"Tidakkk ... jangannnnn ...!"
Sandra terbangun dari tidurnya dengan bermandi keringat, bahkan keringat yang membasahi pelipisnya sebesar biji jagung.
Sandra mimpi buruk lagi. Ingatan kejadian naas belasan tahun silam kembali hadir menjadi mimpi buruknya.
Sandra meraih gelas berisi air putih yang ada di atas nakas dan segera menandaskan isinya.
"Kenapa ingatan kejadian kelam itu muncul kembali Tuhan?!" gumam Sandra frustasi.
Rasa sakit yang berusaha Sandra lupakan mendadak muncul lagi setelah pertemuaannya dengan pria itu. Pria jahat yang telah tega merenggut kegadisannya dulu.
Setelah sekian lama kenapa mimpi buruk itu hadir lagi setelah susah payah Sandra berusaha melupakannya.
Bahkan dulu ia telah menghabiskan sisa uang tabungannya untuk mengunjungi psikiater karena Sandra hampir gila karena trauma.
Percobaan bunuh diri dan aborsi juga p
Demi menghilangkan kesedihan dan rasa trauma Sandra yang sempat muncul beberapa hari ini. Pagi ini Juwita memaksa Sandra untuk mau ikut pergi ke salon dan spa dengan dirinya.Kegiatan yang paling disukai oleh kaum hawa karena ampuh untuk menghilangkan penat dan stres. Serta sebagai tempat untuk memanjakan dan mempercantik diri."Nyalon yuk San!" seru Juwita setelah keluar dari kolam renang.Berenang adalah kegiatan yang rutin dilakukan Juwita setiap pagi untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Tak jarang Juwita pun mengajak Sandra untuk berenang menemaninya."Males ah!" jawab Sandra tanpa mengalihkan perhatiannya pada majalah di tangannya.Juwita pun berjalan mendekat ke arah sahabatnya itu kemudian ikut duduk di kursi malas tepat sebelah kiri Sandra."Emang kamu nggak bosen di rumah terus? Sekali-kali nyalon dan shoping kan nggak ada salahnya dari pada ngerem di rum
Usaha Juwita untuk menghilangkan kesedihan Sandra akibat trauma masa lalunya tampaknya membuahkan hasil karena terlihat Sandra yang tak berhenti tersenyum seharian ini.Tujuan terakhir mereka saat ini adalah berbelanja. Juwita membawa Sandra ke sebuah butik langganannya. Butik yang memiliki koleksi gaun limited edition tentu dengan harga selangit karena tidak semua orang bisa berbelanja di tempat ini."Ayo masuk!" Juwita menarik Sandra masuk ke dalam butik langganannya. Di sana mereka sudah disambut pegawai butik dengan ramah."Selamat datang, silahkan melihat-lihat koleksi terbaru di butik kami," sapa salah satu pegawai butik."Makasih Mbak."Juwita pun mengajak Sandra menuju deretan baju yang terjejer menggantung di sana."Inilah yang dinamakan surga dunia yang sebenarnya. Mari kita belanja sepuas-puasnya!" seru Juwita kegirangan padahal hal ini sudah sering ia lakukan tapi menghabiskan waktu shoping dengan sahabat karibnya merupakan penga
Arga yang hampir saja kehilangan jejak Bening kini bisa bernafas lega saat melihat istrinya duduk bersimpuh di depan pintu lift.Arga pun menghampiri Bening dengan nafas yang masih terengah-engah akibat berlarian mengejar Bening tadi."Apa yang kau lakukan di sini? Ayo pergi jangan menangis seperti orang bodoh begini!" ucap Arga sembari menarik Bening agar mau berdiri."Aku melihatnya tadi. Aku melihat Ibuku masuk ke dalam lift itu. Tolong kejar dia, aku ingin bertemu dengannya. Aku sangat merindukannya, aku ingin memeluknya. Hiks ... hiks ... hiks ...!"Arga pun meraih gadis itu ke dalam pelukannya. Ia bahkan tidak peduli lagi jika saat ini mereka berdua sedang menjadi objek perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sana."Sudah lah kita bisa mencarinya nanti. Ayo kita pergi dari sini!" bujuk Arga setelah mengurai pelukan mereka berdua."Tapi kau janji akan membantu mencari Ibuku 'kan?" lirih Bening dengan suara paraunya."Iya aku
