra sangat bersemangat untuk memulai sebuah pekerjaan lagi.“Sayang, nanti kalau ikut Mama kerja, jangan rewel ya. Nanti kamu harus tetap sehat, biar Mama bisa tetap jalani proyek ini dengan baik,” ucap Sandra sambil mengusap perutnya dengan lembut.Sandra sudah mengabarkan pada sang suami kalau dia sudah siap berangkat. Kini Pak Teguh sudah membantunya mengambil tas kerja dan juga alat gambar untuk dimasukkan ke dalam mobil.Sari yang akan ikut Sandra sudah mengemas beberapa makanan dan minuman yang akan dikonsumsi Sandra selama mereka dalam perjalanan nanti. Tentu saja Siska menyiapkan semuanya karen
“Pak, si Ibu masih lama datengnya?” tanya Niko pada penjaga Villa.“Katanya Ibu udah deket, Pak. Tadi barusan nelpon saya dan tanyain apa Pak Niko udah datang,” jawab penjaga Villa tersebut.“Nah itu mobil, ibu,” ucap penjaga Villa sambil menunjuk ke arah pintu gerbang Villa.“Loh ... kok cuma muter doang,” lanjut penjaga Villa itu yang heran karena mobil majikannya kini mundur kembali dan pergi meninggalkan Villa.Sandra dan Niko yang sedang bersama dengan penjaga villa juga hanya bisa terdiam melihat kepergian dari si pemilik Villa. Padahal orang itu pasti tahu kalau saat ini dia sedang ditunggu oleh Sandra dan Niko.Niko dan Sandra hanya bisa saling berpandangan, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan saat ini. Mereka juga tidak tahu apa alasan dari si pemilik Villa yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka begitu saja.“Loh Nik, kok orangnya malah pergi lagi? Dia tahu kan kalau kita lagi nunggu di sini?: tanya Sandra ingin sebuah penjelasan dari Niko.“Iya, dia tau kok. Kan i
“Mama pulang.”Sandra masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang sangat senang. Entah mengapa ada rasa rindu yang sangat besar yang dia rasakan pada keluarganya, ketika dia tadi pergi untuk bekerja.Sandra baru tiba di rumah ketika sang suami sudah berada di rumah lebih dulu. Devan memang sengaja pulang lebih awal, karena dia ingin menemani putranya bermain karena seharian ini Sandra pergi untuk bekerja.“Asik, Mama pulang,” teriak Nathan yang langsung berhambur menyambut sang mama.“Aduh ... pelan-pelan dong, Sayang. Nanti dedek bayinya kaget nih kalau dikagetin gitu sama Nathan.” Sandra memeluk putranya namun karena Nathan berlari cukup kencang, bocah kecil itu sampai menabrak sang mama.“Oh iya lupa ada dedek bayi. Maafin Kakak Nathan ya dedek bayi.” Nathan mengusap perut mamanya lalu memberikan kecupan sayang di perut buncit sang mama.“Mama sama dedeknya diajak duduk dulu dong. Masa mamanya cuma disuruh berdiri terus, kan mama capek,” celetuk Devan sambil menoleh ke arah ist
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p