"Bening ...!" teriak Arga panik saat tidak bisa melihat tubuh sang istri di permukaan air.
Arga pun langsung meloncat ke dalam air untuk menyelamatkan istrinya. Saat ini ia tidak bisa berfikir apa-apa. Nalurinya hanya ingin segera membawa sang istri keluar dari air.
Dalam sekejap Arga pun sudah berhasil membawa tubuh Bening kepermukaan air dan menyeretnya ketepian. Karena kemampuan Arga dalam hal berenang sudah tidak dapat diragukan lagi.
"Bening bangun ...!" Arga menepuk pelan pipi gadis yang masih erat memejamkan matanya.
Arga pun berusaha memberikan pertolongan pertama kepada Bening dengan memeriksa pernafasannya terlebih dahulu. Kemudian memberikan CPR dengan cara meletakkan tangan di tengah-tengah dada dan melakukan penekanan. Karena melihat Bening yang tak kunjung bangun, Arga pun berinisiatif memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Itu ia lakukan berulang kali. Hingga-
Uhuk ... uhuk ...!
Bening pun tersadar dari pingsan dengan me
Tepat pukul 00.00 wib. Bening menggeliat dalam tidurnya. Keringat bercucuran membasahi kening dan rambutnya.Di dalam tidurnya Bening melihat gelombang air yang sangat besar datang menggulung tubuh kecilnya.Hanya gelap dan sesak yang bisa ia rasakan saat itu. Hingga menimbulkan ketakutan yang teramat sangat di hatinya.Ia berteriak dan menjerit memanggil nama sang Ibu agar segera datang menolongnya. Namun, wanita yang telah melahirkannya itu masih tetap bergeming di tempatnya dengan tatapan datar tanpa berniat menolong Bening yang hampir mati kehabisan nafas karena tenggelam."Tolong ... tolong! Tolong Bening Ibu. Bening akan tenggelam. Tolong ... tolong!""Bening bangun ... Bening! Apa yang terjadi padamu. Bangun Bening ...!" Arga menepuk keras pipi gadis yang terus berteriak histeris dalam tidurnya itu.Karena Bening tak kunjung bangun, Arga pun berinisiatif menggigit telingah gadis itu agar segera sadar dari mimpi buruknya.
"Tuan muda yang di mata orang-orang begitu angkuh, sombong dan arogan adalah pahlawan di hati kami. Tuan muda yang mereka anggap berhati dingin dan kejam itu ternyata adalah sosok pria dengan penuh kehangatan. Apakah anda tahu berapa banyak nyawa yang sudah beliau selamatkan. Berapa manusia yang telah berhasil beliau berikan kehidupan baru. Jawabannya tidak ada yang tahu karena Tuan muda tidak pernah menunjukkannya kepada siapapun. Bahkan di depan keluarganya sendiri," ungkap Sari panjang lebar.Bening terpaku mendengar pengakuan Sari kepadanya. Apakah itu benar? Tetapi Sari juga tidak mungkin berbohong kepadanya 'kan. Apakah cerita tentang pria itu memang sengaja dilebih-lebihkan mengingat Sari adalah seorang pengabdi di rumah ini. Ah, itu juga tidak mungkin. Karena menjilat bukan termasuk sifat gadis itu."Tolong lanjutkan ceritamu Sari. Jangan membuatku penasaran!" tanya Bening."Jawabannya ada di panti asuhan KASIH BUNDA, rumah singgah KITA BISA, dan klinik
Kelegaan luar biasa dirasakan Bening setelah meluapkan isi hatinya kepada sang suami dan juga dokter Fahmi beberapa saat yang lalu. Walaupun suaminya itu sering tersulut emosi sepanjang ia bercerita tadi. Setelah membuat janji untuk pertemuan mereka selanjutnya. Di sinilah Bening berada sekarang-"Kita akan ke mana?" tanya Bening saat mobil yang dikemudikan Arga melesat kencang membela kepadatan jalanan Ibu kota."Aku ada urusan sebentar. Jika mengantarmu pulang dulu maka akan memakan banyak waktu lebih lama lagi. Jadi kau ikut saja!" jawab Arga tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari depan. "Dan jangan banyak bertanya!" imbuhnya.Bening yang mendapat ultimatum seperti itu hanya bisa mencebikkan bibirnya atas sikap berlebihan suaminya itu. Masa' bertanya saja tidak boleh? Begitu pikirnya."Baiklah-baiklah aku tidak akan bertanya lagi. Aku akan tidur saja kalau begitu!" Gadis itu berusaha mencari pos
