"Tetua Oey apa maksud ucapanmu?" Lady Jing menahan tangan sang kakak seperguruan yang sudah bersiap melemparkan selendang putihnya."Tidak ada maksud apa pun Lady Jing. Bukankah benar kalian menyepakati dengan suara bulat kesepakatan yang ditawarkan Kaisar Ao karena takut pada Pedang Es miliknya?" Tetua Oey kini menatap Lady Jing.Sepasang bola mata jernih yang berkilau itu menatap orang kedua di Istana Bunga itu lekat-lekat. Tetua Oey sangat menikmati saat-saat seseorang terpancing emosinya karena kata-kata yang diucapkannya. Sayangnya tidak seperti Lady Wang yang terlihat marah, Lady Jing sang adik seperguruan masih bersikap tenang dan santai."Tetua Oey, sebuah sekte memiliki pertanggungjawaban terhadap para anggotanya. Jika berhadapan dengan Kaisar Ao Yu Long yang memiliki Pedang Es dan menguasai roh Naga Es maka anggota sektelah yang kami prioritaskan. Mungkin kau tidak memahami itu karena aku dengar sekte Lotus Hitam tidak peduli dengan anggota-anggotanya di tingkat rendah." Lady
"Kebakaran! Kebakaran!" Teriakan panik dan orang-orang yang berhamburan tak tentu arah menyambut kedatangan Xie Jing Cuan dan Wu Hongyi saat mereka tiba di Wisma Lonceng Naga kedua yang terletak dekat pusat kota Tanah Bebas.Asap mengepul dari berbagai sudut wisma. Sedangkan api masih berkobar cukup besar. Xie Jing Cuan tertegun menatap kekacauan di hadapannya. Orang-orang berlarian panik menyelamatkan diri dan juga barang-barang mereka."Apa ini? Bagaimana bisa terjadi kebakaran seperti ini?" Wu Hongyi bergumam lirih."Tuan!" Seorang pria tua berlari menyambut Xie Jing Cuan dengan panik. " Celaka Tuan! Ada yang sengaja membakar wisma!" Pria itu melapor dengan gugup."Maksudmu?" Wu Hongyi menatap pria tua itu dengan tatapan setajam ujung belati."Kebakaran terjadi di tempat-tempat yang tidak ada sumber apinya Nona." Pria itu menjelaskan masih dengan panik sekaligus gugup."Apakah ada sesuatu yang mencurigakan sebelumnya?" Xie Jing Cuan bertanya pada pria tua itu, seraya menatap kobara
"Tuan Rong apa yang membuat Anda gelisah?" Huan Junjie menyapa Rong Xia Guo yang berdiri di halaman paviliun, tengadah menatap langit.Pria tampan nan cantik itu melangkah dengan kedua tangan berpegangan di belakang punggungnya. Berdiri di sebelah Rong Xia Guo dan turut menatap langit biru yang cerah."Aku mengkhawatirkan Ketua Xie. Aku mendengar kabar wisma di pusat kota telah terbakar." Rong Xia Guo bergumam pelan.Huan Junjie menoleh dan menatapnya dengan serius. Dia pun mendengar kabar itu tetapi tidak menyangka situasinya cukup mengkhawatirkan banyak pihak."Apakah sudah ada kabar darinya? Atau Ketua Wu?" Huan Junjie pun turut khawatir setelah melihat kekhawatiran Ketua sekte Elang Emas itu."Belum! Nah itu elang emasku telah kembali! Jin!" Rong Xia Guo berseru dan mengulurkan lengannya menyambut elang emas yang menukik turun setelah sebelumnya berputar-putar di sekitar wisma."Kabar apa yang kau bawa?" Rong Xia Guo menggaruk Tengku burung itu saat sudah mendarat di lengannya.Bu
Kolam air panas tetap tenang seperti biasanya. Suasana di sekitarnya tetap sunyi seperti ribuan tahun lalu saat sang Roh Naga sering berlatih di tempat ini."Untuk apa dia datang lagi?" Dewa Naga bergumam saat merasakan aura seorang manusia di sekitar kolam air panas.Zhingyi, gadis desa itu kembali lagi mengunjungi kolam. Dia masih penasaran dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Dia ingin membuktikan itu bukan hanya sebuah ilusi semata."Naga itu jatuh ke dalam kolam. Semestinya dia ada di dasar kolam bukan?" gumamnya seraya membungkukkan tubuhnya dan menatap air kolam yang jernih. Sesekali gelembung-gelembung bak buih muncul di permukaan kolam.Dasar kolam akan terlihat jelas saat siang hari karena adanya sinar matahari. Kolam itu tidak terlalu dalam, bahkan di beberapa bagian sangat dangkal."Tidak ada apa-apa, hanya bebatuan berwarna-warni saja yang ada di dasar kolam." Zhingyi kembali bergumam setelah cukup lama mengamati dasar kolam."Ah mungkin saja itu hanya khayalanku saja,
"Apakah kau pikir kau bisa mengalahkan diriku?" Si Rambut Putih tertawa terkekeh.Dia bergerak dengan cepat melayang ke udara dan tiba-tiba meluncur lagi ke bawah dengan pedang terarah ke dada Si Baju Hitam. Merasa terdesak, Si Baju Hitam menggunakan telapak tangannya untuk menahan pedang Si Rambut Putih."Mati kau!" Si Rambut Putih berteriak keras. Namun dia terdorong ke belakang dan terjatuh dengan berpegangan pada gagang pedangnya yang terseret di tanah."Racun? Kau!" Rambut Putih berteriak penuh amarah sedangkan Baju Hitam hanya tertawa terkekeh."Dewa Naga, kita lihat saja apakah kau kuat menanggung racunku?" Baju Hitam kembali tertawa mengejeknya.Ternyata dia seorang wanita. Zhingyi menyaksikan semuanya dari pucuk rumpun bambu. Dia dapat melihat wanita berbaju hitam itu menaburkan racun saat Rambut Putih menyerangnya dengan pedang."Sepertinya kisahmu sebagai Dewa Naga akan berakhir di sini Long Si Jue." Wanita berbaju hitam itu melangkah mendekati Rambut Putih yang masih belum
Sosok berambut putih itu berdiri di tepi kolam air panas. Bunga-bunga camelia ungu bermekaran menghampar bak permadani, membuat sosok Xie Jing Cuan sangat menonjol dengan rambut putih dan hanfu serta jubah yang juga berwarna putih."Selamat datang di kediamanku, Ketua Rong Xia Guo dan Tuan Muda Huan Junjie," sambutnya dengan ramah. Senyum penuh misteri dan denting senar guzheng seakan-akan menjadi sebuah penyambutan bagi mereka berdua."Tuan Xie aku senang kau baik-baik saja." Rong Xia Guo tersenyum dan mendekat pada sang pemilik Wisma Lonceng Naga yang duduk di sebuah batu. Di sampingnya berdiri sosok wanita berbaju hitam dengan separuh wajahnya tertutup topeng keperakan."Wah rupanya Ketua Ang Hui ada di sini. Bagaimana kabar Anda?" Rong Xia Guo menyapa wanita yang tak terlihat jelas ekspresi wajahnya.Bibirnya hanya sedikit tertarik ke atas, entah apakah itu sebuah senyuman atau tawa. Dia menatap kedua tamu Ketua Xie dengan tatapan yang juga ta
Denting senar guzheng masih mengalun, sayup-sayup terdengar hingga di kejauhan. Menghadirkan suasana syahdu bagi siapa saja yang mendengarnya."Suasana hati Ketua Xie sepertinya tengah kalut dan tidak baik-baik saja." Fu Rui menatap sebuah bangunan yang yang hanya terlihat atapnya dari tempatnya berdiri."Tentu saja, aku bisa memahaminya. Mengingat ada orang-orang yang mengusik Wisma miliknya." Ketua Qilin menyahut dengan santai.Mereka berdua tengah duduk di lantai atas salah satu paviliun yang berada di sudut tersenyum dan sunyi di Wisma Lonceng Naga. Paviliun yang menjadi tempat langganan mereka setiap berkunjung ke Tanah Bebas."Zhao Lu Yang atau Sekte Lotus Hitam? Atau mungkin kedua-duanya?" Fu Rui memutar tubuhnya, berbalik dan berjalan mendekati Ketua Qilin yang tengah duduk santai di pagar kayu bersandar pada tiang seraya menggigit setangkai batang rumput liar."Menurutmu bagaimana?" Pria itu menatap Fu Rui yang kini berdiri di ha
"Haiye Qilin," gumamnya pelan sembari menatap kuda hitam yang tengah merumput di tepi danau Hu.Kuda hitam itu tertambat di bawah sebatang pohon willow. Sedangkan sang pemilik duduk tak jauh darinya, menatap Danau Hu yang sunyi."Siapa pemuda itu? Dia selalu bersama Ketua Rong di pertemuan tadi. Apakah dia murid Sekte Elang Emas?" Sosok yang bersembunyi di bayang-bayang pepohonan yang bergerombolan di tepi Danau Hu itu masih mengawasi Tian Min dan kuda hitamnya.Tian Min sendiri tidak menyadari dirinya tengah diawasi oleh sosok yang berbaur dengan bayangan-bayangan di sekitar danau. Dia duduk sembari melamun. Sesekali melemparkan batu ke danau atau mencabuti rambut bertangkai panjang dan menggigitnya."Apakah dia pemuda yang turut bersama Kaisar Ao Yu Long waktu itu?" Sosok itu kembali bergumam. Dia masih mengawasi Tian Min di balik bayangan-bayangan."Sudah sore. Hitam ayo kita kembali ke wisma." Tian Min berdiri dan mendekati kudanya ke
Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi
Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m
Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d
Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu