"Kamu harus mati Mawar!" ucap Sonia sambil tangannya meramas setir mobil dan kakinya menginjak rem sekuat tenaganya, ia melihat Mawar dari dalam mobil.Ntah kenapa ia sudah tidak peduli kedepannya yang penting sekarang ia harus membuat Mawar hilang dari dunia ini.Saat Mawar hendak menyeberang, Sonia langsung tersenyum miring lalu ia melepas rem lalu mulai menjalankan mobil dengan kecepatan pelan sambil menunggu Mawar tepat di hadapan mobilnya."Bersiaplah!" lanjutnya.Wisnu yang baru saja keluar dari super market langsung mematung sejenak melihat Mawar yang sedang menyebrang ntah kenapa ia merebahkan tidak enak.Tanpa membuang waktu ia langsung berlari mengejar Mawar, namun belum sempat ia meraih tangan Mawar tiba-tiba."Mawar!!!"Brukk!Mawar terpental jauh saat mobil menghantamnya, Wisnu kembali mematung lalu sadar, detik kemudian ia berlari ke menghampiri Mawar."Mawar!!" panggilannya sambil menepuk-nepuk pipi Mawar, ia mengangkat kepala Mawar yang dilumuri ke pangkuannya."Mawar
"Kamu tau darimana?" tanya Mawar kaget, pasalnya tidak ada yang tau tentang dirinya kecuali pengurus yayasan panti asuhan."Em nggak kok, beberapa hari yang lalu saya ketemu sama temen saya Sonia, dulu waktu kejadian kalian ribut-ribut disini kan saya nyaksiin ya nah begitu ketemu Sonia saya tanyain lah, gitu," jawab perempuan itu membuat Mawar bingung."Kamu nanya apa ke Sonia?""Ya aku cuma nanya apa hubungan Sonia, kamu dan Wisnu sih secara kamu dan Sonia kakak beradik," jawab perempuan itu membuat Mawar diam sejenak."Sonia jawab apa?""Ya dia bilang kalo Wisnu itu mantan suami kamu dan sekarang jadi suaminya, katanya kalian ribut-ribut karena kamu yang ganggu rumah tangga dia," jawab perempuan itu membuat Mawar tidak habis pikir dengan Sonia."Mawar,"Suara barithon itu mengagetkan Mawar, ia langsung menoleh."Saya tunggu di depan ya," ucap Wisnu yang dibalas anggukan oleh Mawar."Ya susah kalo begitu saya duluan ya," lanjut Mawar lalu ia beranjak meninggalkan perempuan tersebut
"Aku yang cium atau kamu?" pertanyaan Rey membuat Nurul bingung sedangkan posisinya sudah tidak mungkin untuk lari atau semacamnya."Kakak awas dulu deh tehnya bisa dingin itu," ucap Nurul yang tidak di hiraukan oleh Rey."Pertanyaanku simple kok gak muluk-muluk," jawabnya santai membuat Nurul mau gak mau harus mengalah, sebenarnya Rey hanya menguji keberanian Nurul karena biasanya Nurul tidak berani menciuminya terlebih dahulu."Betah amat sama posisi in—Cup!Nurul tiba-tiba mengecup bibirnya membuat Rey kaget, ia langsung menatap Nurul lekat-lekat berbeda dengan Nurul yang langsung menunduk, tapi Rey benar-benar tidak yakin kalau Nurul mau."Nurul ka–"Bisa kan?" jawab Nurul dengan pedenya membuat Rey senyum-senyum."Mau lagi," lanjut Rey."Ekhem …," tiba-tiba suara Reza mengagetkan keduanya."Di kamar sono, ini buat masak jadi auranya panas, gas juga bisa ikutan meledak ntar," omel Reza membuat Rey mengernyitkan dahinya sambil menahan tawa."Kenapa Bang ditekuk amat itu muka?" tan
"Sial! Tadi aku nabrak Mas Wisnu? Gak … gak, tadi itu gak kena, aku gak nabrak dia," ucap Sonia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.Karena terlalu panik ia bahkan tidak melihat kalo di depan ada lampu merah dan akhirnya …Brukkk!"Hah?"Sonia menutup mulutnya saat melihat mobilnya menabrak mobil yang sedang berhenti di depannya.Tidak lama kemudian seorang laki-laki berbadan kekar keluar dari dalam mobil tersebut lalu menghampiri Sonia."Ma–mati aku,"Tok! Tok! Tok!"Buka atau saya pecahin!" bentak laki-laki tersebut membuat Sonia takut, sekuat tenaga ia memberanikan diri membuka kaca mobilnya."Turun! Maksud anda nabrak mobil saya apa?!" bentak laki-laki tersebut."Em … sa–saya minta maaf, tadi saya gak liat kalo mobil ada sedang berhenti," jawab Sonia membuat laki-laki tersebut mengerutkan keningnya."Kamu buta?""Eh gak–"Terus kenapa?!" bentak laki-laki tersebut, tiba-tiba dua anak buahnya datang untuk menenangkannya."Tenang dulu bos, sekarang kita pinggirin mobil dulu ini kit
"Ya suka-suka saya lah, mulai sekarang kamu harus jadi pembantu selama sebulan disini," ujar Revan."What? Apa kamu gila? Gak! Gak akan!" bentak Sonia membuat Revan terkekeh, sebenarnya Revan mengenali Sonia hanya saja Sonia tidak tau hal itu."Sonia … Sonia masih aja keras kepala,"Deg!'Dia memanggil namaku? Siapa bajingan ini?' gumam Sonia dalam hati sambil memperhatikan Revan."Saya menyimpan rahasia besar anda Nona, jadi jangan coba macam-macam dengan saya," lanjut Revan membuat Sonia semakin bingung."Siapa kamu?!" bentak Sonia."Saya adalah orang yang pertama kali menyukai anda waktu SMA, tapi belum sempat saya mengutarakannya anda malah memilih menikah dengan suami Kakak kandung anda sendiri, right?"Deg!Sonia kembali memutar memorinya, hanya saja hasilnya nihil ia sama sekali tidak mengenal Revan."Jangan ikut campur masalah keluarga saya, saya gak ada urusan sama anda!" tegas Sonia."Serendah itukah selera Anda, sehingga anda harus memilih laki-laki yang telah beristri dan
"Sarah … Sarah bangun Nak, Sarah," panggil Neni sambil menepuk-nepuk pelan pipi Sarah membuat Sarah terusik."Eugh," lenguhan kecil keluar dari mulutnya membuat Neni langsung menghela nafas lega."Huh … Alhamdulillah,""Kita ke rumah sakit ya Nak," ajak Neni yang sudah panik yang dibalas gelengan oleh Sarah."Gak usah Ma, uangnya buat yang lain aja nanti juga sembuh kok," jawab Sarah membuat Neni memejamkan mata sejenak."Tapi Mama gak tega liat kamu begini terus," bantah Neni membuat Sarah tersenyum."Gak apa-apa Ma,""Kalo begitu Mama pergi keluar sebentar ya, bentar aja,""Kemana Ma?" tanya Sarah, Neni mengusap rambut Sarah."Sebentar doang ya," lanjut Neni, ia tidak mau membuat Sarah kepikiran."Iya Ma,""Nanti kamu mau dibeliin apa? Sate? Bubur atau apa?" tanya Neni."Terserah Mama aja," jawab Sarah yang dibalas anggukan oleh Neni, lalu ia menutup warungnya kemudian ia pergi.Cukup lama ia naik angkot akhirnya ia sampai ke tempat tujuannya yaitu rumah Reza."Pak," panggil Neni me
"Aduh … sayangnya anty datang," ucap Sarah dengan girang begitu melihat Naya mendekatinya, ia bahkan berusaha duduk sendiri."Jangan duduk kalo gak kuat," larang Reza yang dibalas gelengan oleh Sarah."Bisa kok Bang, aku mau nyender kok," ucap Sarah membuat Reza diam lalu ia membantu Sarah duduk."Kak mau gendong," pinta Sarah, Naya tersenyum lalu ia memindahkan Zahra ke gendongan Sarah."Jangan lasak Zahra, anty lagi sakit," ucap Naya sambil mengusap wajah putrinya itu."Ih … masyaallah cantik banget, makin gede aja dia Kak," puji Sarah membuat Naya terkekeh."Namanya juga bayi lagi masa pertumbuhan,""Kamu kenapa gak mau ke rumah sakit?" tanya Reza membuat Sarah yang sedang asik menggelitiki Zahra mendongak."Gak usah Bang, nanti juga sembuh,""Bukan masalah sembuh nggaknya, kalo kamu ke rumah sakit kamu tau penyakit kamu apa, obatnya apa jangan di biarin kayak gini," ujar Reza membuat mata Sarah mulai mengembun, tapi ia pura-pura mendongak."Mama gak punya uang banyak Bang, Mama cu
"Udah lain kali aja," tegas Wisnu membuat Silvi heran dengan Ayah mertuanya itu.'Ayah kenapa?' ucap Silvi dalam hati.'Mas Wisnu lagi ada masalah kali ya, jadi ngegas gini,' ucap Mawar dalam hati.Tersadar dengan ucapannya Wisnu langsung melihat Mawar dan Silvi secara bergantian."Apa lagi yang kurang?" tanyanya membuat Mawar dan Silvi bingung."Tinggal bahan dapur sih Mas,""Ya udah ayo beli," lanjut Wisnu, Mawar yang tidak mau ambil pusing langsung mengangguk.15 menit kemudian semua yang dibutuhkan sudah di beli, Wisnu berniat mengantarkan keduanya pulang.Drt … drt … drt[Iya Tio][Pak bisa ke kantor sebentar tidak?][Kenapa?][Butuh tanda tangan Bapak secepat mungkin karena sebentar lagi akan ada rapat dengan klien] ucap Tio membuat Wisnu melirik Mawar sekilas.[Alex masih di kantor?][Iya Pak, lagi rapat juga]Ya, Alex memang kembali bekerja di perusahaan Ayahnya semenjak Wisnu dan Sonia bercerai.[Ya sudah saya ke kantor sekarang, sekitar 30 menit lagi saya sampai][Baik terim
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b