"Apa tadi Mami Juwita tidak bilang kepadamu dia mau pergi ke mana? tanya Sandra kepada salah satu anak buah Juwita yang melihat Juwita pergi dengan John tadi.
"Tidak Bu Sandra, saya hanya melihat Mami Juwi masuk mobil bersama dengan pria itu. Kami juga merasa heran karena tidak biasanya Mami mau pergi dengan seorang tamu," jawab perempuan tersebut.
"Apa orang yang pergi dengan Juwita itu pelanggan di sini?!" tanya Sandra lagi.
"Tidak Bu, karena baru pertama kali ini saya melihat pria tersebut!"
"Ya sudah terima kasih, kamu moleh kembali lagi ke kamarmu!" tutur Sandra kemudian.
"Baik Bu permisi!"
Sandra meremas tangannya kuat, raut khawatir di wajahnya tidak dapat ia sembunyikan lagi.
"Sebenarnya Juwita pergi ke mana? Kenapa dia pergi begitu saja, tanpa berpamitan lebih dulu kepadaku? Huh, perasaan ku kenapa jadi tidak enak begini ya?!" gumamnya lirih. Wani
"Cepat katakan padaku apa maksudmu tadi? Apakah waktu itu Sandra sempat hamil? Dan di mana anak itu berada sekarang?!" sentak Tuan Jordan penuh emosi karena Juwita tak jua membuka mulutnya."Maaf saya berhak untuk tidak menjawab pertanyaan anda itu. Permisi!" ucap Juwita sebelum berdiri dari duduknya.Namun, baru saja Juwita akan beranjak dari tempat duduknya Tuan Jordan sudah terlebih dulu mencekal lengan tangannya."Katakan padaku atau-""Atau apa? Meskipun anda membunuh saya saat inipun saya tidak akan membuka suara. Karena saya tidak akan membiarkan sahabat terbaik saya jatuh ke dalam cengkeraman pria kejam seperti anda!" ucap Juwita menantang."Kau pasti akan sangat menyesali kata-katamu itu!" desis Tuan Jordan semakin menguatkan cengkeraman tangannya di lengan Juwita sehingga membuat wanita itu meringis kesakitan."Lakukan apapun yang anda inginkan. Tapi saya tidak a
"Selamat pagi Tuan muda!" ucap Bening dengan senyuman manisnya saat melihat suaminya itu baru saja membuka mata."Ada apa dengan wajahmu. Kenapa kau terus tersenyum bodoh seperti itu?!" gusar Arga karena sudah melihat sikap aneh istrinya sepagi ini.Walaupun pagi-pagi sudah mendengar celaan suaminya. Namun, Bening terus mengembangkan senyum manisnya itu sehingga membuat Arga curiga."Apa kau baik-baik saja?!" tanya Arga kemudian."Tentu saja suamiku, aku sangat baik dan juga sangat bahagia hari ini," jawab Bening dengan tetap memandang suaminya."Bahagia untuk apa? Apa kau sedang berulang tahun hari ini?!""Bukan itu suamiku. Ulang tahunku masih lama!""Jadi kenapa kau bahagia seperti itu?!""Karena aku ingin berterima kasih kepada mu!""Berterima kasih? Untuk apa?!""Karena berkat dirimu aku tidak jadi ti
"Maafkan aku Sandra!" gumamnya sembari memejamkan mata.Sebelum kemudian beranjak berdiri dan berjalan menuju kamar sahabatnya.Tok ... tok ... tok!"San, apa aku boleh masuk?!""Masuk aja Ta, pintunya nggak dikunci!" saut Sandra dari balik pintu.Ceklek-"Ada apa Ta?!" tanya Sandra setelah Juwita berhasil membuka pintunya."Boleh aku minta tolong?" tanya Juwita dengan sedikit ragu-ragu."Minta tolong apa sih Ta? Ngomong aja sih!""Ehm ... sebenarnya aku telah berjanji dengan seseorang untuk mengambil pesanan baju dibutik tapi perutku sakit. Apa kau bisa mengambilnya untuk ku?!""Perutmu sakit Ta? Bagaimana bisa, sudah menghubungi dokter belum?! Kalo belum biar aku yang menghubungi dokternya!" ujar Sandra dengan wajah yang terlihat panik."Sandra tenang dulu, aku udah nggak papa. Aku hanya
Sandra mengerjapkan mata perlahan menyesuaikan dengan cahaya yang ada. "Di mana aku?!"Sekelebat ingatan beberapa waktu lalu saat mobilnya dihadang orang tak dikenal, hingga ia tak sadarkan diri.Bola mata Sandra membeliak sempurna, hingga ia membekap mulutnya sendiri, tak percaya melihat keadaan kamar yang ia tempati saat ini."Ini kamar siapa? Kenapa begitu banyak fotoku di sini?!" monolognya seakan tak percaya dengan apa yang telah ia lihat.Dengan kepala yang masih terasa berat, Sandra mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Melangkah mendekati sebuah figura berukuran besar yang menampilkan dirinya dengan senyuman manis. Kalau Sandra tidak salah ingat foto ini diambil belasan tahun lalu saat ia menghadiri pesta ulang tahun perusahaan Ramiro.Tapi siapa yang meletakkan foto dirinya di tempat ini? Mungkinkah ia mengenali orang itu? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di dalam benak Sandra."Aneh, kenapa banyak sekali fotoku di sini
Sudah 40 menit berlalu dari perdebatan antara dirinya dengan Tuan Jordan tadi. Tetapi Sandra masih betah berada di posisinya, duduk di lantai dengan memeluk lututnya sendiri sembari menangis.Pemandangan itu sungguh mengiris hati Tuan Jordan, melihat wanita yang dicintainya menangis sungguh membuatnya tersiksa. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka hanya keheningan dan suara isak tangis Sandra yang lebih mendominasi. Sebelum akhirnya Tuan Jordan membuka suara-"Tetaplah di sini dengan nyaman, aku akan segera kembali!" pamitnya kemudian beranjak pergi setelah mengusap lembut pucuk kepala Sandra.Setelah kepergian Tuan Jordan, ingatan Sandra kembali pada kejadian silam tentang perlakuan kasarnya terhadap putri kandungnya sendiri yang tak lain adalah Bening.Apakah ada sekelumit penyesalan yang terbesit di dalam hati Sandra tentang perlakuannya kepada putrinya dulu?Hati kecil Sandra ten
Detak jantung Tuan Jordan berdetak lebih cepat dari biasanya setelah menemukan sesuatu yang tak pernah ia sangkah sebelumnya. Antara senang, sedih dan haru bercampur jadi satu saat ini.Benar kah semua kenyataan ini. Bahwa sesuatu telah lama dicarinya ternyata ada di dalam rumahnya sendiri tanpa ia sadari sebelumnya."Mungkin kah Sari adalah putriku dengan Sandra?!" monolognya dengan tangan yang masih gemetar menggenggam foto Sandra."Ya Tuhan, aku tidak menyangkah telah menjadikan putriku pembantu di rumahku sendiri!"Selain rasa bahagia yang melingkupi hatinya Tuan Jordan juga merasa sedih karena melihat putrinya berkerja sebagai seorang pembantu. Apalagi pembantu di rumahnya sendiri. Bayangan saat istrinya memarahi gadis itu karena tidak becus bekerja kembali menari di ingatannya.Karena selama ini memang Nyonya Diana lah yang terkenal galak dan sering memarahi para pekerjanya. Tetapi setelah mengetahui kenyataan ini Tuan Jordan berjanji k
"Aku sudah menemukan putri kita!" tutur Tuan Jordan dengan penuh rasa percaya diri. "Dan itu berarti, kita bertiga bisa hidup bersama," imbuhnya dengan penuh harap.Sandra mencebik, seulas senyum sinis terlukis di bibirnya. "Aku tidak peduli! Apalagi tertarik dengan ide konyolmu itu. Yang aku inginkan hanyalah keluar dari tempat terkutuk ini!" ucapnya dingin. Seakan pernyataan Tuan Jordan tadi tak ada artinya bagi dirinya."Kau ...!" Tuan Jordan berusaha menahan geram. Bagaimana pun juga ia tak mau terpancing emosi. Memang tidak mudah untuk menaklukkan wanita seperti Sandra. Jadi ia harus lebih bersabar jika ingin menggapai tujuannya.Sedangkan Sandra memang sengaja memancing emosi pria yang kini terlihat mengepalkan kedua tangan-nya itu. Terlihat sekali bahwa pria itu setengah mati sedang menahan emosi."Sudah ku bilang beribu kali padamu untuk menjauhiku. Terserah jika kau ingin tinggal bersama anak itu,
"Pa-papi kenapa me-?""Diam kamu!" Tuan Jordan menggeram marah, sorot matanya seakan ingin membunuh orang saat ini."Hiks ... hiks ... ma-maaf! Bening tidak sengaja!" isak Bening ketakutan karena untuk pertama kalinya ia melihat Papi mertuanya marah hingga seperti ini.Sedangkan Citra yang merasa kesakitan hanya mampu berdiam diri ketakutan karena melihat kemarahan majikannya tadi meskipun itu dimaksudkan untuk membela dirinya."Tidak sengaja kau bilang! Lihat hasil dari perbuatanmu! Kau membuat Sari terluka sampai seperti itu, hah!" bentak Tuan Jordan bahkan ia hampir saja melayangkan tamparan keduanya."Ahh ...!" jerit Bening menutupi wajahnya dengan tangan.Namun, tiba-tiba Tuan Jordan menghentikan aksinya itu dengan menggantungkan tangannya di udara saat melihat Bening sangat ketakutan."Masuk ke dalam kamarmu, aku tidak mau melihat wajah bodohmu itu l
