KUDA HITAM berkaki enam itu melesat ke dalam senja memasuki malam. Maithatarun yang berada di sebelah depan menunjuk ke arah timur. Sebuah bukit terjal kelihatan menghitam di kejauhan.
"Itu bukit tujuan kita," kata Maithatarun lalu memperlambat lari kudanya. "Yang di arah barat itulah yang disebut Pabukit Tanpa Mentari. Pada pagi hari sampai siang bukit itu tidak pernah kena matahari. Waktu matahari beralih ke barat sinarnya juga tidak bisa menyentuh bukit karena ada bukit lain yang lebih tinggi menghalangi”
"Aku heran," kata Bayu yang duduk di paling depan Paekakienam. "Kalau ada orang mau membunuh Arya itu, mengapa susah-susah mengundang dan mengadakan Perjamuan Pengantar Arwah segala!"
"Nenek berjuluk Jin Pembedol Usus yang menyamar jadi Ruhlampiri itu jelas-jelas adalah kaki tangan Jin Muka Seribu," menyahuti Bintang. "Aku yakin penculikan Arya ini satu jebakan yang didalangi oleh Jin Muka Seribu!"
"Aku juga menduga begitu," kata Maithatarun yan
"Jebakan salah-salah bisa membuat kita lupa," kata Maithatarun. "Apa lagi yang kau lihat. Jin Muka Seribu ada di sana?"Bintang menggeleng. "Manusia Segala Tipu, Segala Keji dan Segala Nafsu itu mana berani unjukkan muka terang-terangan. Dia selalu bersembunyi di balik punggung kaki tangannya. Aku juga tidak melihat kawan kita Arya. Di atas meja banyak hidangan dan minuman. Namun belum ada satu pun yang menyentuh. Ada dua buah kursi kosong di kiri kanan meja. Rupanya sesuai undangan, untukku dan untuk Bayu.... Tunggu dulu. Ada dua orang menggotong sebuah kursi besar. Homm. Kukira itu kursi untukmu Maithatarun. Aneh, bagaimana mereka bisa mengetahui kehadiranmu?""Jin Muka Seribu punya banyak pembantu dan mata-mata. Kalian sudah siap?" tanya Maithatarun. Bintang dan Bayu anggukkan kepala. Maithatarun tepuk pinggul kuda hitam berkaki enam. Binatang raksasa ini segera melompat lari menuruni lembah kecil. Tak selang berapa lama dalam kegelapan di depan sana kelihatan cahay
Gadis cantik yang duduk di samping kiri Bayu lalu ambil cangkir kayu berbentuk piala berisi minuman dan menyerahkannya padanya sambil tersenyum kedipkan mata. Bayu seperti melayang di sorga balas tersenyum serta kedipkan dua matanya berulang kali lalu ambil piala kayu. Gadis yang duduk di samping kanan Bayu membantunya mendekatkan piala kayu ke bibirnya."Gluk... gluk” Bayu teguk minuman dalam piala kayu dua kali. Rasa hangat menjalar sampai ke perutnya. Mukanya berubah merah. Bayu ini tersenyum. Kedipkan matanya. Dengan dua tangannya dipegangnya lengan gadis cantik di sebelahnya lalu dekatkan piala kayu ke mulut dan teguk kembali anggur di dalamnya. Sesaat kemudian anak ini batuk-batuk lalu tersandar ke kursi.Dua matanya berputar-putar dan mulutnya pencong ke kiri. Air liurnya mulai meleleh. Di sisi meja yang lain Bintang dan Maithatarun juga mengalami hal yang sama. Dua orang ini tampak seperti melayang-layang seperti meneguk minuman yang disuguhkan. Keduanya
"Hai! Tak ada jawaban! Berarti para tamu minta makanan utama dihidangkan secara matang!" Gadis itu memberi tanda pada juru masak dengan lambaian tangan. Si muka bopeng menyeringai. Dengan tangan kirinya dia putar palang besi di atas perapian. Sosok Arya berputar-putar di atas gerobak. Lalu si muka bopeng cabut dua buah benda yang tersisip di pinggangnya yakni sebilah golok penjagal besar, berbentuk empat persegi panjang, putih berkilat dan sebatang besi lancip. Golok digosok-gosokkannya berulang kali ke batangan besi hingga mengeluarkan suara gesekan mengerikan. Di atas gerobak sosok Arya kembali kucurkan air liur.Tiba-tiba tangan kiri juru masak bermuka bopeng itu tusukkan besi lancip ke perut Arya. Tangan kanan yang memegang golok persegi panjang dibacokkan ke pangkal paha si kakek!Serrrr! Air liur Arya mancur deras!Hanya tinggal sejengkal ujung besi lancip akan menembus perut dan sekejapan lagi bagian tajam golok penjanggal akan memutus amblas pangkal paha
Ekor kelabang jejadian putus amblas. Cairan hijau menyembur dibarengi suara raungan aneh. Bayu jatuhkan diri walau pakaian hitamnya sempat terkena semburan cairan hijau. Ketika dia memandang ke depan dilihatnya sosok Jin Kelabang Dari Bukit Racun telah berubah kembali menjadi sosok lelaki muka bopeng garang. Namun satu kakinya tak ada lagi, buntung dibabat Pedang Pilar Bumi yang tadi dipergunakan Bintang untuk melindungi kepala Bayu, sekaligus membabat putus ekor kelabang jejadian yang dalam bentuk aslinya adalah kaki kiri Jin Kelabang Dari Bukit Racun!Terhuyung-huyung Jin Kelabang bangkit berdiri. Kakinya yang buntung diangkat tersentak-sentak. Belum sempat dia berdiri dengan benar satu jotosan yang sangat besar mendarat di mukanya!"Kraaakkk!"Jotosan dalam jurus Tinju Jalan Penguasa dari jurus Leluhur yang dilepaskan Bintang membuat hancur hidung Jin Kelabang. Pipinya melesak ke dalam tengkorak kepalanya! Raungan yang keluar dari mulutnya yang ikut hancur te
"Terserah para tamu agung. Kami hanya mengikut!""Wah, asyik juga! Tapi biar kutanya dulu teman-temanku!" kata Bayu.Saat itu Maithatarun dan Bintang sudah melangkah mendekati Bayu. Mereka memandang pada gadis-gadis cantik yang duduk bersimpuh di tanah itu."Kalian gadis baik-baik yang bisa kembali ke jalan baik. Jika kalian berjanji mau meninggalkan Istana Surga Dunia, kami akan melepaskan kalian!"Gadis-gadis itu langsung jatuhkan diri dan berbarengan berucap. "Kami berjanji!""Hai! Janji itu tidak berlaku untukku!" Bayu berteriak."Buang pikiran kotor yang ada dalam benakmu Bayu!" kata Bintang."Hai! Siapa yang punya pikiran kotor?!" teriak Bayu."Aku dan Maithatarun tidak tuli. Kami dengar semua pembicaraanmu. Kami lihat sendiri sikap genitmu! Bayu edan tak tahu diri! Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan!" sentak Ksatria Pengembara."Kalian salah sangka! Aku tidak mencari kesempatan dalam kesempitan! Terbalik!
Di dalam telaga yang kedalamannya setinggi leher, Bintang kibas-kibaskan rambut ekor kudanya basahnya. Dia bermaksud hendak menselulupkan tubuhnya sampai kepala sekali lagi baru keluar dari telaga itu. Namun tiba-tiba, pluk! Sebuah benda menghantam kepalanya. Kagetnya sang pendekar bukan kepalang. Pundaknya sampai tersentak ke atas. Benda yang tadi mengenai kepalanya itu jatuh ke telaga. Sebelum tenggelam ke dalam air Bintang cepat mengambilnya. Ternyata sebuah jambu muda berwarna hijau. Bintang memandang berkeliling. “Tak ada pohon jambu sekitar telaga ini. Berarti ada orang jahil mempermainkanku!” pikir Bintang sambil memperhatikan seputar telaga. Tapi dia tak melihat siapa-siapa. “Jangan-jangan ini pekerjaan Bayu atau Arya. Awas mereka berdua. Akan kubalas nanti!”Bintang lalu memasukkan tubuh dan kepalanya ke dalam air telaga yang sejuk itu. Sesaat kemudian kepala disusul tubuhnya mencuat kembali di permukaan air telaga. Jus
Di bawah pohon Bintang memandang ke atas. “Sial!” Dia menggerendeng. “Ranting dan daun pohon ini rapat sekali! Aku tidak dapat melihat orang-orang di atas sana! Mereka pasti sudah kabur lagi!” Bintang lepaskan rangkulannya pada batang di bawah pohon. Lalu memutar tubuh, maksudnya hendak duduk bersandar di bawah pohon itu. Namun begitu berputar mendadak sontak dia jadi tersentak kaget. Matanya membeliak dan mulut ternganga. Di hadapannya berdiri dua orang gadis cantik, yang wajah serta potongan tubuh seperti pinang dibelah dua, mirip sekali satu dengan lainnya. Dua gadis ini mengenakan pakaian dari kulit kayu yang sangat halus hingga menyerupai kain biasa, berwarna putih keabu-abuan dan agak berkilat. Rambut mereka yang tergerai panjang sampai ke pinggang berwarna kepirang-pirangan. Ketika tersenyum kelihatan barisan gigi-gigi mereka yang putih berkilat dan rata.“Dua gadis cantik berpakaian serba putih di dalam rimba belantara. Sekian lama berada
GADIS bernama Ruhkemboja hentikan tawanya lalu berkata. “Kebahagiaan itu ada dua macam Hai pemuda dari negeri manusia. Pertama kebahagiaan yang dicari berdasarkan nafsu. Seperti hasrat ingin kaya, ingin kedudukan tinggi dan ingin berkuasa, ingin mendapatkan anak gadis orang. Jin Muka Seribu termasuk dalam golongan ini. Lalu ada kebahagiaan yang diinginkan secara wajar, diniati dengan hati ikhlas bersih. Kami berdua berusaha masuk ke dalam golongan ini. Kami tidak ada sangkut pautnya dengan Istana Surga Dunia dan Jin Muka Seribu...”Walau masih menaruh hati tidak enak namun Bintang merasa agak tenteram mengetahui bahwa dua gadis ini bukan kaki tangan Jin Muka Seribu, musuh bebuyutannya sejak menginjakkan kaki di Negeri Jin.Gadis bernama Ruhkenanga kemudian membuka mulut menyambung ucapan kakak kembarnya. “Kami mencarimu karena ingin membantu membebaskan dirimu dari beban paling akhir yang mungkin kau tidak sadar telah jatuh di atas pundakmu.”