"Selamat siang Opa?" sapa Bening ketika melihat Tuan sepuh duduk santai sambil memberi makan ikan hias peliharaannya.
"Selamat siang Bening. Opa dengar kau baru saja kembali dari liburan bersama dengan cucuku!"
'Jadi mereka mengirah kepergianku kemarin adalah liburan? Tapi baguslah kalau begitu aku tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh dari mereka.'
"Benar Opa," jawabnya kemudian duduk bersimpuh tepat di depan kaki Tuan sepuh.
"Bening pijit kakinya ya Opa?" imbuhnya kemudian tangan lincahnya bergerak di atas kaki pria tua itu.
"Apa yang terjadi dengan pipi mu Bening? Apa Arga yang melakukannya?!" tanya Tuan sepuh saat tak sengaja melihat lebam di pipi cucu menantunya itu.
Bening refleks menutupi pipinya, ia lupa jika pipi sebelah kirinya masih membiru bekas tamparan Ibu mertuanya tadi pagi.
"Ehm ... bukan Opa. Pipi Bening seperti ini karena keteledoran Bening sendiri yang tidak hati-hati sehingga terpeleset di kamar mandi,"
"Apa! Pria tua itu merubah isi surat wasiatnya?!"Diana tampak memijit pelipisnya karena merasa pusing dengan berita yang baru saja didengarnya tadi.Tadi wanita cantik itu sedang berada di sebuah hotel bintang lima untuk menghadiri acara arisan dengan teman sosialitanya. Namun, berita yang diberikan Grace membuatnya segera meninggalkan acaranya tersebut."Iya Nyonya, pengacara Tuan sepuh sendiri yang telah mengonfirmasikannya kepada saya. Bahwa ada beberapa poin syarat yang telah dirubah dalam isi surat wasiat tersebut jika akan diberikan kepada Tuan muda. Salah satunya adalah dengan hadirnya seorang cicit yang dihasilkan dari pernikahan Tuan muda dan Nona Bening.""Kenapa pria tua itu tiba-tiba berubah pikiran. Apa yang telah terjadi? Ataukah ada sesuatu yang sudah mempengaruhinya? Grace, selidiki masalah ini lebih dalam lagi. Aku curiga pria tua itu sudah mengetahui rencana kita!""Baik
Di kediaman Ramiro Bening tampak bangun kesiangan karena ulah suaminya yang semalam tidak mau melepaskannya."Selamat siang Nona. Saya datang untuk membawakan sarapan anda," ucap Sari.Gadis itupun meletakkan nampan berisi makanan yang dibawanya ke atas nakas dan beralih membuka gorden kamar Bening agar bisa memberi akses masuk cahaya matahari dari luar ruangan."Astaga! Ini sudah siang ya? Aku terlambat bangun lagi. Dan aku juga tidak menemani Opa sarapan tadi pagi. Cucu menantu macam apa aku ini!" ujar Bening seraya memukul kepalanya sendiri."Tidak apa-apa Nona. Tuan sepuh sudah memahaminya. Jadi Nona tidak perlu khawatir.""Bahkan aku tidak tahu kapan suamiku itu berangkat bekerja!" sesal Bening."Suami sebaik Tuan muda tidak akan menuntut anda menjadi istri yang sempurna. Percayalah Nona, Tuan muda tidak seperti yang anda pikirkan."Mendengar pernyata
Bunyi nyaring dari sepatu hak tinggi yang berbenturan langsung dengan lantai sangat terdengar jelas di pendengaran."San-Sandra tunggu!""Sandra, San!"Teriakan sahabatnya di belakang sana sama sekali tidak ia pedulikan. Yang ada di fikirannya saat ini adalah bagaimana secepatnya ia bisa pergi dari tempat ini.Keputusannya untuk memenuhi ajakan Juwita mendatangi pesta begitu ia sesalkan saat ini. Karena Sandra harus bertemu lagi dengan orang yang sangat ingin dijauhinya di masa lalu.Tanpa menoleh ke belakang lagi, Sandra berlari ke arah jalan raya untuk mencari taksi yang lewat. Untung saja tidak berapa lama taksi yang dicarinya itu melintas di depannya.Buru-buru Sandra menghentikan taksi tersebut dan kemudian memasukinya. Hingga taksi yang membawanya tersebut melesat di tengah kepadatan jalan.Melihat hal itu Juwita pun berlari ke arah parkiran di mana
"Apa kau sudah mendapat apa yang aku perintahkan?" tanya pria yang masih terlihat gagah di usianya saat ini."Sudah Tuan. Semua informasi lengkapnya ada di dalam amplop coklat ini!" jawab sang asisten sembari meletakkan amplop di tangannya ke atas meja.Pria yang sejak tadi berdiri memandang keindahan kota melalui jendela kaca ruangannya kini beralih menuju singgasana-nya."Kita lihat apa saja yang telah kau dapatkan untuk ku!" ujar sang Tuan setelah mendaratkan dirinya di atas kursi kebesarannya."Beliau saat ini tinggal bersama dengan sahabat sewaktu kuliahnya dulu, yang sekarang berprofesi sebagai seorang germo."Tuan Jordan yang mendengar penjelasan dari asistennya tampak mengangkat sebelah alisnya. Kemudian berkata-"Lanjutkan!""Mereka bertemu lagi sebulan yang lalu setelah belasan tahun berpisah, karena Nyonya Sandra meninggalkan kota ini dan menikah dengan seorang buruh pabrik tekstil. Sekarang Nyonya Sandra sudah menjad
"Tidakkk ... jangannnnn ...!"Sandra terbangun dari tidurnya dengan bermandi keringat, bahkan keringat yang membasahi pelipisnya sebesar biji jagung.Sandra mimpi buruk lagi. Ingatan kejadian naas belasan tahun silam kembali hadir menjadi mimpi buruknya.Sandra meraih gelas berisi air putih yang ada di atas nakas dan segera menandaskan isinya."Kenapa ingatan kejadian kelam itu muncul kembali Tuhan?!" gumam Sandra frustasi.Rasa sakit yang berusaha Sandra lupakan mendadak muncul lagi setelah pertemuaannya dengan pria itu. Pria jahat yang telah tega merenggut kegadisannya dulu.Setelah sekian lama kenapa mimpi buruk itu hadir lagi setelah susah payah Sandra berusaha melupakannya.Bahkan dulu ia telah menghabiskan sisa uang tabungannya untuk mengunjungi psikiater karena Sandra hampir gila karena trauma.Percobaan bunuh diri dan aborsi juga p
Demi menghilangkan kesedihan dan rasa trauma Sandra yang sempat muncul beberapa hari ini. Pagi ini Juwita memaksa Sandra untuk mau ikut pergi ke salon dan spa dengan dirinya.Kegiatan yang paling disukai oleh kaum hawa karena ampuh untuk menghilangkan penat dan stres. Serta sebagai tempat untuk memanjakan dan mempercantik diri."Nyalon yuk San!" seru Juwita setelah keluar dari kolam renang.Berenang adalah kegiatan yang rutin dilakukan Juwita setiap pagi untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Tak jarang Juwita pun mengajak Sandra untuk berenang menemaninya."Males ah!" jawab Sandra tanpa mengalihkan perhatiannya pada majalah di tangannya.Juwita pun berjalan mendekat ke arah sahabatnya itu kemudian ikut duduk di kursi malas tepat sebelah kiri Sandra."Emang kamu nggak bosen di rumah terus? Sekali-kali nyalon dan shoping kan nggak ada salahnya dari pada ngerem di rum
Usaha Juwita untuk menghilangkan kesedihan Sandra akibat trauma masa lalunya tampaknya membuahkan hasil karena terlihat Sandra yang tak berhenti tersenyum seharian ini.Tujuan terakhir mereka saat ini adalah berbelanja. Juwita membawa Sandra ke sebuah butik langganannya. Butik yang memiliki koleksi gaun limited edition tentu dengan harga selangit karena tidak semua orang bisa berbelanja di tempat ini."Ayo masuk!" Juwita menarik Sandra masuk ke dalam butik langganannya. Di sana mereka sudah disambut pegawai butik dengan ramah."Selamat datang, silahkan melihat-lihat koleksi terbaru di butik kami," sapa salah satu pegawai butik."Makasih Mbak."Juwita pun mengajak Sandra menuju deretan baju yang terjejer menggantung di sana."Inilah yang dinamakan surga dunia yang sebenarnya. Mari kita belanja sepuas-puasnya!" seru Juwita kegirangan padahal hal ini sudah sering ia lakukan tapi menghabiskan waktu shoping dengan sahabat karibnya merupakan penga
Arga yang hampir saja kehilangan jejak Bening kini bisa bernafas lega saat melihat istrinya duduk bersimpuh di depan pintu lift.Arga pun menghampiri Bening dengan nafas yang masih terengah-engah akibat berlarian mengejar Bening tadi."Apa yang kau lakukan di sini? Ayo pergi jangan menangis seperti orang bodoh begini!" ucap Arga sembari menarik Bening agar mau berdiri."Aku melihatnya tadi. Aku melihat Ibuku masuk ke dalam lift itu. Tolong kejar dia, aku ingin bertemu dengannya. Aku sangat merindukannya, aku ingin memeluknya. Hiks ... hiks ... hiks ...!"Arga pun meraih gadis itu ke dalam pelukannya. Ia bahkan tidak peduli lagi jika saat ini mereka berdua sedang menjadi objek perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sana."Sudah lah kita bisa mencarinya nanti. Ayo kita pergi dari sini!" bujuk Arga setelah mengurai pelukan mereka berdua."Tapi kau janji akan membantu mencari Ibuku 'kan?" lirih Bening dengan suara paraunya."Iya aku