"Hah? Serius Tan? Om Wisnu melanjutkan perceraian ini sampe ke pengadilan?" tanya Indri tidak percaya."Iya, huh …," jawab Sonia sambil membuang nafas kasar."Kapan ini, Tan?""Lusa,""Tante bakal menghadirinya?" lagi-lagi Indri mencecar Sonia."Tante bingung, harus hadir atau tidak,""Hadir! Aku temenin Tante harus hadir dan semisalnya bercerai pun Tante harus kebagian harta!" tegas Indri membuat Sonia menoleh."Maunya sih gitu, tapi Wisnu udah ngancem Tante masalah harta, dia bilang akan menjarain Tante kalo Tante berani macem-macem," terang Sonia membuat Indri tidak habis pikir dengan Wisnu."Kok bisa sih Tan, kan yang selama ini nemenin om Wisnu Tante, masa setelah ketemu mantan istrinya dia begini kan gak adil, trus Alex sebagai anak gak belain Tante sedikitpun, setega itu dia!" ujar Indri mulai terpancing emosi."Yah begitulah, Tante juga bingung harus bagaimana katanya sih itu semuanya harta Mawar, cuma Tante gak tau lah," jawab Sonia acuh."Harta Mawar? Berarti itu bukan harta
Jleb!Ntah kenapa Alex malah ikutan merasa sedih, ia menatap Silvi sayu sedangkan Silvi masih setia menangis sesenggukan."A–awas … aku mau masak," ujar Silvi, Alex langsung menurunkan kedua tangan Silvi lalu ia menghapus air mata istrinya tersebut."Kamu lapar?" pertanyaan itu seketika lolos dari bibirnya membuat Silvi melihat sekilas lalu menggeleng, lalu ia melangkah mendekati kompor, namun belum berapa langkah tiba-tiba kepalanya pusing membuatnya langsung sempoyongan, Alex yang melihat itu langsung mengambil alih Silvi.Untungnya Silvi masih belum pingsan, tanpa membuang waktu ia langsung membopong Silvi ke kamar, perlahan ia merebahkan tubuh Silvi lalu ia meletakkan tangannya di kening Silvi."Kepalanya pusing?" tanya Alex, namun tidak ada sahutan sama sekali dari Silvi bahkan matanya sudah terpejam sedari tadi."Silvi, sayang," panggil Alex mulai panik, namun detik kemudian ia melihat tangan Silvi bergerak.'Sepertinya Silvi dari tadi lapar,' ucap Alex dalam hati lalu ia mengus
"Aku di bawah kan?" jawab Silvi sambil menunjuk lantai.Jleb!Alex yang tadinya sudah sangat ngantuk langsung duduk."Disini aja," bujuk Alex, tapi Silvi malah memeluk erat bantalnya."Tapi aku ngerasa lebih nyaman dibawah," jawab Silvi membuat Alex menghela nafas."Ya udah kamu di sini biar aku yang di bawah," ucap Alex mengalah."Gak usah, aku–"Gak terima penolakan," potong Alex lalu ia turun dari ranjang kemudian merebahkan tubuhnya di karpet, sedangkan Silvi masih berdiri melihatnya."Istirahat Silvi kamu baru aja pulang dari rumah sakit, naik ke ranjang," suruh Alex membuat Silvi diam sejenak lalu ia merebahkan tubuhnya di ranjang.***Disisi lain, Reza baru saja pulang sholat isya dari masjid."Sepi? Apa Zahra udah tidur?" gumam Reza lalu ia menuju kamar.Ceklek!"Assalamualaikum,""Shut … walaikumsalam, jangan berisik Kak, baru aja tidur dari tadi nangis terus," ucap Naya pelan yang dibalas anggukan oleh Reza lalu ia meletakkan pecinya di atas meja."Ke ruang tengah yuk, aku m
Disisi lain hampir satu jam Alex menunggu Pak Herdi namun belum datang juga membuatnya serba salah, Alex melihat dari jendela kamar mereka sesekali ia melihat Silvi yang terlihat memejamkan matanya, tapi ia tau Silvi tidak tidur.Alex bingung harus bagaimana, mau ngajak Silvi ngomong juga pasti hasilnya nihil.Tok! Tok! Tok!Mendengar itu Alex buru-buru keluar dari kamar, rasanya ia sudah tidak sabar ingin memberikan mangga itu pada Silvi."Ada gak Pak?" tanya Alex begitu buka pintu, Pak Herdi langsung menyerahkan mangga tersebut pada Alex."Ada nih Pak, tapi kayaknya daunnya banyak banget ini haha," jawab Pak Herdi membuat Alex langsung melihat kantong plastik tersebut.Tangannya masuk ke dalam plastik memastikan ada mangga atau tidak, detik kemudian matanya melotot mendapati mangganya hanya dua biji sedangkan daunnya memenuhi kantong plastik."Apa-apaan ini! Wah … gak bisa dibiarin ini, saya di kerjai sama Reza ternyata," umpatnya membuat satpamnya tersebut cekikikan."Ya udah Pak B
"Kamu mau ngapain lagi? Gebrakan apa lagi yang mau kamu bikin?!" lanjut Wisnu nadanya bahkan mulai naik."Eh … santai-santai Mas, jangan marah-marah, aku kan cuma ngingetin aja," jawab Sonia dengan muka dramanya membuat Wisnu langsung menghela nafas panjang."Satu hal yang harus kamu ingat Sonia, sekali saja kamu berani mengusik Mawar, siap-siap kamu bakal di penjara seumur hidup, aku pastikan itu! Jangan kira karena saya selama ini baik sama kamu, saya gak berani melakukan itu, saya berani walaupun saya harus di penjara juga karena terhasut oleh mulut manismu itu, cam kan itu Sonia!" tegas Wisnu membuat Sonia diam sejenak, apa Wisnu bercanda?"Kamu belum gila kan Mas?""Sudah, kalo berhadapan dengan kamu harus gila biar berani nekat," ketus Wisnu lalu ia meninggalkan Sonia begitu saja."Tante!" panggil Indri dari kejauhan membuat Sonia langsung menoleh."Tante are you ok?" tanya Indri yang dibalas anggukan oleh Sonia."Iya, kamu sendiri?" tanya Sonia balik yang dibalas anggukan oleh
Jleb!"Udah Er itu matanya merah loh, ntar Pak Reza liat," lerai teman yang di sampingnya, tapi Erna malah terkekeh."Ya gimana ya, namanya saya kenal dan pernah liat dia gak se alim ini tau, kaget sih hehe tapi gak apa-apa, orang sekarang mah begitu kan banyak bersembunyi di balik jilbab," sindirnya, Nurul tetap berusaha agar tidak terlihat lemah di depan Erna."Jangan menghakimi orang Mbak, belum tentu yang Mbak katakan ini sesuai dengan kenyataannya," ucap Nurul membuat Erna kaget, detik kemudian ia tepuk tangan.Prok! Prok! Prok!"Wow … luar biasa ya, udah bisa ceramah juga sekarang, iya sih bener yang kamu bilang tapi yang namanya jalang ya tetap jalang gak sih," sinisnya membuat Nurul kembali diam."Ok deh Maura, selamat menikmati pekerjaan kamu, jangan lupa kalo bosan cari yang lain ok, sayang," ledek Erna sambil mencolek dagu Nurul lalu pergi begitu saja.Setelah Erna pergi Nurul kembali lemas, ia meremas gamisnya berusaha mati-matian menahan tangis, lalu ia mendongak berusaha
"Em … nggak Pak, itu tadi saya cuma bercanda," jawab Erna takut membuat Reza memicingkan matanya."Bercanda? Bercanda kamu bilang, adik saya sampai nangis dan pingsan, apa itu bercanda?!" bentak Reza, Erna semakin takut mendengar suara Reza yang menggelegar"Jangan mentang-mentang kamu udah karyawan lama merasa seenaknya ya di kantor ini, jangan bilang ke karyawan lain pun kamu sering seperti ini," ujar Reza yang dibalas gelengan oleh Erna."Nggak, berarti cuma ke adik saya aja kamu kayak gini, luar biasa sih kamu, hebat sekali kali. Mulai sekarang saya pecat kamu dari kantor ini silahkan angkat semua barangmu untuk gaji jangan khawatir akan di kirim sama bendahara," tegas Reza membuat Erna kaget."Ta–tapi Pak kontrak saya kan masih satu tahun lagi," sanggahnya membuat Reza mengangguk."Betul, tapi kamu juga harus baca hal-hal yang bisa membatalkan kontrak salah satunya menghina, memfitnah atasan dan Nurul atasan kamu, dia adik kandung saya, paham!" debat Reza membuat Erna langsung te
[Alex! Apa kamu sudah gak punya malu!] bentak Indri membuat Silvi kaget, tapi tidak dengan Alex, ia dengan santainya melihat kamera.[Memangnya kenapa?] tanya Alex semakin merapatkan dirinya pada Silvi, walaupun tangan Silvi dari bawah sudah memberikan kode untuk tidak mepet, Alex tidak peduli.[Aku bisa laporin kamu Lex! Gak pantas kamu begini!] bentak Indri yang sudah terbakar api cemburu.[Laporin aja, laporin sekarang. Saya tunggu di rumah][Al–[Yang ada saya yang laporin kamu dan teman kamu itu ke polisi karena selalu mengusik rumah tangga saya, sekali lagi saya tegaskan Indri sampai kapanpun, saya tidak akan pernah melepaskan atau menceraikan Silvi, never!] tegas Alex membuat Silvi mendongak melihat wajah Alex yang begitu serius.[Haha yakin? Yakin mau hidup sama perempuan begitu sampai akhir?] tanya Indri dengan nada meledek membuat Alex tersenyum miring.[Tentu saja, dibanding sama kamu mohon maaf ini mah ya, kamu ngasih jadiin saya raja sekalipun, gak perlu ngapa-ngapain, ti
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b