Tepat 3 bulan terhitung sejak tragedi yang menimpa keluarga Ramiro. Kini Bening sudah mendapat pengakuan resmi dari kedua belah pihak keluarga besar. Satu dari pihak keluarganya yaitu kelurga Ramiro dan satu lagi dari keluarga Ibunya yaitu keluarga Abraham. Sebagai cucu satu - satunya dari keluarga Ramiro dan Abraham membuat Bening mendapat limpahan kasih sayang dari semua orang. Sehingga membuat Bening merasa sangat bahagia.Pun dengan hubungannya dengan Arga, setelah mengetahui tentang jati diri Arga yang sesungguhnya Arga memilih untuk keluar dari perusahaan Ramiro karena merasa tidak berhak memilikinya. Beninglah pewaris sebenarnya kekayaan Ramiro tersebut. Apalagi setelah Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief berusaha mengembalikan semua hak milik Bening. Termasuk mengakui Bening di media dan khalayak ramai bahwa Bening adalah putri sekaligus cucu dan pewaris sah kerajaan bisnis Ramiro.Namun semua kekayaan itu tidak membuat Bening gelap
"Akulah Ayah kandung Arga!" teriak orang yang baru masuk tersebut sehingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya.Melihat siapa orang yang baru masuk tersebut membuat Nyonya Diana melototkan matanya sempurna seolah bola matanya nyaris terjatuh. Kenapa pria sialan itu bisa berada di sini? Dan apa yang dia katakan tadi? Begitu pikir Nyonya Diana.Sedangkan kening Tuan Jordan mengkerut tajam saat melihat siapa orang yang baru datang tersebut. Bukankah itu pria yang pernah menjadi kekasih Sandra di masa lalu. Ada apa lelaki itu datang ke rumahnya dan membuat pengakuan seperti itu dan kenapa Sandra juga berada di rumahnya untuk mendampingi pria itu? Begitulah pertanyaan yang berseliweran di benak Tuan Jordan.Ya, kedua orang yang baru datang tadi adalah Adam dan Sandra. Mereka sengaja datang ke kediaman Ramiro untuk meluruskan masalah agar tidak ada kesalahpahaman lagi ke depannya. Karena jika tidak maka Arga dan Beninglah piha
Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi."Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat."Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut."Baiklah kalo Bapak merasa demikian.""Saya permisi dulu suster, terima kasih!""Terima kasih kembali Pak Adam!"Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya."Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya
Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu."Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya."Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien."Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya."Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.Setelah me
Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-Bugh ... bugh!"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri ya
"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut."Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai."Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra."Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra."Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras."Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraa
Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya."Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar."Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya."Maaf Bu, Benin
"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana."Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.Ceklek ... ceklek!Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.Kriett ...!Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung."Cepat masuk!" bentak salah
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur