Benteng pertahanan Black Jade Sword yang berada di depan mulai ambruk, puluhan pria jatuh dari jembatan benteng akibat serangan panah yang menghujani dari atas bukit. Di waktu yang hampir bersamaan pula kamp di Utara hangus oleh ledakan yang kemungkinan berasal dari senyawa peledak dari pabrik. Sekelompok prajurit berkuda memasuki halaman belakang markas tersebut dan dalam waktu sekejap bertarung dengan para pasukan Black Jade Sword. Mereka menusukkan tombak saat kuda berlari dengan laju menabrak musuh.Perlawanan masih terus berlanjut, satu per satu serangan dilancarkan di beberapa sudut markas Black Jade Sword.Seorang wanita dengan pakaian hitam serba tertutup menyaksikan pertempuran dari menara lonceng yang tinggi, mata kelamnya mengikuti arah pergerakan seseorang bertopeng rubah. Timbul banyak persoalan di kepalanya. Sedetik kemudian terkembang senyuman tipis."Orang yang menarik." Setelah melihat cukup lama, alur pertarungan telah berubah. Tidak seperti yang diperkirakan Manaj
Angin bertiup panas membawa aroma hangus dan debu yang menyengat di udara. Asap dan kabut tebal mengambang di udara, menyelimuti langit dengan warna hitam yang kelam.Bangunan-bangunan yang megah dan kokoh kini menyisakan puing-puing dan dinding-dinding retak yang melengkung ke arah langit. Jendela-jendela pecah menganga lebar, berbunyi berisik oleh angin badai yang menyapu dataran di kaki bukit. Seseorang yang kembali terjebak dengan jurus ilusi telah berhenti sejak dua puluh detik yang lalu dan dikerubuti musuh seperti lalat mengerubungi bangkai. Pemuda itu kini berada di bagian paling barat markas dan terdapat banyak gudang berisikan harta dan barang berharga yang terbakar akibat serangan panah berapi. Yang lebih penting dari pada itu, saat ini hanya dirinya sendiri di sana dan telah diikuti oleh puluhan musuh. Lao Zhan mengumpat."Si landak merah sialan, dia terbang begitu cepat... Aku mengikutinya karena kupikir dia lebih baik daripada Baolan. Rupanya sama saja mereka berdua! L
Mata milik laki-laki itu terus mengawasi gerak-geriknya, seolah-olah memperhitungkan setiap langkah yang akan diambil selanjutnya. Lao Zhan tidak bisa menyangkal itu, Quan Yui adalah musuh yang sulit ditebak.Kali ini Quan Yui sudah mengetahui kekuatannya dan belajar dari pertarungan sebelumnya yang membuat ini menjadi semakin sulit. Dia melepaskan helaan napas panjang perlahan lalu meregangkan bahunya sejenak. Pemuda itu mengangkat kedua pedang dengan sejajar di sisi tubuh."Majulah. Akan ku potong tubuhmu berkali-kali.""Khawatirkan lehermu, anak muda." Quan Yui membalas sinis.Detik berikutnya keduanya saling bertukar serangan, gerakan yang sangat cepat terjadi dalam hitungan detik. Quan Yui berusaha mendesak Lao Zhan namun pemuda itu bersikeras tetap bertahan di posisinya dan bertahan dari serangan-serangan Quan Yui.Lao Zhan melompat saat Quan Yui memutar kakinya di atas tanah, tetapi itu hanyalah taktik Quan Yui agar dirinya membuka celah. Pemuda itu kehilangan keseimbangan, mus
Pria itu mengibaskan pedangnya. "Sekarang giliranku." Kilatan sinar di matanya berubah drastis yang mulai membuat lawannya bersikap waspada. Sejauh ini Lao Zhan belum pernah melihat laki-laki itu menggunakan kekuatan aslinya."Kenapa kau masih di kelompok ini? Bukankah kau yang bilang mereka membunuh istrimu? Kau melayani musuhmu dan masih bangga pada dirimu sendiri?" Quan Yui mulai goyah. Kilatan petir di malam yang dingin dan bayangan kematian di depannya muncul, wanita pucat di atas genangan darah membuat pundaknya bergetar hebat.Suara itu memenuhi pikirannya."Jika kau mengkhianatiku... Maka ku pastikan perguruan tempat istrimu berasal akan menanggung malu sehingga ratusan orang akan mengutuknya setiap hari. Istrimu tak akan mendapatkan ketenangan di akhirat." Guntur memperlihatkan dengan jelas wajah lelaki itu.Tanpa sadar Quan Yui berucap. "Ketua..."Quan Yui mengangkat pedangnya, pikirannya mulai tidak terkendali dan tubuhnya bergerak tanpa perintahnya. "Akan kulakukan apa p
Ma Jun berlari cukup cepat hingga tiba ke menara lantai lima, api terus menjalar membakar musuh yang menghalau di depannya tanpa pandang bulu. Langkahnya memelan ketika dia memasuki sebuah ruangan yang berbeda dari ruangan lainnya, pilar-pilar tinggi menjulang tinggi ke atas dengan satu-satunya kursi agung tanpa sesiapapun berdiri di sana. Pedang yang tertancap di sebelah kursi tersebut terlihat usang.Perlahan tapi pasti Ma Jun mendekatinya dengan hati-hati, beberapa kali pandangannya sempat mengitari sekitar mencurigai adanya musuh. Tetapi hawa dingin dan sunyi di tempat ini seolah-olah hanya dirinya sendiri yang berada di sana.Ma Jun berdiri di depan kursi tersebut, melihat tempat itu berdebu dan kosong. Tidak pernah ada satu pun manusia duduk di atasnya. Keningnya berkerut dalam."Kursi yang selalu kosong..."Kedua tangan Ma Jun terkepal. Dia menciptakan api dan membakar kursi dengan penuh emosi. "Bajingan! Selama ini aku mencari orang yang tidak pernah ada?!" teriaknya murka. Ma
Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja
Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan
Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep