Indahnya bulan purnama dengan sinarnya yang lembut terang tidak terlihat di kawasan Telaga Pasituhitam. Air telaga tetap menghitam, suasana dicekam kesunyian dan udara terasa dingin pengap. Angin seolah tidak mau bertiup menyapu permukaan telaga dan kawasan sekitarnya.
Jauh di bawah dasar telaga, dalam sebuah ruangan diterangi dua belas obor, yang disebut Ruang Dua Belas Obor, di atas sebuah tempat ketiduran terbuat dari batu, duduk satu sosok tubuh aneh yang kepalanya memiliki empat muka. Satu di depan satunya lagi di belakang, satu disebelah kiri dan satunya lagi disebelah kanan. Ke-4 muka memiliki raut serta bentuk yang sama, yaitu wajah tampan seorang lelaki berusia sekitar empat puluhan. Bedanya yang di depan berkulit kuning sedang di muka sebelah belakang, kiri dan kanan berwarna hitam keling.
Selain keanehan angker pada kepalanya yang bermuka empat itu, makhluk ini memiliki sepasang mata yang masing-masing bola matanya tidak berbentuk bulat melainkan berupa segi
Jin Muka Seribu pegang lengan Ruhjelita. Mulut berwajah hitam di sebelah belakang berkata. "Kita sudah kenal sejak lama. Bagaimana sifatku kau sudah tahu Mengapa masih bertanya? Bukankah sudah kukatakan. Boleh ada seribu gadis cantik di taklimku. tapi yang terpendam dalam hatiku! Hanyalah Ruhjelital"“Kau pandai merayu"Empat mulut Jin Muka Seribu sama-sama tertawa keras. Lalu yang sebelah depan berkata. "Kau yang mengajarkan segala rayuan dan kegenitan padaku! Kau yang telah menghangatkan hati dan membakar aliran darahku Sekarang Hai! Coba kau ceritakan kabar apa sa|a yang kau bawa dari luar.""Aku mau bertanya dulu," ujar Ruhjelita. "Waktu menuju kE sini aku melihat ada satu perempuan mendekam di balik semak belukar. Tak jauh dari mulut goa! Kulitnya hitam manis, kulit yang paling kau gandrungi. Wajahnya cantik dan sosok tubuhnya kencang pertanda usianya masih sangat muda. Sikapnya seperti tengah menyelidiki sesuatu dan sebentar-sebentar mendongak ke lan
Mendengar kata-kata Ruhjelita itu terjadi satu keanehan pada kepala Jin Muka Seribu. Kepalanya yang bermuka empat dan berupa wajah empat lelaki usia empat puluh tahun tiba-tiba berubah menjadi empat wajah orang tua yang air mukanya pucat putih karena terkejut. Dalam hati Jin Muka Seribu berkata. "Dari mana perempuan satu ini tahu ihwal hubunganku dengan Jin Santet Laknat.” Keadaan empat muka Jin Muka Seribu seperti dua orang tua bermuka pucat hanya sesaat. Di lain kejap empat mukanya kembali seperti tadi yaitu wajah empat lelaki berusia sekitar empat puluh tahun, tiga hitam satu putih. "Ruhjelita kekasihku! Kalau kau sudah tahu tentang sikap Jin Santet Laknat terhadapku, kuharap kau jangan menebar luas apa yang kau ketahui itu. Aku menyuruhmu membunuh Maithatarun karena aku punya firasat, di masa mendatang dia akan menjadi seorang tokoh sangat berbahaya di kawasan Negeri Jin. Maukah kau menolongku kekasihku?" Ruhjelita tersenyum membuat hati Jin Muka Seri
Jin Muka Seribu usap perutnya yang merah akibat cubitan Ruhjelita tadi. Lalu dia singkapkan pakaiannya di bagian bawah perut. Dia menyeringai memperhatikan tiga buah tahi lalat yang menebar berdekatan tepat di bawah pusarnya. Jin Muka Seribu bertepuk tiga kali. Empat gadis cantik yang tadi meninggalkan ruangan itu kini muncul kembali. Melihat empat muka Jin Muka Seribu yang telah berubah menjadi wajah pemuda-pemuda tampan, mereka segera maklum. Jin yang berjuluk Si Segala Nafsu ini ingin bersenang-senang. "Empat gadis cantik! Hai! Apa kalian siap melayaniku?" Empat yang ditanya anggukkan kepala lalu tanpa menunggu lebih lama sama-sama menghambur ke atas tempat tidur batu. -o0o- Bersebelahan dengan Ruang Dua Belas Obor terdapat sebuah ruangan batu redup suram serta bau. Jin Muka Seribu menyebut ruangan ini Ruang Obor Tunggal karena hanya diterangi sebuah obor kecil. Siapa saja yang memasuki atau melewati ruangan itu,
DI ATAS ranjang batu di Ruang Dua Belas Obor, Jin Muka Seribu terbujur mandi keringat. Saat itu empat wajah di kepalanya yang sebelumnya berupa wajah pemuda telah berubah kembali menjadi wajah lelaki separuh baya. Wajah sebelah depan putih sedang sebelah belakang hitam keling. "Malam semakin larut. Mengapa orang suruhan kita masih belum kembali!" Mulut sebelah depan Jin Muka Seribu berucap”Mungkin saja perempuan celaka itu benar-benar telah kabur melarikan diri sejak tadi-tadi" Menyahuti mulut bermuka hitam. "Hai! Jika dia berani berkhianat pertanda akan bertambah satu lagi penghuni Ruang Obor Tunggal!" "Aku sudah berkata sebaiknya berpuas-puas dulu dengan dirinya. Tapi kau malah memberinya tugas di luar goa." Pada saat seperti itu Jin Muka Seribu seolah-olah berubah menjadi dua orang yang berlainan tetapi memiliki satu tubuh. “Kau betul," kata mulut sebelah depan”Kalau dia datang akan kurendam dia sampai pagi. Ha... ha....ha...!" "Diam! Janga
"Ruhtinti! Lekas bilang apa yang katamu kau lihat di luar sana!" Tiba-tiba mulut sebelah belakang membentak hingga semua orang yang ada di situ, termasuk empat gadis yang duduk bersimpuh di samping ranjang batu tersentak kaget dan ketakutan. "Hai! Jin Muka Seribu," ujar Ruhtinti”Saya melihat sebuah benda putih melayang berputar berulang kali di atas telaga.” "Benda putih di atas telaga!" ujar mulut sebelah belakang Jin Muka Seribu. Mulut sebelah depan menimpali” Terbang berputar berulang kali di atas telaga! Itu adalah awan putih! Ruhtinti! Apa kau lihat ada seseorang yang menunggangi awan putih itu?!" "Memang ada saya lihat Hai! Jin Muka Seribu. Seorang berpakaian serba putih. Pakaiannya begitu panjang hingga sesaat menjela ke bumi sesaat lagi melayang tinggi seolah menembus langit. Rambutnya yang hitam panjang berkibar-kibar ditiup angin. Saya juga seperti membaui sesuatu yang harum" Sepasang mata sebelah belakang Jin Muka Seribu menatap
Jin Muka Seribu melompat ke atas sebuah gundukan batu di satu tempat ketinggian di sebelah timur Telaga Pasituhitam. Begitu dia melayangkan mata, memandang ke bawah tersentaklah makhluk bermuka empat ini. Dua mata di depan, dua mata di kiri dan kanan dan dua mata di belakang membeliak. Di samping rasa terkejut yang amat sangat, pada empat wajah Jin Muka Seribu jelas terlihat bayangan amarah. Empat wajahnya berubah menjadi empat wajah orang tua bermuka pucat pasi. Sesaat kemudian wajah-wajah ini berubah pula menjadi empat muka raksasa berwarna merah menyeramkan. Bola-bola matanya yang berbentuk segitiga menyorotkan sinar hijau angker.Saat itu terjadi sesuatu yang luar biasa di Telaga Pasituhitam. Di bawah penerangan rembulan, Jin Muka Seribu melihat pinggiran utara telaga yang sebelumnya dipagari batu-batu serta pohon-pohon besar kini seolah jebol. Batu-batu besar lenyap entah kemana sedang pohon-pohon bertumbangan malang melintang.Sebuah celah selebar dua puluh tomba
Di atas awan putih, gadis cantik yang dipanggil dengan nama Dewi Awan Putih mengulum senyum”Jin Muka Seribu! Berbilang hari berbilang minggu. Berbilang bulan berbilang tahun! Sudah berapa kali aku memberi peringatan padamu agar merubah diri dan jalan hidup! Agar merubah pekerti dan perbuatan! Tapi semua himbauan itu tidak kau dengarkan! Kau punya delapan telinga! Tapi seolah tuli! Kau punya delapan mata tapi seperti buta! Di usiamu yang sudah ratusan tahun ini kau masih saja berbuat Jahat. Menimbulkan bencana dan aniaya bagi orang- orang tak berdosa. Dengan kehebatan ilmumu kau memperalat orang lain untuk menimbulkan malapetaka! Setiap tarikan nafasmu kau selalu mengagulkan nama besarmu sebagai Jin Segala Keji, Segala Tipu Segala Nafsu! Para Dewa dan para Dewi telah cukup sabar. Apa yang aku lakukan malam ini merupakan satu peringatan kecil bagimu! Aku telah melakukan atas perintah Bunda Dewi, Simpul Agung Segala Dewi, Dewi Junjungan Dari Segala Junjungan! Mereka tidak mau mel
Mata biasa termasuk mata Dewi Awan Putih sekalipun tak dapat menerobos kegelapan malam. Apalagi sekitar tepian telaga sebelah timur penuh ditumbuhi semak belukar dan pohon-pohon besar. Namun mata Zeus si awan putih yang sudah berubah hitam tak bisa ditipu. Tunggangan Awan hitam ini walaupun dalam kelam masih sanggup melihat dari ketinggian puluhan tombak. Begitu melihat sosok Jin Muka Seribu yang berkelebat ka arah tenggara, Zeus cepat mengejar. Namun sosoknya tidak memungkinkan untuk terbang rendah, melayang menerobos kerapatan pepohonan.Tahu dirinya dikejar, Jin Muka Seribu percepat larinya dan sengaja memilih jalan yang gelap serta penuh pepohonan. Di satu tempat dia lari memutar maksudnya hendak menipu awan pengejar. Tapi tak berhasil. Begitu sempat melihat bayangan sosok tubuh yang yang dikejarnya di bawah sana, Zeus menukik. Lima tombak dari sosok Jin Muka Seribu, Zeus gerakkan kepala dan mulutnya. Sekali bergerak tubuh Jin Muka Seribu masuk ke dalam japitan mulutnya.