Share

Bab 68.

Author: Vita Zhao
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading.

"Keluar!" Titah Ansel menatap lekat wajah Rula.

"Ansel, tolong bantu aku kali ini saja. Aku mohon jangan usir aku dari dalam di sini," Rula benar-benar tidak tahu lagi harus membujuk Ansel dengan cara apa supaya dia mau menolongnya.

"Kau mau aku menolong mu 'kan? Kalau begitu turun dan pindah ke kursi belakang," tukas Ansel sambil menatap para pria berbaju hitam yang kini mulai memeriksa setiap mobil yang berjejer di depannya.

Rula tersenyum saat mendengar ucapan Ansel, ia sudah salah berburuk sangka kepada pria yang memang baik hati itu. Tanpa menunggu lama, Rula bergegas turun dari dalam mobil berwarna hitam itu, lalu pindah ke kursi belakang sesuai dengan yang diperintahkan oleh sang pemilik mobil tersebut.

"Di sana ada jaket dan masker, kau pakai saja itu supaya tidak ada yang mengenalimu," kata Ansel. "Setelah itu berbaringlah," imbuhnya memasang wajah serius.

Lagi-lagi Rula hanya bisa patuh dengan perintah Ansel. Diberikan pertolongan dia sudah sangat bahagi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 69.

    Happy Reading. Serly pulang lebih awal diantar oleh Emeli karena tadi sempat pingsan di kantor akibat kelelahan. Dia memang disuruh pulang oleh Liam, asisten Thomas--pemilik perusahaan Company. "Kenapa sampai pingsan, kamu sakit?" tanya Emeli. "Kita ke dokter ya," imbuhnya sangat khawatir melihat wajah pucat Serly. "Enggak usah, aku cuma kecapean kok. Mending kamu balik lagi ke kantor, maaf sudah merepotkan mu," kata Serly tulus. "Hey, jangan merasa enggak enak, aku tulus kok bantuin kamu. Pokoknya kalau butuh apa-apa, kamu telepon saja aku," Emeli memang sangat tulus kepada Serly, hanya saja temannya itu masih sangat canggung. "Iya, makasih banyak, Emeli," Serly bersyukur bisa mendapatkan teman sebaik dan setulus Emeli, hal tersebut mengingatkannya kepada Zayla yang sangat ia rindukan. Setelah Emeli kembali ke perusahaan company, Serly duduk termenung, ia memikirkan masa depannya yang sudah dibuat hancur oleh Kakak dari sahabatnya sendiri. "Huh! Kacau! Coba saja dia mau berjuan

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 70.

    Happy Reading. "Ada apa, hum?" tanya Ansel sangat lembut, ia takut menyinggung perasaan sang pujaan hati. Serly masih setia memeluk tubuh Ansel yang membuatnya sangat hangat dan nyaman. Kepalanya menggeleng pelan seolah enggan menjawab pertanyaan Ansel. Sekalipun Serly bercerita, dia bingung memulainya dari mana. "Ya sudah kalau enggak mau cerita, tapi aku siap menjadi pendengar yang baik buat kamu kapanpun kamu mau," ucap Ansel tulus. Ia mencium puncak kepala Serly penuh dengan cinta. "Jangan pergi," hanya itu yang Serly katakan, itupun suaranya hampir tak terdengar. "Aku akan di sini menemanimu, kalaupun kamu mengusir ku, aku akan tetap di sini," kata Ansel terkekeh kecil. Serly mengulas senyum samar yang dapat dilihat oleh Ansel. Dalam hati ia sangat senang mempunyai Ansel yang mau mencintainya dengan sepenuh hati, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa dirinya sangat kecewa terhadap perlakuan Ansel semalam. Padahal pria itu hanya perlu menunggu dan berusaha lebih keras lagi dal

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 71.

    Happy Reading. Zayla duduk di sisi ranjang sambil menyusui anaknya. Ia teramat senang akhirnya bisa melihat sang buah hati yang selama 9 bulan bersemayam di dalam perutnya. "Sayang, kapan Gabriel berhenti menyusu?" tanya Arion merengek manja. "Aku jadi terabaikan," gerutunya merasa kesal. Ternyata saingan terberat itu bukan pria lain, melainkan anak sendiri yang menjadi prioritas istrinya setelah putranya lahir. Katakan saja Arion cemburu. "Tunggu sebentar lagi, Kak. Biasanya Gabriel kan memang lama nenennya. Kakak bisa istirahat duluan kok," cetus Zayla tanpa menoleh ke arah Arion. "Jangan seperti anak kecil yang mau dimanja, sekarang ada Gabriel, jadi kalian harus giliran kalau mau punya waktu dengan aku," "Sayang," Arion semakin merengek sambil bergayut manja di lengan sang istri yang terbebas dari Gabriel. "Shuuut! Nanti Briel bangun," bisik Zayla terkekeh kecil, ia merasa lucu dengan tingkah suami manjanya itu. "Iy, iya," Arion pun membaringkan tubuhnya di agar ranjang, men

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 72.

    Happy Reading. "Hai," sapa Rafly saat pintu kontrakan Serly terbuka. "Silahkan masuk," Serly mempersilahkan calon tunangannya masuk ke dalam kontrakan. "Silahkan duduk," lagi-lagi Serly memperlakukan Rafly seperti tamu yang baru dia kenal. "Kamu tinggal sendirian di sini?" tanya Rafly menatap sang pujaan hati. "Iya," jawab Serly singkat dan padat. "Mau minum apa?" Serly mengalihkan pembicaraan karena ia sangat malas dan ingin segera mengusir Rafly dari sana. "Enggak perlu repot-repot, duduk saja di sini. Aku ingin berbicara serius sama kamu," pinta Rafly seraya menarik pergelangan tangan Serly hingga wanita itu terduduk di sampingnya. Serly benar-benar tidak nyaman duduk berdekatan dengan Rafly, sebenarnya ia sangat tidak suka dengan pria pilihan kedua orang tuanya itu. Sudah tak terhitung berapa kali dia hampir dilecehkan saat berduaan di suatu tempat, beruntung Serly mempunyai berbagai macam alasan agar bisa terbebas darinya. "Aku sangat merindukan mu, Sayang," ucap Rafly den

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 73.

    Happy Reading. 2 minggu berlalu ... Zayla menatap kartu undangan dari sahabatnya, Serly. Setelah lama tidak mendapatkan kabar darinya, ia dikejutkan dengan kabar pertunangan Serly dengan pria bernama Rafly yang akan digelar besok malam. Harapannya musnah karena tujuannya untuk menjodohkan Ansel dengan Serly sudah gagal. Padahal Zayla sangat menginginkan Serly menjadi kakak iparnya, tapi apalah daya, sahabatnya itu sudah menemukan pria pilihannya. Ia belum tahu kalau Serly terpaksa dengan perjodohan itu. "Kenapa wajah kamu ditekuk begitu? Apa kamu enggak senang dengan kabar bahagia ini, hum?" ucap Arion kepada sang istri. "Aku enggak tahu harus senang atau sedih, Kak. Tapi ya sudah kalau ini memang pilihan Serly, aku hanya bisa mendukungnya dan turut bahagia atas pertunangannya nanti," jawab Zayla tak bersemangat. Ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya karena sakit pasca melahirkan sudah sembuh total. "Ada apa, hum? Ayo cerita sama aku," pinta Arion merasa ada yang disembuny

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 74.

    Happy Reading. Pyaaar! Ansel melempar gelas ke dinding kamar saat flashback pada kejadian malam itu. Malam yang dia anggap sebagai perpisahan justru menyisakan luka yang teramat dalam, bagaimana mungkin Ansel bisa melupakan Serly sedangkan malam itu sang pujaan hati terus menyerukan namanya saat mereka bercinta. Bahkan Ansel merasa kalau Serly sudah membalas perasaannya, tetapi saat percintaan itu usai, Serly justru langsung mengusirnya begitu saja di saat nafas keduanya masih memburu. "Cepat pergi dari sini, sebelum aku benar-benar membencimu Ansel. Jujur saja ini sangat indah, tapi aku tak ingin terus seperti ini." Kata Serly kala itu dengan nafas yang tersengal-sengal sehabis bercinta. Dengan rahang mengeras, Ansel turun dari atas ranjang dan memungut pakaiannya. Tak butuh waktu lama Ansel langsung keluar dari dalam kamar setelah membenahi pakainya dan membanting pintu dengan sangat keras sehingga Serly terlonjak kaget. Tanpa Ansel sadari wanita cantik itu menangis sejadi-jad

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 75.

    Happy Reading. Malam ini adalah acara pertunangan Serly dan Rafly, semua tamu undangan sudah hadir memenuhi ruang acara yang dilaksanakan di hotel Berlian. Keluarga Wesley dan keluarga Orlando turut hadir di sana tak terkecuali dengan Ansel. Dia harus pura-pura tegar melihat wanita yang dicintainya bertunangan dengan pria lain. Tak sengaja tatapan matanya bertemu dengan Serly, tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain. Namun, Ansel lebih dulu memutus kontak mata itu dan berpindah tempat ke pojokan ruang acara yang mana di sana ada Emili, teman kampus Serly. "Temennya Serly?" ucap Ansel saat tiba di samping wanita bergaun merah itu. "Iya, siapa?" tanya Emili kepada sosok pria tampan di hadapannya. "Aku Ansel, Kakaknya Zayla, sahabatnya Serly," ungkap Ansel memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya. Hal yang belum pernah ia lakukan pada orang asing. "Emili, temen kampus Serly," dengan cepat Emili menerima uluran tangan Ansel, ia merasa beruntung bisa berkenalan dengan

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 76.

    Happy Reading. Wajah Serly ditekuk saat memasuki kamar hotel, hatinya masih panas jika mengingat bagaimana mesranya Ansel bersama Emeli saat berdansa tadi. "Dasar buaya! Katanya cinta, tapi gampang banget cari pengganti. Pasti kelakuan dia memang seperti itu sebelum mengatakan cinta sama aku. Ah, bodoh sekali kau Serly!" Gerutunya menghardik dirinya sendiri. Berbagai macam pikiran buruk melintas dibenaknya dari saking cemburunya dia terhadap Ansel. Apa! Cemburu? Yang benar saja. Bahkan Serly berniat untuk melupakan pria brengsek itu. "Awas saja kalau ketemu, aku pastikan dia habis di tanganku." Kecamnya penuh amarah. Ia sampai tak mendengar suara ketukan pintu dari luar. "Sayang, ini aku. Buka pintunya dong," ucap Rafly dari luar sana, pasti pria itu sedang berakting supaya diizinkan masuk ke kamar tunangannya oleh para orang tua. "Astaga! Manusia satu itu bisanya cuma mengganggu saja," gerutu Serly sambil lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar. "Ada apa?" ketus

Latest chapter

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 109.

    Happy Reading. 2 tahun kemudian. "Mama Biel mau cucu," teriak bocah berusia 2 tahun setengah sambil merengek manja minta dibuatin susu. Logatnya masih belepotan dan dibuat buat cadel, padahal Gabriel sudah bisa mengucapkan huruf R, hanya saja bocah itu kadang manja dan berbicara seperti itu. "Iya, sayang. tunggu sebentar. Mama lagi ganti popok adik kamu," balas Zayla dari dalam kamar. Yeah, dia sudah punya anak lagi berjenis kelamin perempuan. "Mana biar aku yang ganti pokok si cantik, kamu temui Gabriel sebelum anak itu berulah," Arion mengambil alih pekerjaan sang istri yang belum selesai mengganti popok sang putri. "Makasih, Dear," satu kecupan mendarat sempurna di pipi Arion dari sang istri tercinta. Arion tersenyum lembut kepada bayi mungil nan cantik versi dirinya perempuan. Kedua anaknya mewarisi wajah Arion semua, Zayla hanya mengandung dan melahirkannya tanpa ada satupun anak-anaknya yang mirip dengannya. Gisella Arieta Wesley, nama yang cantik secantik wajah bayi mung

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 108.

    Happy Reading. Randy menatap sang adik yang baru pulang dari cafe depan setelah makan siang bersama dengan Johan. Wajah ibu hamil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah sudah mati rasa akan cinta. Ah, bukankah Laudya memang tidak pernah jatuh cinta selama ini? Kepada Rafly pun ia tidak merasakannya dan cuma sebatas partner ranjang saja. "Gimana?" cetus Randy bertanya kepada sang adik, ia sangat penasaran proses Johan mendekati adiknya tersebut. "Gimana apanya?" Laudya justru bertanya balik karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kakak. "Acara makan siang tadi," Randy tidak langsung to the point, tangannya meletakkan lap meja yang sedari tadi ia genggam sehabis membersihkan tempat di sana karena sebentar lagi toko kue akan segera tutup. "Lancar," jawab Laudya sekenanya, ia tidak berpikir kalau pertanyaan sang Kakak mengarahkan pada hal lain bukan pada acara makan siang saja. Randy menghela nafas kasar karena sang adik tak kunjung mengerti maksud perkataannya, s

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 107.

    Happy Reading. Kota D. Laudya dan Randy sukses memulai hidup baru hanya berdua di sana. Kehamilan Laudya sudah berusia 3 bulan, dia sangat sehat dan bisa bekerja dari rumah dengan membuka usaha usaha kecil-kecilan, yaitu toko kue aneka rasa. Sisa uang pemberian dari Rafly masih sangat banyak, tetapi tidak Laudya pakai semuanya karena dipersiapkan untuk biaya persalinannya nanti. Sekarang tabungannya mulai menipis setelah membuka toko kue dengan biaya pembelian tanah yang cukup mahal. Meskipun mereka tinggal jauh dari kota besar, tetap saja apa-apa serba mahal. Itupun menghabiskan hampir semua tabungan yang Laudya punya. Sebagian kecil ia sisakan untuk calon anaknya nanti. Laudya memang berbakat di bidang pembuatan kue sesuai dengan kemampuannya selama ini. Sebelumnya dia juga bekerja di pabrik kue pie dan kek, sekarang dia tidak akan kesulitan jika membuka toko kue kecil-kecilan karena sudah berpengalaman di bidang tersebut. Akan tetapi, Laudya sedikit bimbang karena semakin bert

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 106.

    Happy Reading. Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah dua bulan dari kematian Juanda. Semua orang sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu juga dengan Zayla yang kembali memasuki kuliah di fakultas yang sama dengan Serly. Kehadirannya di sana disambut hangat oleh teman-temannya di kampus. Mengenai Gabriel sudah ada Ririn yang menjaganya selama Zayla beraktivitas di kampus. "Aku seneng banget bisa menikmati suasana kampus walaupun di kampus yang berbeda. Tapi, di sini aku mendapatkan kenyamanan yang sangat luar biasa yang enggak aku dapatkan di kampus sebelumnya," ucap Zayla sambil menikmati suasana taman di belakang kampus. "Aku ikut bahagia, Zay. Ini adalah impianku dari dulu bisa satu kampus sama kamu," Serly tersenyum senang kepada sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Uh, sayang banyak sama Kakak iparku yang cantik ini," pelukan hangat Zayla berikan kepada Serly, mereka berdua sama-sama bahagia akan hal itu. Takdir berpihak kepadanya sehingga tetap menyatukan

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 105.

    Happy Reading. Rula menangis histeris saat mengetahui bahwa Papanya sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan. Sungguh hatinya sangat sakit, walaupun ia tahu orang seperti apa sang Papa, tetap saja tidak ada seorang anak yang membenci Papanya sendiri. Roger mendekati sang istri yang duduk di samping makam mertuanya. Padahal dia belum sempat bertatap muka dengan Juanda bahkan di hari pernikahannya sekalipun dia tidak bisa menghubunginya. Roger menyerahkan semuanya ke wali hakim saat melaksanakan acara pernikahan kala itu bersama Rula. "Jangan menangis, kasian anak kita," ucap Roger memperingatkan sang istri akan calon anaknya. "Kamu enggak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai di dunia ini. Papa adalah cinta pertamaku, bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergiannya, apa kamu waras berkata seperti itu, huh!" akibat terlalu sedih, Rula marah-marah kepada suaminya sendiri dan salah mengartikan ucapan Roger barusan. 'Sabar Roger, hormon ibu hamil memang naik

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 104.

    Happy Reading. Jika kemarin adalah hari bahagia bagi Ansel dan Serly, sekarang adalah hari terbahagia bagi Zayla dan Arion. Sesuai yang telah direncanakan, mereka berdua melangsungkan acara resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 milik keluarganya sendiri di tengah-tengah kota. Tamu yang hadir melebihi banyaknya tamu Ansel dan Serly 2 minggu yang lalu, sekarang pengantin baru itu turut andil dalam pernikahan Zayla dan Arion. Bahkan mereka lah yang meng-handle semua persiapan acara tersebut. Semua anggota keluarga mengucapkan selamat kepada sang pengantin baru, yeah anggaplah begitu walaupun mereka sudah lama resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang hanyalah pesta perayaannya yang digelar sangat mewah. "Aku enggak nyangka bisa hidup bersamamu," ucap Arion tak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri. "Aneh ya, Kak. Kita dibesarkan sebagai Kakak dan Adik, eh sekarang malah jadi pasangan suami istri," balas Saya terkekeh kecil. "Andaikan Mama sama Papa masih ada, me

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 103.

    Happy Reading. Laudya menunggu sang Kakak di depan rumah, hatinya begitu resah, ia benar-benar mencemaskan Kakaknya yang pergi entah ke mana. Hingga datang sebuah taksi dan berhenti di dekatnya, ternyata Randy penumpang dari taksi tersebut. "Kakak dari mana, aku cariin dari tadi," ucap Laudya menghampiri sang Kakak, wajahnya terlihat sangat lesu seolah ada beban berat di pundaknya. "Maaf, sudah membuat mu khawatir. Ayo ke dalam ada yang mau Kakak bicarakan," setelah membayar taksi barusan Randy masuk ke dalam rumah diikuti oleh Adiknya. "Mau bicara soal apa, Kak?" tanya Laudya begitu penasaran, tatapannya tak lepas dari wajah sang Kakak yang tak bersemangat. "Besok kita akan pindah ke luar kota, kita mulai semuanya dari nol, kita besarkan anak kamu bersama-sama. Jangan pernah menghubungi pria itu dengan tujuan meminta tanggung jawab, jangan merendahkan harga diri kamu di depan pria brengsek seperti itu. Ada Kakak yang selalu ada buat kamu, asalkan kita sama-sama jujur dalam hal a

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 102.

    Happy Reading. Tanpa sepengetahuan Laudya, Randy mencari alamat rumah pria yang sudah menghamili adiknya. Ia harus meminta pertanggungjawaban kepada pria itu apa pun yang terjadi, Randy tidak mau Laudya hamil tanpa suami. Berbekalkan nomor Rafly yang ia curi dari ponsel adiknya, Randy nekat pergi ke rumah pria itu yang katanya ada di tengah-tengah kota. Randy mendapatkan informasi itu dari sosial media yang ternyata Rafly bukanlah orang sembarangan. Dari semalam Randy menghubungi nomor Rafly tetapi tak ada jawaban dari sana, membuat Randy semakin kalang kabut dibuatnya. Tentu saja Rafly tidak bisa dihubungi, ia sedang patah hati dan mengurung diri di dalam kamarnya sejak semalam. Lebih tepatnya setelah ia menjadi pusat perhatian di pesta pernikahan Serly yang tak sengaja menjatuhkan gelas di dekat pintu ruang acara. Tok! Tok! Tok! "Raf, ada yang cari kamu di bawah, turun yuk," ucap Mayang dari balik pintu kamar, ia paham bagaimana perasaan putranya saat ini, karena itulah ia mema

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 101.

    Happy Reading. Malam yang seharusnya menjadi malam pertama yang indah bagi pengantin baru, tidak dengan Serly dan Sean. Pengantin wanita mengadakan sidang keluarga di ball room hotel setelah para tamu undangan pulang semua. "Jelaskan kenapa bisa seperti ini?" cetus Serly menatap satu persatu wajah orang-orang yang sudah membohonginya. "Pa, Ma, Siapa yang akan menjelaskannya?" cecar Serly menatap kedua orang tuanya, mereka berdua juga tidak tahu harus menjelaskannya dari mana. "Begini saja, Nak. Bagaimana kalau Ansel yang menjelaskannya secara detail sama kamu di kamar," tawar Rina kepada sang menantu, ia juga enggan mengatakan secara langsung bagaimana asal mula rencana itu tersusun. Tatapan Serly menghunus tajam pada sang suami yang duduk di sampingnya, menuntut persetujuan dari suaminya itu. "Baiklah, aku yang akan menceritakan semuanya sama kamu. Kalau begitu ayo kita ke kamar, kasian orang tua kita pasti kelelahan dan ingin beristirahat," kata Ansel menatap sendu, Ia takut is

DMCA.com Protection Status