Arga terlihat berdiri di atas balkon kamar memunggungi Bening. Pria itu sedang bertukar suara dengan seseorang melalui telepon seluler, entah siapa yang dihubunginya dan apa yang telah mereka bicarakan Bening pun tidak tahu. Yang dapat gadis itu lakukan hanyalah menunggu sang suami di atas ranjang setelah beberapa saat lalu keluar dari dalam kamar mandi."Kenapa lama sekali sih? Katanya mau dipijit!" gerutu gadis itu sebelum kemudian menguap lebar karena terserang rasa kantuk.Karena terlalu lama menunggu sang suami yang tak kunjung usai dengan kegiatannya, perlahan Bening pun mulai kehilangan kesadarannya dan tertidur dengan posisi setengah duduk.20 menit berselang Arga pun mengakhiri panggilan teleponnya dengan orang di seberang sana dan kembali masuk ke dalam kamar guna menagih janji sang istri untuk memijitnya.Namun, pemandangan berbeda Arga dapatkan setelah beberapa langkah ia mendekat ke arah ranjang. Istrinya itu tengah terlelap dengan begi
Kurang lebih 15 menit waktu yang Bening perlukan untuk memasak mie instan hingga menghidangkannya ke meja makan yang ada di dapur tersebut.Mie rebus hasil olahan Bening terlihat menggugah selerah hanya dengan mencium aromanya saja. Apalagi Bening menambahkan telur, sayuran, potongan bawang daun dan juga menaburi bawang goreng di atasnya.Sang Ayah mertua sendiri sudah duduk manis menunggu di salah satu kursi tak jauh dari gadis itu memasak mie tadi."Sudah selesai! Hem ... aroma sungguh mengoda lidah untuk segera mencicipinya!" gumamnya seraya menghirup aroma yang menguar dari mangkuk yang masih mengebulkan asap panas tersebut."Silahkan Papi!" ucapnya setelah meletakkan semangkuk mie rebus di hadapan Ayah mertuanya itu."Terima kasih!" jawabnya kepada gadis yang selalu terlihat ceria itu.Bau khas mie instan pun langsung menyeruak ke dalam indera penciumannya. Hingga ia tak sabar untuk segera mencicipi makanan yang hampir tidak pernah mend
Sekembalinya Bening dari dapur ia sudah melihat sang suami telah tertidur dengan posisi membelakangi-nya.Arah pandang gadis itu kemudian beralih pada jam dinding yang bertengger di atasnya. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tak terasa ternyata sudah dua jam lamanya ia menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Ayah mertuanya di dapur tadi.Perlahan langkahnya mendekat ke arah Arga terbaring saat ini. Bening membenahi letak selimut yang tak sempurna menutupi tubuh pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu.Bening menaikkan selimut sebatas leher agar sang suami merasa nyaman dalam tidurnya, sebelum ia ikut merebahkan dirinya sendiri di samping suaminya itu."Menjauh lah, jangan dekat-dekat dengan ku!" pekik Arga saat Bening baru saja merebahkan tubuhnya.Tentu saja hal itu membuat Bening merasa kaget dan juga heran. Kenapa tiba-tiba suaminya itu bersikap demikian
Sejak kejadian malam itu, Sandra dan Juwita lebih hati-hati lagi saat bepergian ke luar rumah. Bahkan mereka lebih betah berdiam diri di rumah jika tidak ada kepentingan yang terlalu mendesak. Jika terpaksa harus keluar rumah pun pasti dengan pengawalan ketat dari orang-orang kepercayaan Juwita.Apalagi jika itu menyangkut dengan Sandra maka Juwita akan sangat berhati-hati dalam menjaganya. Karena Juwita yakin orang yang mengikuti mereka kemarin malam telah mengincar Sandra. Tapi siapa dalang dibalik orang-orang suruhan itu Juwita sama sekali tidak tahu dan tidak pula bisa menebaknya."Apakah selama ini Sandra punya musuh? Ah itu tidak mungkin, tapi siapa orang yang mengikuti kami waktu itu. Ada dua kubu pada malam itu, mereka sepertinya mempunyai dua kepentingan yang berbeda. Aduh kepalaku semakin pusing saja memikirkan semua ini!" gumam Juwita.Saat ini wanita cantik itu sedang menikmati udara segar di taman belakang rumahnya dengan di temani ikan hias pelihar
"Apa tadi Mami Juwita tidak bilang kepadamu dia mau pergi ke mana? tanya Sandra kepada salah satu anak buah Juwita yang melihat Juwita pergi dengan John tadi."Tidak Bu Sandra, saya hanya melihat Mami Juwi masuk mobil bersama dengan pria itu. Kami juga merasa heran karena tidak biasanya Mami mau pergi dengan seorang tamu," jawab perempuan tersebut."Apa orang yang pergi dengan Juwita itu pelanggan di sini?!" tanya Sandra lagi."Tidak Bu, karena baru pertama kali ini saya melihat pria tersebut!""Ya sudah terima kasih, kamu moleh kembali lagi ke kamarmu!" tutur Sandra kemudian."Baik Bu permisi!"Sandra meremas tangannya kuat, raut khawatir di wajahnya tidak dapat ia sembunyikan lagi."Sebenarnya Juwita pergi ke mana? Kenapa dia pergi begitu saja, tanpa berpamitan lebih dulu kepadaku? Huh, perasaan ku kenapa jadi tidak enak begini ya?!" gumamnya lirih. Wani
Tepat 3 bulan terhitung sejak tragedi yang menimpa keluarga Ramiro. Kini Bening sudah mendapat pengakuan resmi dari kedua belah pihak keluarga besar. Satu dari pihak keluarganya yaitu kelurga Ramiro dan satu lagi dari keluarga Ibunya yaitu keluarga Abraham. Sebagai cucu satu - satunya dari keluarga Ramiro dan Abraham membuat Bening mendapat limpahan kasih sayang dari semua orang. Sehingga membuat Bening merasa sangat bahagia.Pun dengan hubungannya dengan Arga, setelah mengetahui tentang jati diri Arga yang sesungguhnya Arga memilih untuk keluar dari perusahaan Ramiro karena merasa tidak berhak memilikinya. Beninglah pewaris sebenarnya kekayaan Ramiro tersebut. Apalagi setelah Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief berusaha mengembalikan semua hak milik Bening. Termasuk mengakui Bening di media dan khalayak ramai bahwa Bening adalah putri sekaligus cucu dan pewaris sah kerajaan bisnis Ramiro.Namun semua kekayaan itu tidak membuat Bening gelap
"Akulah Ayah kandung Arga!" teriak orang yang baru masuk tersebut sehingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya.Melihat siapa orang yang baru masuk tersebut membuat Nyonya Diana melototkan matanya sempurna seolah bola matanya nyaris terjatuh. Kenapa pria sialan itu bisa berada di sini? Dan apa yang dia katakan tadi? Begitu pikir Nyonya Diana.Sedangkan kening Tuan Jordan mengkerut tajam saat melihat siapa orang yang baru datang tersebut. Bukankah itu pria yang pernah menjadi kekasih Sandra di masa lalu. Ada apa lelaki itu datang ke rumahnya dan membuat pengakuan seperti itu dan kenapa Sandra juga berada di rumahnya untuk mendampingi pria itu? Begitulah pertanyaan yang berseliweran di benak Tuan Jordan.Ya, kedua orang yang baru datang tadi adalah Adam dan Sandra. Mereka sengaja datang ke kediaman Ramiro untuk meluruskan masalah agar tidak ada kesalahpahaman lagi ke depannya. Karena jika tidak maka Arga dan Beninglah piha
Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi."Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat."Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut."Baiklah kalo Bapak merasa demikian.""Saya permisi dulu suster, terima kasih!""Terima kasih kembali Pak Adam!"Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya."Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya
Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu."Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya."Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien."Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya."Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.Setelah me
Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-Bugh ... bugh!"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri ya
"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut."Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai."Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra."Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra."Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras."Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraa
Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya."Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar."Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya."Maaf Bu, Benin
"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana."Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.Ceklek ... ceklek!Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.Kriett ...!Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung."Cepat masuk!" bentak salah
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur