Home / Romansa / Penjara Hati Bos Arogan / Bab 31. Alya Mulai Menerima Takdir

Share

Bab 31. Alya Mulai Menerima Takdir

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2024-04-23 23:52:32

Malam yang Alya lalui kembali menjadi suram. Sesuram dengan hati dan perasaan yang menyayat dalam dirinya.

Perilaku yang dilakukan oleh Evan, suaminya itu sama sekali tidak berperi kemanusiaan. Dan setiap lirih yang Alya lakukan, sama sekali tidak mendapatkan sedikitpun belas kasih dari suaminya.

Bahkan pergerakan yang Evan lakukan begitu brutal. Sama sekali tidak menunjukkan kelembutan atas hubungan suami istri pada umumnya.

Seharusnya Evan bisa meminta hak sebagai seorang suami dengan lebih baik kepada Alya. Bukan maksud Alya menolak permintaan Evan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Melainkan, area vital diantara kedua paha yang Alya rasakan masih terasa perih akibat hujaman yang tidak berbelanja kasih yang dilakukan oleh Evan untuknya pertama kalinya.

Dan kini, bukan hanya luka fisik di bagian intim yang kembali Alya terima. Melainkan Evan yang tersedia memukul dan menampar Alya yang entah sudah beberapa kali suaminya itu melakukannya.

Dan kini, pria yang sudah puas deng
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
kasihan Alya diperlakukan kasar sama Evan. harusnya kan bisa dibicarakan baik². sabar y Alya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penjara Hati Bos Arogan   32. Alya Pingsan

    Evan setelah berkata seperti itu pada Alya, dengan begitu saja berlalu dari hadapan Alya. Dengan langkahnya yang meragu. Alya melangkah pelan, membiarkan Evan beralalu lebih dulu dari hadapannya. Alya tidak ingin berada dalam satu lift bersama dengan Evan. Maka melangkah pelan, adalah jalan yang ia ambil agar Evan bisa pergi lebih dulu darinya. Alya bisa melihat, jika ponsel pria yang sedang melangkah di depannya itu sedang berdering. Dan Dia pun dapat melihat pergerakan tangan Evan yang mengambil ponsel dan menempelkan tepat di samping telinganya.“Sudah aku bilang. Aku tidak mau berurusan lagi denganmu. Jangan pernah hubungi aku lagi,” kata Evan dengan begitu tegas. Tanpa menunggu lama, pria itu mematikan panggilan yang diterimanya itu dengan sepihak. Kemudian berlalu cepat menuju lift yang terbuka setelah Evan memencetnya. Bukan kata yang menyapa pada kedua insan yang terikat oleh pernikahan Siri tersebut. Melainkan tatapan mata penuh kebencian yang Evan lakukan terhadap Alya,

    Last Updated : 2024-04-24
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 33. Harus Istirahat

    Beberapa orang yang ada di sekitar tempat karyawan pabrik melakukan absensi kehadiran itu pun menoleh ke sumber suara yang tidak begitu asing baginya itu. Mendapati anak pemilik pabrik tempat mereka bekerja dengan tatapan mata tajam ke arah mereka itu pun berhasil membuat beberapa orang yang sedang membantu Alya itu menjadi bungkam. Selain belum mengenal dekat pada Evan mereka hanya tahu dari kabar yang beredar jika Evan adalah pria yang tidak ingin dibantah dan tidak menerima tolerir sedikitpun dengan alasan apapun.“Eh, Pak Evan.” Salah satu pria yang baru saja hendak membantu rekannya untuk mengangkat tubuh Alya itu membuka suara. Dia menoleh kepada Alya yang pingsan, dan beralih kembali pada pria yang berdiri beberapa jarak dengan mereka itu. “Ini ada karyawan desain pingsan, Pak,” kata pria itu pada Evan yang menatap tajam padanya itu. “Jadi kami akan bawa dia ke klinik,” sambung salah satu pria yang sedang menyangga tubuh Alya yang tengah pingsan itu. Jika dibilang Alya

    Last Updated : 2024-05-05
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 34. Rencana Alya

    “Saya sudah menghubungi divisi bagian tempatmu bekerja. Jadi, kamu tidak perlu cemas dan khawatir jika atasanmu akan marah denganmu,” kata dokter Retno pada Alya. Alya yang mendengar kabar jika sang dokter sudah menghubungi bagian divisi tempatnya bekerja itu menautkan kedua alisnya. Bagaimana bisa dokter itu tahu, bagian divisi tempatnya bekerja. “Dokter tahu, saya di bagian apa?” tanya Alya dengan rasa penasaran yang terjadi padanya kali ini.Dokter Retno mengulas senyum tipisnya, dia juga memberikan anggukan pada Alya yang terkejut atas kabar yang baru saja ia berikan itu. “Ya, saya tahu. Tadi karyawan yang bantu bawa kamu ke sini bilang, jika kamu adalah anak desain. Jadi saya tadi menghubungi atasan kamu untuk memberitahukan jika ada anak buahnya sedang dapat perawatan dan harus istirahat di sini,” jelas Dokter Retno menyampaikan pada Alya. Alya terdiam, dia mengangguk mendengar setiap kata yang disampaikan oleh Dokter wanita yang berusia sekitar empat puluh lima tahunan itu

    Last Updated : 2024-05-06
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 35. Berkumpul Kembali

    “Wa’alaikum salam.” Suara jawaban salam dari dalam sudah begitu sangat Alya rindukan beberapa hari ini. Tanpa terasa cairan bening dari balik kelopak matanya itu tiba-tiba mengalir begitu saja. Dengan cepat Alay mengusapnya, karena tidak ingin Safa melihat saat adiknya tersebut membuka pintu rumah kontrakannya. “Mbak,” kata Safa.Gadis yang baru akan lulus SMA itu nampak terkejut saat mendapati Kakaknya sudah berdiri di hadapannya. Bagaimana Safa tidak akan terkejut? Karena tahu jika waktu siang hari yang seharusnya Alya masih berada di tempat kerjanya dan saat ini sang Kakak sudah berdiri tepat di hadapannya. “Dek. Ibu ada?” tanya Alya.Orang pertama yang dia cari adalah ibunya. Orang yang begitu berarti dan menjadi sumber semangat untuknya mencari uang. “Ada Mbak. Mbak nggak kerja? Bukankah seharusnya jam segini Mbak masih berada di tempat kerja?”Safa yang sedang bingung itu pun tidak berhenti bertanya. Dia melebarkan daun pintu rumah kontrakannya, mempersilahkan Alya masuk

    Last Updated : 2024-05-08
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 36. Drama Evan

    “Sholat dulu. Tadi juga handphone-mu bunyi terus. Ibu angkat, eh, nggak ada suara,” “Ibu bangunkan kamu, apii nggak bangun-bangun. Ya sudah, ibu angkat saja.”Sang ibu juga menyampaikan kabar pada Alya jika saat Alya terlelap dalam mimpinya itu dering ponsel terus berdering dan Alya yang tak kunjung membuka matanya. Alya yang baru saja bangkitt dari atas kasurr sederhana, yang tentu tidak senyaman kasur yang ada di apartemen Evan itu menghentikan langkahnya. Menatap penuh tanya lewat sorot mata pada sang ibu, sebelum akhirnya dia membuka suara. “Telepon?” tanya Alay memastikan setelah beberapa detik terdiam. “Iya. Pak Evan, kalau tidak salah, nama di kontaknya.”Nafas yang semula bisa keluar masuk dengan begitu bebas, kembali tercekat. Debaran di jantung semakin berdetak tak karuan. Buka sedang jatuh cinta. Lebih tepatnya pikiran Alya yang ke mana-mana. Sebab apa yang membuat Evan menghubunginya. “Teman kerja kamu mungkin, Nak.”“Eh, iya Buk. Mungkin ada sesuatu yang mau ditanya

    Last Updated : 2024-05-09
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 37. Perintah Melayani

    Langkah Evan terhenti, kemarahannya pun masih meluap-luap seiring dengan merahnya senja yang menghias di ujung Cakrawala dunia.Dia terdiam sesaat, ketika mendapati sang istri sudah berada tepat di depan pintu apartemennya. Memang pria itu sebelumnya mencari informasi tentang keadaan yang terjadi pada diri Alya saat di kantor. Dan yang dia dapatkan dari sang dokter jika Alya sudah kembali ke rumah untuk beristirahat atas perintah yang diberikan dokter perusahaan. Ana, kekasih Evan yang mendapati kehadiran wanita yang tak asing baginya itu pun memicingkan mata kepada Evan, sang kekasih.Melihat keberadaan wanita lain tepat di depan Apartemen kekasihnya itu membuat wanita yang sedang berusaha membujuk Evan untuk menerimanya kembali itu seolah mendapatkan celah.“Hon, buat apa dia ke sini?” tanya Alya dengan ekor mata memicing curiga ke arah Evan.“Bukan siapa-siapa. Kamu keluarlah dari sini! Tak ada lagi yang harus dibicarakan di antara kita. Dan aku tegaskan lagi kepadamu bahwa kita

    Last Updated : 2024-05-10
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 38

    Jantung Alya berdegup dengan begitu kencang. Bukan karena dia sedang jatuh cinta atau apapun itu. Melainkan karena Alya yang sedang cemas dengan apa yang hendak Alya lakukan. Meski berat untuk melangkah, tetapi Alya terus berusaha melanjutkan langkah kaki menuju di mana Evan menghilang dari pandangannya. Begitu pelan, bahkan saat lengan mungilnya itu memutar handle pintu kamar tidur Evan. Alya semakin merasakan debar jantungnya itu berpacu dengan begitu kencang. Meski ragu dia tetap melanjutkan langkah membuka lebar dan masuk ke dalam kamar suaminya. Alya dapat melihat punggung tegap yang berdiri itu menghadap jendela besar yang menunjukkan pemandangan kota yang ada di sana. Alya sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Evann yang ada di sana. Langkah kakinya lebih memilih menuju di mana kamar mandi berada. Alya menyiapkan segala keperluan yang Evan pinta padanya tadi. Setelah semuanya siap, dia pun keluar berganti untuk menyiapkan pakaian ganti pria itu. Setelah sem

    Last Updated : 2024-05-12
  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 39. Terkejut

    Alya membiarkan Jerry membawa Evan masuk ke dalam kamar pria yang sedang mabuk tak berdaya tersebut. Sedang Alay mengikuti langkah mereka dari belakang tubuh pria yang sama-sama gagah itu. Hanya saja, Jerry terlihat lebih kurus dari sang suami tapi Alya sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun sejak mengirinng kedua pria itu. Sepertinya, Jerry yang mengaku sebagai teman Evan itu sudah sangat tahu dimana kamar suaminya itu berada. Sebab, tanpa Alya kasih tahu pun pria itu sudah melangkah menuju ke kamar sang suami. “Biar aku buka pintunya dulu,” kata Alya, dia mempercepat langkahnya demi bisa membukakan pintu kamar Evan dan memudahkan teman suaminya itu membawa tubuh besar Evan masuk ke dalam.Jerry menunggu sejenak, sebelum akhirnya pria itu benar-benar membawa masuk Evan ke dalam menuju ke ranjang pria tersebut.“Bangke, berat banget sih badan lo. Sialan!” Umpat pria itu setelah berhasil melempar tubuh kekar sang teman.Alya terdiam, dia sama sekali tidak menanggapi umpatan yan

    Last Updated : 2024-05-14

Latest chapter

  • Penjara Hati Bos Arogan   70. Rencana Alya

    “Al, saudara suamiku mau bantu untuk semua proses izin kamu pergi. Apa kau yakin memutuskan untuk pergi dari Indonesia? Lalu, bagaimana dengan ibu dan adik kamu?” tanya Vira beruntun setelah dua hari Alya berusaha keras memikirkan rencana untuk dirinya dan terutama untuk anak yang ada dalam kandungan Alya. Alya yang baru duduk di kursi kerjanya itu mendongak, menatap sungguh pada Vira yang tiba-tiba meragukannya. “Aku yakin, Mbak. Ini adalah keputusan yang terbaik untukku. Aku tak mungkin untuk berada di Indonesia. Jika ada jalan ke luar negeri dan kerja yang sudah pasti. Lalu, untuk apa aku harus bingung untuk menunda? Bukankah ini kesempatan yang bagus buatku. Lagi pula, kesempatan di sana juga sesuai dengan passion Alya kan?” Alya bersungguh dengan rencana yang sudah disiapkan olehnya itu. Tak ingin memanfaatkan kesempatan, maka dia akan menggunakan kesempatan emas itu sebaik-baiknya.“Kamu benar. Memang itu kesempatan yang sangat baik untuk kamu. Tapi, bagaimana dengan ibu dan

  • Penjara Hati Bos Arogan   69. Usul Vira

    Alya membuka matanya perlahan. Kegelapan subuh menyelimuti kamar yang lebih besar dari kamar miliknya. Ditemani sinar lampu kamar yang meremang membuat Alya bangun dari tidurnya dengan perlahan. Alya bangun dengan perlahan, tak ingin mengganggu Evan yang masih tertidur pulas di sampingnya. Nafas Evan yang teratur terdengar di sebelahnya. Dengan hati-hati, Alya bergeser dari tempat tidur, tak ingin membangunkan pria yang tidur nyenyak di sisinya. Dia merapikan selimut Evan sebelum melangkah ke luar kamar dengan sangat berhati-hati. Alya menunaikan dulu kewajibannya untuk beribadah kepada Tuhannya. Sebelum menunaikan kewajiban sebagai istri siri Evan yang masih terlelap di dalam kamarnya. Dapur minimalis modern, kini sudah menjadi teman akrab Alya yang menemani hari-harinya untuk memasakkan Evan, suami sekaligus anak dari bosnya. Kakinya terasa dingin, sebab ia tak menggunakan alas kaki saat menuju ke dapur itu. Rutinitasnya dimulai—Pagi ini dia memilih untuk membuatkan sarapan na

  • Penjara Hati Bos Arogan   68. Minta Pijitan

    “Saya sudah jauh lebih baik,” sahut Alya cepat. “Besok saya sudah siap untuk bekerja,” sahut Alya yang mendapat anggukan dari Evan. Alya tahu maksudnya sakit—kehamilannya. Tapi perhatian itu justru membuat jantung terasa aneh. Ia bingung dengan perubahan sikap Evan, yang belakangan ini terasa lebih lembut, lebih peduli.Mereka makan dalam keheningan, hanya terdengar suara garpu dan pisau yang beradu dengan piring. Alya mencuri pandang ke arah Evan, berusaha membaca apa yang sedang dipikirkannya. Namun, seperti biasa, wajah lelaki itu sulit ditebak.Setelah makan malam selesai, Alya membersihkan meja, sementara Evan menuju kamar. Alya ingin kembali ke kamarnya, tetapi dia mendengar suara Evan yang meminta. Sebab sebelumnya pria itu menolak tawaran Alya yang ingin menyiapkan air mandi. “Alya, siapkan handukku,” katanya dari balik pintu kamar mandi.Alya menurut, mengambil handuk bersih dari lemari dan meletakkannya di dekat pintu kamar mandi. Ketika dia hendak pergi, suara Evan berhen

  • Penjara Hati Bos Arogan   67. Berpikir Masa Depan

    Lampu kota yang suram menyusup melalui celah tirai kamar Alya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, memeluk kedua lututnya, menatap kosong pada kaca jendela di sudut ruangan.Tirai jendela kamar itu bergerak lembut oleh sepoi angin yang menyapa. Wajahnya menatap pada cermin meja hias di seberang ranjang dengan tatapan kosongnya. Wajah yang menghadap ke balik cermin adalah wajah yang ia kenali, tetapi terasa asing baginya—pucat, dengan lingkaran gelap di bawah mata yang menjadi saksi dirinya tak mampu nyenyak dalam mimpi indah yang biasa menemani bersama sang keluarga tercinta. Alya terpaku dalam lamunan, segala rencana yang dirinya bingung harus bersikap bagaimana nantinya. Ia tak mungkin untuk terus berada di sini bersama Evan. Ada janin yang akan terus berkembang, dan dia pun tak mungkin untuk memendam dan terus menyembunyikannya. Pikirannya terus berputar, mencoba merangkai rencana untuk masa depan. Masa depan bagi dirinya, dan yang lebih penting, bagi anak yang kini tumbuh di dalam

  • Penjara Hati Bos Arogan   66.

    “Aku harus kembali, Mbak Vira. Setidaknya aku harus memikirkan dengan matang apa yang akan harus aku lakukan untukku dan….” Alya memegang perut ratanya, di mana kini ada kehidupan baru di dalamnya. “Untuk dia,” lanjut Alya, menatap perutnya. “Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja,” desak Vira, suaranya melembut. “Kalau kau butuh waktu, kau bisa tinggal di tempat kos dulu. Aku khawatir, Alya. Kau terlalu memaksakan diri, aku tak ingin kau tertekan dengan sikap Pak Evan.”Alya menoleh, memberikan senyuman yang nyaris tak terlihat. “Aku akan baik-baik saja. Aku hanya perlu... memutuskan sesuatu. Lagi pula, Pak Evan beberapa hari ini tidak segalak waktu kita baru kenal kok Mbak.”Alya berusaha memberikan ketenangan pada Vira. Berharap temannya itu tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya. Vira menghela napas panjang, tangannya menggenggam erat setir mobil. Hari ini dia memutuskan untuk membawa mobil, sebab subuh tadi Alya mengirim pesan yang ingin segera kembali. “Pak Evan mungkin akan

  • Penjara Hati Bos Arogan   65. Kembali pada Evan

    Malam ini begitu dingin, hujan yang mengguyur kota industri yang banyak beberapa karyawan berteduh sebab menunggu angkutan yang akan membawa mereka untuk kembali pulang ke rumah. Evan memperhatikan sepanjang jalan, mencari keberadaan seseorang yang mungkin ia kenal dan sudah beberapa minggu menjadi teman hidupnya. Tapi, pencarian yang dia lakukan tidaklah membuahkan hasil apa pun. Rintikan hujan yang turun, meninggalkan aroma tanah basah dan aspal yang dingin. Lampu-lampu kota memantulkan cahaya ke genangan air yang memberikan pancaran sinar yang saling bertaburan dengan sinar mobil yang sedang menyorotnya. Malam yang dingin itu menciptakan suasana melankolis yang seakan meresapi setiap sudut jalanan. Tak terasa, kuda besi yang Evan kendarai itu berhasil memecah hujan dan membuatnya tiba di basement apartemen mewahnya. Di tengah malam yang senyap itu, Evan erhasil menyita perhatiannya. “Mau apa lagi dia,” kesal Evan sata tahu siapa yang sedang berusaha menghubunginya itu. Evan me

  • Penjara Hati Bos Arogan   64. Berterus Terang

    Evan. Nama itu menggema di kepala Vira seperti sebuah mantra yang penuh tanda tanya. Evan adalah sosok yang pernah ia kagumi, bahkan ia sama sekali tidak menyangka jika Alya bias hamil bersama anak pemilik tempat mereka bekerja. Tetapi, Evan dan Alya? Hubungan mereka? Semua itu tampak mustahil, seperti potongan puzzle yang tidak cocok. Apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya sebab Vira tahu jika Alya bukanlah wanita murahan yang akan rela merendahkan harga dirinya begitu saja. Vira mengambil kursi di hadapan Alya, menatapnya dengan campuran rasa penasaran dan gugup. "Alya," katanya pelan, "aku ingin kamu jelaskan padaku dengan semua ini. Jujur, mbak bingung."“Ya, aku tahu jika Mbak pasti bingung dengan semua ini.”"Aku... aku tahu ini mungkin terlalu jauh," Vira memulai dengan hati-hati, "tapi aku harus tahu. Bagaimana bisa kau hamil anak Pak Evan? Aku tahu itu mungkin rahasiamu, tapi aku tak bisa berhenti memikirkannya."Senyum Alya memudar. Ia menunduk sejenak, lalu menghe

  • Penjara Hati Bos Arogan   63. Merahasiakan

    Alya merasakan tenggorokannya kering, matanya mulai memanas. Ia tahu, apa yang akan dia katakan bukan hal yang mudah, dan mungkin akan mengubah segalanya. Namun, ia tidak punya pilihan selain mengungkapkan kenyataan pahit ini. "Janin ini... anak Pak Evan," katanya dengan suara yang nyaris berbisik, seolah takut jika suaranya terlalu keras, kata-kata itu akan menghancurkannya.Vira terdiam sesaat, ekspresinya berubah drastis. Mulanya tampak kebingungan, lalu mata Vira membelalak, wajahnya penuh ketidakpercayaan. "Evan? Maksudmu, Evan anak bos pabrik itu? Evan yang... yang itu?" Vira hampir tidak percaya apa yang baru saja didengarnya, seolah kata-kata itu tidak dapat diterima oleh akal sehatnya.Alya hanya bisa mengangguk pelan, menundukkan wajah, tak berani menatap mata Vira lebih lama. Ia merasa seluruh tubuhnya lemas, seakan kata-kata itu menjadi beban yang tak bisa lagi ia tanggung seorang diri.Vira yang tadinya duduk tenang langsung berdiri dengan cepat. Matanya terbuka lebar,

  • Penjara Hati Bos Arogan   62. Permintaan Alya

    “Alya... Alya ingin minta tolong,” Alya menelan ludah, tampak ragu-ragu untuk melanjutkan. Ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela, menunduk dalam demi menghindari tatapan Vira yang teduh menunggu setiap kata yang ingin Alya katakan untuknya. Sebelum akhirnya, Alya kembali memberanikan diri menatap Alya setelah memantapkan diri dengan keputusannya. “Alya… minta Mbak untuk merahasiakan ini semua. Jangan bilang ke siapa-siapa, terutama… ibu sama adik Alya. Alya nggak ingin mereka tahu… Alya nggak ingin mereka kecewa. Apalagi Ibu, jika Ibu tahu dengan kabar ini, akan berakibat buruk untuk kesehatan Ibu pastinya.”Vira menatap Alya dengan ekspresi yang tak dapat ditebak. Ada kesedihan dalam sorot matanya, tetapi juga ketegasan yang menyelusup di balik kelembutannya.Bagaimana harus disembunyikan? Sedangkan yang namanya kehamilan itu semakin lama akan semakin besar, dan tidak mungkin untuk terus ditutupi. Apa jangan … jangan Alya memiliki rencana untuk menggugurkan, pikir Vira. “Alya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status