"Entahlah! Coba kau tanyakan padanya jika bertemu dengannya." Xie Jing Cuan tersenyum geli, menatap Wang Xuemin yang mencebikkan bibirnya."Pasti akan aku tanyakan jika kami bertemu," sahut pemuda tampan itu seraya terkekeh pelan."Aku rasa kalian akan sulit untuk bertemu, kecuali jika Ketua Zhang bertindak lebih jauh lagi dengan terang-terangan menyerang wismaku." Xie Jing Cuan kembali tersenyum."Apakah itu mungkin?" Wang Xuemin mengerutkan keningnya pertanda serius menanggapi ucapan Xie Jing Cuan yang terkesan santai."Mungkin saja, apalagi jika Zhao Lu Yang ada di balik semua ini." Kembali Xie Jing Cuan menyahut dengan santai.Pria berambut putih itu sepertinya tidak mengkhawatirkan ancaman dari sekte Lotus Hitam. Meski sekte yang dipimpin oleh Zhang Jiawu itu merupakan salah satu sekte yang terkuat di Dataran Tengah tetapi tidak membuatnya gentar apalagi harus khawatir berlebihan."Jika itu memang terjadi, apa yang akan kau lakukan? Zhao Lu Yang adalah satu-satunya saudara sepup
"Apakah Wang Xuemin berulah lagi?" Wu Hongyi melirik Kang Li yang berkuda di sampingnya."Tidak." Kang Li menyahut dengan setengah hati. Dia sama sekali tidak berani menatap langsung Wu Hongyi.Wu Hongyi adalah sosok yang paling disegani di sekte setelah Xie Jing Cuan. Wanita berambut putih itu selalu bersikap tenang dan tidak mudah terprovokasi. Selain itu olah kanuragannya tidak dapat diremehkan. Dia pasangan yang cocok bagi Xie Jing Cuan jika berbicara mengenai kepentingan sekte."Lantas apa yang membuatmu kesal?" Wu Hongyi kembali melirik ketua pintu kematian yang selalu mengenakan hanfu dan jubah serta hitam itu."Pedangku hancur," sahut Kang Li pelan.Wu Hongyi menahan tali kekang kudanya, memperlambat laju sang kuda. Dia menatap Kang Li tak berkedip dan baru menyadari tidak ada lagi pedang hitam yang biasanya tergantung di pinggangnya."Apa yang terjadi?" tanyanya dengan hati-hati."Pedangku tak mampu menahan energi angin puting beliung Lady Ahn Yiran," sahut Kang Li pelan."Ak
"Itu Manor Zhao!" Wu Hongyi menunjuk pada bangunan di seberang mereka.Mereka berdua tiba di kediaman penguasa kota itu setelah berjalan tidak begitu jauh dari tempat mereka menitipkan kuda. Kota Tanah Bebas selalu ramai seperti biasanya. Namun, hari ini di pelataran Manor Zhao tidak terdapat antrian kereta atau pun kuda seperti hari-hari biasanya"Kenapa sepi?" Kang Li mengerutkan keningnya dan memandang sekitarnya penuh rasa ingin tahu."Aku rasa karena masih terlalu pagi." Wu Hongyi mendahului menyeberangi jalan menuju pelataran manor megah itu. Kang Li mengikutinya setengah berlari."Nona silakan menunggu di sini dahulu." Seorang prajurit menyambut mereka begitu kedua wanita cantik itu memasuki pelataran."Baiklah!" Wu Hongyi menganggukkan kepala dan mengajak Kang Li untuk menunggu di bawah pohon willow yang tumbuh di kedua sisi pelataran yang cukup luas itu."Tidak ada pemeriksaan senjata atau sejenisnya?" Kang Li kembali mengerutkan keningnya, menatap Wu Hongyi keheranan."Tidak
"Tuan Zhao, kami menyampaikan pesan dari Ketua Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga dan Ketua Sekte Sembilan Pintu Kematian." Wu Hongyi mengulurkan gulungan surat yang semula tergantung di pinggang rampingnya."Ah aku dengar beberapa hari yang lalu wisma di pusat kota mengalami kebakaran. Apakah semua baik-baik saja?" Zhao Lu Yang menerima gulungan itu dan membukanya."Itu benar dan aku rasa kami semua cukup beruntung hingga tidak ada korban dalam kebakaran itu." Wu Hongyi membalas pertanyaannya dengan tenang."Begitu? Baguslah!" Zhao Lu Yang tersenyum tipis dan mulai membaca surat dari Xie Jing Cuan.Cukup lama dia menekuri gulungan surat itu, membacanya dengan hati-hati. Ekspresi wajahnya yang tenang tanpa riak tak luput dari pengamatan Wu Hongyi. Sedangkan Kang Li memperhatikan sekitarnya. Telinganya yang tajam kembali menangkap lagi lagu yang tadi juga berkumandang saat berada di taman."Siapa yang memainkan lagu ini?" bisiknya dalam hati. Kang Li melirik Wu Hongyi yang
"Permisi!" Wanita itu menundukkan kepalanya kemudian bergegas melewati Wu Hongyi dan Kang Li.Diikuti pelayannya, dia berjalan semakin menjauh. Sikapnya yang aneh membuat kedua ketua pintu kematian itu saling berpandangan."Siapa dia?" Kang Li menoleh dan menatap wanita cantik yang kini sudah semakin jauh meninggalkan taman."Meigui Jin dari Utara," sahut Wu Hongyi dengan tenang. "Jangan lihat lagi, ayo kita kembali ke Danau Hu!" Wu Hongyi kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terjeda karena kehadiran tiba-tiba wanita cantik itu.Kang Li hanya menganggukkan kepalanya, tetapi matanya enggan beralih dari sosok yang kini menaiki tangga yang menuju ruang kerja Zhao Lu Yang. Namun, dia tidak bisa berlama-lama menatap wanita itu karena Wu Hongyi telah melangkah jauh meninggalkannya.Setengah berlari Kang Li mengikuti Wu Hongyi yang telah tiba di pelataran. Keduanya kembali berjalan kaki menelusuri jalanan kota Tanah Bebas yang mulai ramai."Kota ini selalu ramai seperti biasanya." Wu Ho
"Paman, mienya satu mangkok lagi!" Gadis itu berteriak, memesan makanan pada pemilik kedai, setelah duduk dengan santai."Baik Nona!" Sahut pemilik kedai dengan riang. Kedainya cukup ramai siang ini yang berarti akan menambah pundi-pundi uangnya, itu membuatnya bersemangat."Ketua Qilin, aku sudah lama mendengar kabar tentang dirimu." Gadis itu tersenyum tipis menatap Ketua Qilin tanpa malu-malu. Membuat pria yang biasanya bersikap sembarangan itu sedikit merasa jengah karenanya."Ah itu hanya kabar burung saja, Nona." Ketua Qilin tersenyum canggung. Perlahan-lahan dia mencoba bergeser dan melirik Fu Rui.Kakak seperguruannya itu hanya menundukkan kepalanya saja dan memalingkan wajahnya, menatap ke jalanan yang ramai oleh lalu lalang pejalan kaki. Dia pura-pura tidak melihat apa yang tengah terjadi di hadapannya."Ketua Qilin terlalu merendah. Kehebatanmu sudah tersebar luas di wilayah ini." Kembali gadis muda itu memujinya."Tuan dan Nona silakan mie dan tehnya!" Paman pemilik kedai
"Ada apa?" Wu Hongyi tertegun saat keluar dari toko perhiasan. Begitu juga dengan Kang Li yang berdiri di sebelahnya."Paman ada apa? Kenapa orang-orang berlarian seperti itu?" Wu Hongyi bertanya pada seorang lelaki yang berlari ketakutan."Ada keributan di sana! Seorang gadis tengah berkelahi dengan seorang pria dan dia membuat tandu Nona Wenwan terguling!" Pria paruh baya itu menjelaskan dengan terbata-bata. Kemudian tanpa pamit dia kembali berlari menjauhi keributan."Perkelahian? Orang bodoh mana yang berulah begitu mencolok di kota milik Zhao Lu Yang ini?" Wu Hongyi bergumam pelan saling bertatapan dengan Kang Li."Aku dengar gadis itu bermarga Nanggong." Beberapa orang yang lewat berbisik-bisik. "Pantas dia hebat!" Balas yang lain cukup keras."Nanggong?" Wu Hongyi dan Kang Li menggumamkan nama itu bersamaan. "Ayo ke sana!" Wu Hongyi segera berjalan mendahului Kang Li."Jangan ikut campur maupun menarik perhatian! Kita hanya mengamati situasi saja!" Wu Hongyi memperingatkan Kang
"Nona Wenwan, selamat datang!" Beberapa biksuni menyambut kedatangan Nona Wenwan dengan penuh rasa hormat.Wanita cantik yang dikenal sebagai selir kesayangan Zhao Lu Yang itu selalu mengunjungi kuil yang berada di sebuah bukit kecil tak jauh dari Danau Hu setiap beberapa bulan sekali. Terutama di hari-hari istimewa seperti perayaaan atau pun peringatan."Nona, saya dengar Anda terluka karena sebuah insiden di perjalanan tadi." Seorang biksuni maju dan menyambutnya secara pribadi. Dia menatap sang selir dengan cemas.Wenwan merupakan selir kesayangan Zhao Lu Yang dan mendapat perhatian lebih darinya. Karena itu orang-orang di sekitarnya selalu menjaganya dengan hati-hati agar tidak membuat Zhao Lu Yang kecewa dan marah."Hanya terkilir. Biksuni tidak perlu khawatir." Wenwan tersenyum manis dan mengikutinya memasuki pelataran kuil yang asri.Kuil ini merupakan kuil milik keluarga Zhao yang dibangun untuk memuja Dewa Naga Long Si Jue. Meski sebenarnya kuil ini merupakan bagian dari wism
Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi
Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m
Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d
Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu