"Sesampainya di rumah sakit, aku menjaga Bu Hutomo sampai dia sadarkan diri. Tapi begitu sadar, hal pertama yang dilakukan Bu Hutomo adalah menyeretku ke ruangan Glen dan memaksaku untuk merawat anaknya.""Saat itu aku baru tahu ternyata Glen lumpuh. Pantas saja Bu Hutomo bersikeras ingin menemuiku, dia ingin aku menjaga anaknya. Dia dan suaminya tidak mau terbebani.""Dibandingkan kedua orang tuanya, Glen masih terhitung tahu diri. Glen membiarkan aku pergi, dia juga mengatakan akan membujuk kedua orang tuanya agar berhenti mengganggu kehidupanku. Tapi tak lama, perawat rumah sakit meneleponku dan mengatakan bahwa kedua orang tua Glen kabur. Sebelum kabur, Bu Hutomo meninggalkan nomorku kepada perawat. Makanya perawat rumah sakit meneleponku untuk memintaku melunasi semua tagihan rumah sakit Glen."Tanu keluar dari ruangan dan digantikan dengan perawat yang menelepon Sofia. Perawat ini datang membantu Sofia untuk memberikan keterangan."Aku akan menceritakan kenapa Keluarga Hutomo tid
Kebetulan, manajer Vision Streaming datang menemui Liam untuk melaporkan hal ini.Setelah mendapatkan kabar ini, Liam langsung memberikan izin kepada Savon.Hari ini, Liam dan Evano juga buru-buru menyelesaikan pekerjaan mereka, lalu turun ke lobi sebelum jam tujuh untuk menunggu Sofia. Berdasarkan logika, harusnya Liam sudah mengerjakan semua pekerjaannya."Aku ingin menemui orang yang bisa mengedit video, membeli headline, dan buzzer pencarian teratas," jawab Liam.....Setengah jam setelah siaran langsung berakhir, rekaman siaran langsung yang dilakukan Sofia langsung menyebar di internet.Banyak media terkenal yang langsung merilis berita."Sofia telah mengklarifikasi! Ruang Mediasi penipu!""Ruang Mediasi harus meminta maaf!""Ruang Mediasi tidak dapat membedakan yang benar dan salah!""Penipuan, Ruang Mediasi memberikan informasi palsu!""Penjual kesedihan, Ruang Mediasi menipu masyarakat!""Donasi yang sia-sia, pelaku ternyata kaya raya!"Kata kunci "Siaran langsung Savon", "Rua
Tadinya Savon mau mengajak Sofia makan, tetapi Sofia menolak dan ingin langsung pulang.Hari sudah larut malam, lift pun tidak seramai tadi. Sofia tidak menunggu lama, dia hanya memerlukan beberapa menit untuk turun ke lobi.Satpam langsung mengenali Sofia, dia bangkit berdiri dan menyapanya. "Bu Sofia ...."Satpam tersenyum sopan sambil membukakan pintu dan menunduk. "Hati-hati di jalan."Sofia tersenyum dan berterima kasih. Satpam itu sangat ramah, Sofia merasa seperti sedang disambut di sebuah restoran mewah.Sesampainya di halaman gedung, Sofia mengangkat kepalanya untuk menatap gedung yang berdiri megah dihadapannya. Sekarang sudah jam 10, tapi lampu-lampu gedung masih menyala.Kendaraan di jalanan juga tidak seramai tadi, Sofia hanya melihat beberapa mobil yang berlalu-lalang. Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya Sofia mendapatkan taksi.Begitu Sofia masuk ke dalam taksi, dia menerima panggilan dari Savon.Sofia mengerutkan alis. "Halo? Ada apa?"Savon menjawab dengan
"Sofia menantunya!" Salah seorang masyarakat berteriak, lalu berkata, "Kayaknya Bu Hutomo mau menggunakan cara ini untuk mengancam menantunya. Menjijikkan!""Iya, aku juga sepemikiran. Kalau aku jadi menantunya, mungkin aku sudah nggak tahan. Aku biarkan saja dia melompat.""Sudah, bubar, bubar! Aku berani bertaruh, orang seperti dia tidak akan berani melompat. Semakin banyak orang yang menonton, dia semakin bersemangat. Kalau semua orang bubar, dia pasti turun sendiri."Sofia membelalak saat mendengar suara yang familier ini. Begitu menoleh ke belakang, wajah Sofia menabrak sebuah dada yang kekar."Pak Liam?" Sofia terkejut. "Kok kamu ... ada di sini?"Liam tidak datang sendirian, Evano sedang berbicara dengan salah seorang petugas kepolisian.Liam tidak menjawab pertanyaan Sofia, dia langsung menggenggam pergelangan tangan Sofia dan menariknya pergi. "Ayo, pergi."Kaki Liam lebih panjang, satu langkah Liam setara dengan 2 langkah Sofia. Untuk mengimbangi Liam, Sofia sampai harus berl
Polisi tidak melarang siapa pun yang ingin keluar masuk dari rumah sakit sehingga Evano naik ke atap dengan bebas.Sesampainya di atas, seorang polisi yang berjaga di depan pintu baru mencegat Evano. "Maaf, Anda tidak boleh mendekat."Evano mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepada petugas kepolisian. "Selamat malam, Pak! Saya adalah pengacaranya Bu Sofia. Saya datang untuk bernegosiasi dengan Bu Hutomo."Semua orang tahu bahwa Bu Hutomo merengek untuk dipertemukan dengan Sofia. Meskipun ragu, petugas kepolisian tetap memberikan izin. "Baiklah, silakan. Tapi tolong hati-hati.""Terima kasih." Evano berjalan mendekati Bu Hutomo.Atap gedung rumah sakit sangat luas. Biasanya para dokter dan perawat menggunakan area ini untuk bersantai. Karena banyaknya orang yang naik turun, pintu atap tidak dikunci sehingga memberikan Bu Hutomo kesempatan untuk "bunuh diri".Begitu berbelok, Evano melihat dua orang petugas kepolisian yang sedang membujuk Bu Hutomo."Pengacara menantumu sudah data
Bu Hutomo tidak bodoh, dia tidak mau memercayai begitu saja omong kosong tersebut."Telepon Sofia, hubungi dia! Suruh dia memberi tahu semua orang bahwa yang dikatakannya tadi adalah bohong. Aku yang benar, bukan dia!" bentak Bu Hutomo."Kamu sungguhan?" tanya Evano.Bu Hutomo berteriak, "Tentu saja aku serius! Sudah, jangan banyak omong kosong! Cepat, telepon Sofia!""Aku bisa saja menelpon Bu Sofia dan memintanya untuk mengklarifikasi semua ucapannya." Evano berjalan maju sambil menatap Bu Hutomo dengan tajam. "Tapi apakah masyarakat yang kamu bohongi masih bersedia memercayaimu?"Pertanyaan Evano sontak membuat Bu Hutomo terdiam. Bu Hutomo memutar bola matanya, seolah sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan Evano."Sebenarnya ini bukan salah Bu Sofia, harusnya kamu menyalahkan tim Ruang Mediasi dan orang yang membohongimu untuk mengikuti acara tersebut." Evano berbicara dengan tegas, "Pikirkan baik-baik, kalau kamu tidak dijebak untuk berpartisipasi dan dituntun untuk berbohong, a
Liam dan Sofia duduk dengan tenang di dalam mobil.Tampaknya kondisi diam tanpa kata telah menjadi kebiasaan saat Liam dan Sofia berduaan.Liam menatap ke arah jendela. Walaupun ekspresinya terlihat tenang, sekujur tubuhnya terasa dingin dan kaku. Dia ingin mengajak Sofia mengobrol, tetapi tidak tahu apa yang bisa diobrolkan.Berbagai topik melintas di benak Liam, tetapi Liam tidak sanggup melontarkannya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otaknya terasa agak konyol.Apakah kamu sudah makan? Pertanyaan ini terdengar bodoh.Sudah makan? Topik ini membosankan.Kamu telah bekerja keras? Sofia bukan pegawai Liam.Saat kamu masih kecil .... Sepertinya topik adalah luka yang tidak ingin dibuka Sofia.'Sudahlah,' pikir Liam. Mungkin yang Evano katakan benar, Liam tidak berbakat untuk mendapatkan hati wanita.Sofia telah mematikan ponsel, dia tidak berencana untuk menyalakannya secepat ini. Ponsel merupakan salah satu benda yang bisa digunakan untuk mengusir rasa bosan. Tanpa ponselnya, Sofi
"Kali ini tenang saja. Meskipun kamu merusak pakaian yang disiapkan, aku tidak akan menuntut ganti rugi," kata Liam.Sofia menghela napas lega. Namun, tiba-tiba dia teringat akan sesuatu dan berpikir, 'Dia baik banget? Tapi kenapa Liam memaksaku untuk mengganti rugi gaun yang dibeli dari Vivian?'....Setelah polisi berhasil mengendalikan Bu Hutomo, Evano pun pamit dan kembali ke mobil.Kerumunan yang menyaksikan aksi Bu Hutomo telah membubarkan diri. Para petugas kebakaran juga tampak mengemas bantalan yang telah disiapkannya.Beberapa masyarakat kelihatan kesal dan berkata, "Sudah membuat keributan, malah nggak jadi lompat.""Bagaimana?" Liam bertanya saat Evano masuk ke dalam mobil.Evano mengenakan sabuk pengaman, lalu menyalakan mobilnya sambil menjawab, "Bu Hutomo ditemui editor Ruang Mediasi yang bernama Linda.""Editor Ruang Mediasi?" Liam merasa ada yang tidak beres. "Bagaimana seorang editor bisa mengetahui masalah Keluarga Hutomo?""Mungkin teman atau kenalan editor itu meng
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa