Alex menyusuri jalan hingga ia sampai di kontrakan yang di katakan Wawan. "Ini kali ya?" gumam Alex di dalam mobil lalu ia turun dari mobil. Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum," ucap Alex, namun tidak ada sahutan sedikitpun, beberapa kali Alex memanggil hasilnya tetap nihil. "Nyari siapa?" tanya seseorang membuat Alex langsung berbalik. "Oh Bu, mau nanya dong orangnya dimana ya?" tanya Alex. "Udah gak ngontrak lagi, subuh tadi udah keluar soalnya tadi malam ngabarin saya katanya mau pindah," jawab Ibu tersebut yang ternyata pemilik kontrakan. 'Pindah? Demi apa nyari kemana lagi ini?' batin Alex, ia langsung mengangguk. "Terima kasih Bu," ucap Alex yang dibalas anggukan oleh Ibu tersebut lalu ia kembali masuk ke dalam mobil. "Udahlah, capek banget nyari-nyari gini, pulang aja," gumam Alex lalu ia mulai melajukan mobilnya. Belum jauh mobil melaju, Alex langsung memperjelas penglihatannya ke spion samping. "Itu Silvi bukan?" gumam Alex lalu ia langsung memundurkan kembali mobilnya
Hari menunjukkan pukul 1 siang, Naya duduk sebentar karena merasa capek berjam-jam melayani pembeli. "Mbak Naya," panggil Riri membuat Naya langsung menoleh kalau tersenyum. "Ayo kita makan duluan, nanti biar gantian sama yang lain," ajak Riri membuat Naya langsung mengangguk karena jujur perutnya sudah keroncongan, ia sudah ngiler melihat orang-orang yang lahap makan karena memang rumah makan Deni sederhana, tapi pengunjungnya tidak habis-habis karena masakannya yang enak. "Em … Deni gak kesini lagi?" tanya Naya di sela-sela makan mereka, Riri langsung menggeleng. "Biasanya nggak Mbak, palingan juga datang pas mau tutup sekalian setoran sama laporan pemasukan hari ini," jawab Riri membuat Naya mangut-mangut. "Sumpah sih ini enak banget," lanjut Naya membuat Riri langsung mengangguk. "Iya tau Mbak, apalagi nih sambelnya heh bikin ngiler, aku tuh dari awal kerja di sini gak pernah bosan karena emang enak banget," sambung Riri membuat Naya mangut-mangut. "Udah lama kerja?" tan
"Kak Reza," ucap Naya pelan, tapi Reza sama sekali tidak bergeming ia tetap pada posisinya. Naya melihat hujan kembali turun. "Kak jangan disitu, sini," ajak Naya, tapi lagi-lagi Reza tidak bergerak dari tempatnya tatapan pasrah dan menyesal itu membuat Naya langsung tidak tega. Ia berlari mendekati Reza lalu ia manarik tangan Reza menuju teras kontrakannya. "Kakak ngapain kesini?" tanya Naya sambil melihat kasana-kemari takut di lihat warga. Reza membuka kancing kemejanya membahas Naya kaget. "K–kak mau ngapain?" tanya Naya panik, detik kemudian Reza mengeluarkan kertas yang dilapisi plastik. Kemudian ia memberikannya pada Naya, sedangkan Naya malah bingung melihat itu. Tanpa membuang waktu ia langsung membuka plastik tersebut, detik kemudian mata Naya membola melihat kartu keluarga yang berisikan nama Reza dan dirinya. "Kak-" "Aku mohon Naya, kasihani aku," pinta Reza membuat Naya tidak bisa membendung air matanya ia langsung buru-buru menunduk menyembunyikan air matanya.
"Ta–tante mau bunuh Re–reza?" tanya Nova tidak percaya. "Tante udah muak banget baik-baik sama dia, ternyata dia malah kayak gini Tante tau dia lakuin ini pasti karena Naya dan sekarang Tante mau benar-benar nunjukin gimana Tante sebenarnya," lanjut Neni membuat Nova langsung mengurungkan niatnya untuk curhat. Disisi lain, Alex benar-benar membawa Silvi ke rumah orang tuanya. Sekarang mobilnya sudah terparkir di halaman rumah. "Kak ini ngapain?" "Mampir dulu, ini rumah orang tua saya," jawab Alex membuat Silvi melotot. "Ini beneran rumah Kakak? 'Kan tadi aku bilang pu-" "Laper gak, ini saya laper banget kangen masakan Ibu saya. Lagian dari pagi saya udah nyari-nyari kamu dan Naya ke mulai dari pabrik, kontrakan lama kalian sama ya ini lagi," terang Alex memotong ucapan Silvi. "Siapa suruh nyari-nyari sampe segitunya!" bantah Silvi pelan tapi terdengar jelas oleh Alex. Alex langsung menoleh ke samping lalu mendekatkan tubuhnya ke Silvi membuat Silvi langsung kaget. "Bisa g
'Mama,' ucap Reza dalam hati kemudian ia menatap wajah istrinya tersebut sudah merah dan bahkan ada cairan merah di sudut bibir gadis itu. Neni yang heran melihat Naya lalu berbalik, detik kemudian ia tertawa melihat Reza sudah sadar. "Oh, sudah sadar rupanya, bagaimana Pak Reza masih kuat menerima balas dendam dari saya," ucap Neni dengan angkuhnya membuat Naya langsung menggeleng kuat. "Jangan Ma," pinta Naya. Chats! "Akh …," tiba-tiba Naya mencambuk Reza membuat Naya semakin panik dan gemetaran. "Berani kami berbicara maka kamu akan lihat suami kamu ini disiksa habis-habisan!"ancam Neni membuat Naya langsung menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. "Buka talinya," ucap Neni kepada preman-preman suruhannya tersebut membuat Naya langsung ingin berlari ke dekat Reza, tapi Neni malah menatap tajam ke arahnya. "Kalian hajar dia!" suruh Neni membuat Naya langsung kaget. Bugh! Bugh! Bugh! "Gak! Jangan! Jangan sakiti Kak Reza!" teriak Naya tidak sanggup melihat suaminya ter
Hari menunjukkan pukul 1 siang, Silvi dan Alex sudah menempuh perjalanan berjam-jam, hingga akhirnya mereka sampai di kontrakan. "Kok sepi ya? Apa masih tidur?" gumam Silvi membuat Alex langsung menoleh."Mungkin aja sih, coba di ketuk aja," usul Alex yang dibalas anggukan oleh Silvi. Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum, Naya," panggil Silvi, namun tidak ada sahutan sedikitpun. "Mbak Silvi, kunci disini," panggil Bu Rita membuat Silvi langsung menoleh. "Oalah, Naya sama suaminya kemana Bu?" tanya Silvi. "Katanya sih pulang Mbak, cuma saya kurang tau," jawab Bu Rita membuat Silvi langsung mengangguk. Ting! Tiba-tiba ponsel Alex bergetar, ia langsung membuka detik kemudian matanya membola melihat foto Reza dengan darah yang mengalir di kepalanya. Tanpa membuang waktu, Alex langsung menghubungi nomor tidak di kenal tersebut. Namun hasilnya nihil tidak diangkat. "Sial," umpat Alex. [Siapa kamu?] [Kamu tidak perlu tahu saya siapa, yang jelas jangan pernah ikut campur masalah keluarga
Tidak lama kemudian Neni yang awalnya ingin berangkat sendiri ke rumah sakit, malah tidak yakin, ia langsung mengajak Sarah."Aku ada tugas Ma," tolak Sarah saat Neni memaksanya ikut."Ikut sama Mama," tegas Neni menarik tangan Sarah ke dalam mobil.Disisi lain, Silvi benar-benar tidak tenang di kontrakannya ia selalu kepikiran Naya."Naya kamu dimana dah? Tega banget ninggalin aku sendiri," kesal Silvi sambil menghentakkan kakinya di ranjang.Detik kemudian ia teringat dengan tempat kerja Naya, tanpa membuang waktu Silvi langsung meraih tas selempangnya lalu buru-buru keluar dari kosan.Sekitar 5 menit di perjalanan, akhirnya Silvi sampai di rumah makan tempat Naya bekerja. Silvi masuk ke dalam sambil celingak-celinguk."Selamat datang di rumah makan kami," ucap seorang pelayan membuat Silvi langsung kaget bukan main."E–eh iya iya, mau nanya dong karyawan yang bernama Naya datang kesini gak?" tanya Silvi to the point membuat Riri yang mendengar nama Naya langsung mendekati Silvi."G
"Kenapa dia mau datang disaat seperti ini, kayak di sengaja gak sih," kesal Neni lalu mematikan ponselnya kemudian memijit pelipisnya."Ini rasanya gak mungkin nyari Naya dalam waktu dekat ini," lanjut Neni membuat Sarah yang sedang asik dengan ponselnya langsung menoleh."Mama kok lucu sih, padahal Mama udah habis banyak duit buat Kak Reza sekarat sama ngusir Kak Naya, sekarang Mama pengen Kak Reza sembuh dan Kak Naya balik, gimana ceritanya," ujar Sarah membuat Neni langsung menggeleng."Bukan gitu, kemaren Mama terlalu emosi," ucap Neni membuat Sarah mangut-mangut."Terserah Mama deh, bingung, Mama terlalu berlebihan," lanjut Sarah.'Apa aku bilang aja ya penyebabnya Naya, begitu Kakek Adinata datang, aku akting aja bilang kalau Reza kecelakaan gara-gara Naya, good idea,' ucap Neni dalam hati, tiba-tiba bibirnya mengembang.'Dan Naya? Apa aku bilang Naya gak betah ya sama Reza dan memilih pergi, oke aku rasa ini udah ide yang paling bagus buat gak bingung, secara Reza juga belum sa
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b