Langit sudah tampak gelap saat Arga berhasil memarkirkan mobilnya di depan halaman sebuah villa yang berada di atas bukit."Turunlah!""Ini rumah siapa?" tanya Bening saat melihat bangunan megah di depannya."Salah satu villa milik keluargaku!" jawab Arga sembari melepas sabuk pengaman di tubuhnya."Tapi kenapa kita kemari?""Ada yang ingin aku kerjakan di sini. Sudah jangan cerewet. Ayo cepat turun!""Iya, tapi aku tidak bisa membuka ini!" ucap Bening sembari menujuk sabuk pengaman yang masih melilit tubuh mungilnya."Dasar kampungan!" Arga pun membantu Bening membuka sabuk pengamannya."Hey Tuan muda, sudah berapa kali kau mengataiku dalam seharian ini. Iya memang aku kampungan karena aku berasal dari kampung. Wajar aku tidak bisa membukanya karena aku tidak pernah memiliki mobil semewah ini sebelumnya!" ujar Bening tak terima.
"Kamu Sandra kan?!" ulang wanita tersebut.Sandra yang merasa namanya dipanggil itupun langsung memicingkan mata untuk memindai dan mencoba mengenali wajah wanita yang seakan mengenalnya tersebut."Juwita! Kamu?!" Sandra menatap tajam wanita di depannya guna memastikan bahwa memang benar itu sahabat lamanya."Iya ini aku San. Juwita, sahabat kamu waktu kuliah dulu. Kamu nggak lupa sama aku 'kan?" ujar Juwita meyakinkan."Ya ampun Ta. Beneran itu kamu? Aku nggak nyangka bisa ketemu lagi sama kamu di sini!" girang Sandra.Kedua sahabat lama itupun berhambur saling berpelukan untuk melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak bertemu."Ya, kok nggak dilanjut sih?""Aku suka baku hantam!""Aku suka kekerasan. Tolong jangan ada yang pisahin!""Ditunggu adegan jambak-jambakan-nya!""Kamera roll eksenn!"Begitu lah komentar-komentar yang keluar dari mulut para pengguna jalan yang sempat melihat dan memvideokan perte
Di villa.Tidur Bening terganggu saat mendengar kicau burung saling bersahutan memenuhi indera pendengarannya.Gadis itu merasa asing dengan tempat tidurnya saat baru saja membuka mata, karena masih setengah sadar. Hingga ia berhasil mengingat bahwa ia telah berada di villa milik suaminya.Bening melirik sisi sebelahnya yang ternyata masih nampak rapi. Ia yakin suaminya itu semalam tidak pulang.Ke mana sebenarnya pria itu. Kenapa menghilang begitu saja. Bahkan mobilnya saja masih terparkir di depan villa. Apa dia tidak membawa mobil atau memakai mobil lain? Ah sudahlah memikirkannya membuat kepala Bening semakin pusing.Hingga ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.Tok tok tok!Ceklekk-"Selamat pagi Nona," sapa perempuan paruh baya yang baru saja mengetuk pintu kamarnya."Selamat pagi, Ibu siapa ya?!" tanya Bening bingung karena semalam ia tidak melihat wanita ini."Maaf saya lupa memperkenalkan di
Bening semakin penasaran dengan kelanjutan dari cerita Bik Sri. Wanita paruh baya itupun kembali meneruskan ceritanya-"Dulu suami Bibi pernah difitnah melakukan malpraktek oleh salah satu keluarga pasiennya karena merasa tidak puas dengan kinerja Bapak. Orang tua pasien yang meninggal itu menuntut Bapak dengan penjara seumur hidup. Tapi karena semua itu tidak terbukti di pengadilan maka Bapak terbebas dari jeratan hukum. Namun, semuanya belum berakhir karena orang tersebut malah semakin menaruh dendam karena tidak berhasil memenjarakan suami Bibi. Dia menyewa orang untuk membunuh kami dengan cara membakar rumah yang kami tempati. Bukan itu saja, butik yang Bibi bangun dengan susah payah juga tidak luput dari incarannya. Harta benda kami habis dan kami nyaris menjadi gelandangan andai saja tidak mendapat pertolongan dari Tuan muda. Karena tabungan kami habiskan untuk biaya luka bakar yang diderita suami Bibi." Terlihat kilatan sendu dari netra wanita paruh baya itu saat menco
"Aku tahu kau hanya pura-pura tidur!" sindir Arga dengan masih memejamkan matanya.Bening yang mendengar ucapan suaminya itupun refleks membuka matanya lebar. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sang suami yang ternyata sudah memandangnya dengan senyuman sinis."Si-siapa yang pura-pura tidur?!" gugup Bening."Sudah lah aku juga tahu, kau sangat mengagumi wajah tampanku saat aku tertidur tadi," ucap Arga penuh rasa percaya diri.Apa yang dikatakan Arga itu memang benar adanya. Namun Bening tidak mungkin mengakuinya bukan?"Cih, selain pemaksa kau juga orang yang sangat narsis ternyata," cibir Bening."Terserah kau akui ataupun tidak, tapi kau sudah tertangkap basah tadi!""Terserah!"Bening pun tidak ingin memperpanjang masalah dan berniat meninggalkan Arga dengan bangkit dari ranjangnya. Namun tiba-tiba Arga menarik tangan Bening dal
Tepat 3 bulan terhitung sejak tragedi yang menimpa keluarga Ramiro. Kini Bening sudah mendapat pengakuan resmi dari kedua belah pihak keluarga besar. Satu dari pihak keluarganya yaitu kelurga Ramiro dan satu lagi dari keluarga Ibunya yaitu keluarga Abraham. Sebagai cucu satu - satunya dari keluarga Ramiro dan Abraham membuat Bening mendapat limpahan kasih sayang dari semua orang. Sehingga membuat Bening merasa sangat bahagia.Pun dengan hubungannya dengan Arga, setelah mengetahui tentang jati diri Arga yang sesungguhnya Arga memilih untuk keluar dari perusahaan Ramiro karena merasa tidak berhak memilikinya. Beninglah pewaris sebenarnya kekayaan Ramiro tersebut. Apalagi setelah Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief berusaha mengembalikan semua hak milik Bening. Termasuk mengakui Bening di media dan khalayak ramai bahwa Bening adalah putri sekaligus cucu dan pewaris sah kerajaan bisnis Ramiro.Namun semua kekayaan itu tidak membuat Bening gelap
"Akulah Ayah kandung Arga!" teriak orang yang baru masuk tersebut sehingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya.Melihat siapa orang yang baru masuk tersebut membuat Nyonya Diana melototkan matanya sempurna seolah bola matanya nyaris terjatuh. Kenapa pria sialan itu bisa berada di sini? Dan apa yang dia katakan tadi? Begitu pikir Nyonya Diana.Sedangkan kening Tuan Jordan mengkerut tajam saat melihat siapa orang yang baru datang tersebut. Bukankah itu pria yang pernah menjadi kekasih Sandra di masa lalu. Ada apa lelaki itu datang ke rumahnya dan membuat pengakuan seperti itu dan kenapa Sandra juga berada di rumahnya untuk mendampingi pria itu? Begitulah pertanyaan yang berseliweran di benak Tuan Jordan.Ya, kedua orang yang baru datang tadi adalah Adam dan Sandra. Mereka sengaja datang ke kediaman Ramiro untuk meluruskan masalah agar tidak ada kesalahpahaman lagi ke depannya. Karena jika tidak maka Arga dan Beninglah piha
Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi."Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat."Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut."Baiklah kalo Bapak merasa demikian.""Saya permisi dulu suster, terima kasih!""Terima kasih kembali Pak Adam!"Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya."Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya
Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu."Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya."Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien."Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya."Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.Setelah me
Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-Bugh ... bugh!"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri ya
"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut."Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai."Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra."Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra."Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras."Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraa
Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya."Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar."Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya."Maaf Bu, Benin
"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana."Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.Ceklek ... ceklek!Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.Kriett ...!Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung."Cepat masuk!" bentak salah
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur