Hari ini Alex sangat sibuk dengan di pabrik, setelah mengantarkan Mawar ke panti asuhan Alex langsung buru-buru ke pabrik bahkan ia juga tidak sempat sarapan karena Silvi belum selesai.Ting!Ponselnya tiba-tiba berbunyi saat ia dan timnya hendak memulai rapat, Alex membuat ponselnya sekilas lalu hendak meletakkannya kembali, namun tiba-tiba Alex merasa ada yang janggal ia kembali membuka ponselnya, detik kemudian matanya melotot melihat foto di layarnya tersebut.Alex tiba-tiba mengepalkan tangannya bagaimana tidak, di foto tersebut jelas-jelas ada Silvi dan seorang laki-laki yang hampir saja berciuman."Huh … tenang, jangan langsung marah dulu," gumam Alex pelan, ia langsung duduk untuk menenangkan dirinya lalu ia menelpon satpam rumahnya.[Halo Pak, selamat pagi][Pak Herdi, apa Silvi di rumah?] tanya Alex berusaha tenang.[Tadi pagi di rumah sih Pak–[Sekarang] potong Alex membuat Pak Herdi langsung menautkan alisnya.'Pak bos kenapa sih main potong aja, baru aja mau di kasih tau,
"Ngapain masih disitu?"Deg!Buru-buru Silvi melangkah menuju karpet dekat ranjang lalu ia merebahkan tubuhnya, untuk beberapa saat pikirannya kembali ke kejadian tadi pagi."Pengen ngobrol sedikit sih tentang kampung, tapi kayaknya gak enak kalo kita cuma berdua di dalam, gimana kalo ke kafe seberang aja deket kok," ajak Odi."Iya nih Mbok lagi jagain anaknya yang sakit jadi gak bisa kerja, Ibu juga pulang, kalo mau ke kafe aku izin dulu sama Kak Alex ya," ucap Silvi lalu ia mencari ponselnya."Gak usah sih, orang deket kok, seberang doang gak bakalan marah dia," ucap Odi setengah berteriak karena ia di depan pintu."Yah … ponselnya lupa di cas dari tadi malam," jawab Silvi membuat Odi langsung tertawa."Dibilang juga apa, malah bandel, ayo bentaran aja kita disana," ajak Odi yang dibalas anggukan oleh Silvi lalu ia menutup pintu."Pak, aku mau keluar bentar ya deket kok sebentaran aja," ucap Silvi."Siap Bu Bos, jangan lama-lama ya,""Nggak Pak, bentaran," lanjut Silvi lalu mereka b
Alex langsung kaget."Kecelakaan?""Iya Pak, saya lupa ngabarin Bapak terlalu panik tadi di depan," jawab karyawannya tersebut, ntah apa yang terjadi tiba-tiba jantung Alex berdetak dengan kencang."Sekarang Silvi dimana?""Udah di bawa ke rumah sakit Pak,"Alex langsung menyambar kunci mobilnya lalu ia berlari ke parkiran, begitu ia masuk ke dalam mobil. Ia melihat ada bekal di dalam mobilnya.Tangannya bergetar mengambil kotak nasi tersebut lalu ia membukanya, detik kemudian matanya memanas melihat telor mata sapi membentuk orang senyum yang di olah oleh Silvi menggunakan kecap, Alex mengambil kertas kecil di samping telor tersebut."Maafin aku Kak," tulisnya.Tanpa membuang waktu Alex langsung melajukan mobilnya ke arah rumah sakit terdekatnya, rasa takut dan khawatir tiba-tiba menyelimutinya.Sampai di rumah sakit Alex langsung berlari masuk lalu menanyakan ruangan pasien yang baru saja kecelakaan."Pak Alex," panggil seseorang dari kejauhan, Alex langsung menoleh tanpa membuang w
Begitu keluar dari ruangan Sarah Neni langsung duduk di kursi lalu menumpahkan tangisnya, ia bingung harus bagaimana, uang di tangan hanya sedikit cukup buat dirinya dan Sarah makan.Neni berpikir keras apa yang bisa ia lakukan sekarang, jika pulang ke kampung butuh uang yang banyak di tambah lagi Sarah baru saja sadar, rasanya tidak mungkin jika ia membawa Sarah kembali ke kampung yang ada Sarah semakin trauma."Ya Tuhan bagaimana ini, kenapa coba yang engkau berikan sangat berat dan Bertubi-tubi," gumam Neni sambil lalu menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.Dari kejauhan Alex yang sedang berjalan menuju ruangan Silvi tidak sengaja melihat Neni.'Itu bukannya Tante Neni?' ucap Alex dalam hati, ia keluar sebentar ke mobil untuk mengambil bekal yang dibuatkan oleh Silvi.'Ngapain dia disini? Dan itu nangis juga,'Tidak ingin berlama-lama, Alex kembali ke ruangan Silvi, bagitu ia masuk Silvi masih setia memejamkan matanya."Silvi lihat deh, saya mau makan nih masakan kamu," ucap A
Disisi lain, Reza melihat dari balik kaca pintu memastikan ia tidak salah ruangan.Ceklek!"Assalamualaikum,""Walaikumsalam," Alex berbalik melihat yang datang adalah Reza."Apa kabar?" lanjut Alex lalu berjabat tangan dengan Reza, sedangkan mata Reza langsung tertuju pada Silvi yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit."Baik alhamdulilah, kenapa Silvi sampai seperti ini? Yang biasanya ribut mulu kalo diam gini kan aneh," ucap Reza membuat Alex kembali melihat Silvi sejenak."Ayo duduk dulu," ajak Alex lalu mereka duduk di sofa, kemudian Alex mulai menceritakan kejadian ia marah sama Silvi. Reza mendengarkan semuanya dengan tenang sambil sesekali matanya melihat Silvi."What? Kamu langsung percaya begitu saja?" tanya Reza tidak percaya membuat Alex menarik nafas dalam-dalam."Tapi Za tidak butuh bukti apa-apa, laki-laki itu berani membelai jilbabnya saat aku ada di belakang," bantah Alex."Permainan yang halus sekali, tapi itu bisa saja settingan Lex sedangkan Silvi tidak tahu apa
"I–iya - iya, a–aku akan izinin kamu pulang," jawab Alex tiba-tiba membuat Silvi berhenti memberontak, melihat Silvi tidak bergerak Alex langsung memeluknya."Maaf," lirih Alex,ia dapat merasakan Silvi memukul-mukul dadanya, tapi ia tidak peduli."Jangan sentuh aku, hiks," Silvi berusaha mendorong dada Alex sekuat tenaganya."Dengerin saya, kalo kamu mau ke pulang ada syaratnya," ucap Alex sambil menangkup wajah Silvi."Apa?" tanya Silvi di sela isak tangisnya."Izinin saya ngerawat kamu sampai sembuh, gak boleh kayak gini," jawab Alex, dengan cepat Silvi menggeleng."Aku gak mau,""Ya udah kalo gitu kamu gak boleh kemana-mana," lanjut Alex membuat Silvi semakin menangis."Gimana? Izinin saya ngerawat kamu 10 hari aja sampai kamu benar-benar sembuh," pinta Alex."Kelamaan besok juga aku sembuh, aku mau pulang aja," bantah Silvi."Gak! Saya gak mau, kamu boleh pulang asal sembuh gak sakit apa-apa lagi," kekeh Alex membuat Silvi langsung diam lalu matanya melihat ke arah lain, percuma j
Naya berjalan ke arah Silvi sambil tersenyum berbeda dengan Silvi yang menatapnya sayu sedari tadi."Hey … Kamu kenapa? Jagoan malah kecelakaan kan gak lucu," ucap Naya membuat mata Silvi berkaca-kaca."Kenapa? Elah malah nangis, perasaan dulu hatinya batu banget haha," ledek Naya membuat Silvi tersenyum lalu ia menghapus air matanya.Naya langsung memeluknya karena posisinya yang sedang duduk membuat Silvi langsung membalas pelukan Naya."Bumilnya cengeng haha akhirnya kamu kena karma dulu kamu sering ledek aku karena sering nangis, lah sekarang gantian," lagi-lagi Naya meledeknya membuat Silvi langsung memukul punggung Naya pelan."Ish … gak gitu konsepnya," ucap Silvi pelan.Sedangkan Alex ia hanya bisa menyaksikan keduanya, sebenarnya ia tau kenapa Silvi sedih begitu melihat Naya."Kamu kenapa? Kak Alex nyakitin kamu kah?" bisik Naya sepele mungkin, detik itu juga air mata Silvi terjun bebas lalu ia menggeleng."Nggak," jawabnya singkat. Naya melepaskan pelukannya lalu melihat waj
"Hah? Serius Tan? Om Wisnu melanjutkan perceraian ini sampe ke pengadilan?" tanya Indri tidak percaya."Iya, huh …," jawab Sonia sambil membuang nafas kasar."Kapan ini, Tan?""Lusa,""Tante bakal menghadirinya?" lagi-lagi Indri mencecar Sonia."Tante bingung, harus hadir atau tidak,""Hadir! Aku temenin Tante harus hadir dan semisalnya bercerai pun Tante harus kebagian harta!" tegas Indri membuat Sonia menoleh."Maunya sih gitu, tapi Wisnu udah ngancem Tante masalah harta, dia bilang akan menjarain Tante kalo Tante berani macem-macem," terang Sonia membuat Indri tidak habis pikir dengan Wisnu."Kok bisa sih Tan, kan yang selama ini nemenin om Wisnu Tante, masa setelah ketemu mantan istrinya dia begini kan gak adil, trus Alex sebagai anak gak belain Tante sedikitpun, setega itu dia!" ujar Indri mulai terpancing emosi."Yah begitulah, Tante juga bingung harus bagaimana katanya sih itu semuanya harta Mawar, cuma Tante gak tau lah," jawab Sonia acuh."Harta Mawar? Berarti itu bukan harta
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b