"Perawat di IGD sudah lapor polisi, tapi nggak ada yang tahu penyebab lukanya ....""Yang pasti dia dipukuli. Kalau nggak, keadaannya nggak bakal separah itu.""Bukannya artis selalu didampingi asisten atau pengawal? Kok bisa ada yang memukulinya?""Tapi Kumala bukan artis terkenal, masa kejayaannya sudah lewat. Apalagi aibnya baru diungkap media, mana mungkin ada yang mau bekerja sebagai asistennya?"Awalnya Sofia hanya penasaran saat mendengarkan gosip para perawat, tetapi begitu mendengar nama Kumala, Sofia langsung tersentak.Kumala ... dipukuli? Sofia sulit memercayainya. Siapa yang memukulinya?Sama seperti Sofia, perhatian Darius tertuju kepada beberapa perawat yang sedang mengobrol. Perlahan-lahan kakinya berhenti melangkah dan mematung di tempat.Meskipun hanya ada 2 orang perawat yang bertanggung jawab menangani Sofia, hampir seluruh perawat rumah sakit mengenali Sofia sebagai pasien satu-satunya yang menempati lantai VIP.Kemunculan Darius dan Sofia sontak menarik perhatian
Martin datang sejak pagi-pagi sekali untuk membahas pekerjaan. Kemudian dia beranjak ke sofa dan mengotak-atik sesuatu di laptop.Saat Darius membawa Sofia keluar jalan-jalan, Martin bekerja di sofa.Bibi Linar menjawab, "Pak Martin keluar menjawab telepon. Barang-barangnya masih di sini, mungkin sebentar lagi kembali."Seperti penjelasan Bibi Linar, laptop dan tas Martin masih berada di sofa. Layar laptopnya pun masih menyala, berarti Martin belum lama meninggalkan ruangan.Darius menyerahkan Sofia kepada Bibi Linar. "Papah Sofia ke tempat tidur, aku mau menelepon Martin."Ketika Darius menelepon, kebetulan Martin baru kembali. Martin melirik ponselnya yang berdering, lalu menatap Darius dan bertanya, "Paman mencari aku?"Darius tidak buru-buru menjawab. Setelah Bibi Linar memapah Sofia ke atas tempat tidur, Darius memerintahkan Bibi Linar untuk membeli sesuatu. Begitu Bibi Linar pergi, Darius buru-buru menutup pintu ruangan."Kumala ada di samping, cari tahu apa yang terjadi," Darius
Martin merasa tak berdaya, terkadang dia mengasihani Liam. "Pamannya ulang tahun. Sebenarnya tidak mau pergi, tapi kedua orang tuanya memaksa. Jadi ...."Martin berusaha membela Liam. "Kalau Paman ada urusan, aku akan meneleponnya sekarang juga.""Tidak perlu." Darius menolak. "Tunggu besok saja."Martin dan Sofia saling bertatapan sambil tersenyum kecil.....Di Hotel Royal, mobil-mobil mewah datang silih berganti. Suasana yang ramai menarik perhatian masyarakat.Ponsel Liam berdering saat keluar dari mobil. Suara Lorin terdengar di ujung telepon. "Liam, sudah sampai?"Liam menjawab panggilan Lorin sambil menenteng hadiah, "Sudah.""Baguslah."Lorin menghela napas lega. "Cepat masuk, semua menunggumu."Liam menyeringai sinis, semua sedang menunggunya? Tampaknya Grup Upeska sedang berada di ambang kehancuran. Kalau tidak, Carlo dan Noah tidak mungkin mendesak Lorin untuk memaksa Liam datang.....Meskipun keadaan Grup Upeska sedang kacau, Kenta berhasil menutupinya demi menjaga stabilit
Eliot beserta kedua saudara dan putra-putra mereka duduk semeja, sedangkan para istri berserta cucu menantu duduk di meja terpisah.Sesaat melihat Liam, Eliot langsung melambaikan tangan. "Liam, di sini!"Semua mata sontak tertuju kepada Liam. Eliot sengaja menyisakan sebuah kursi kosong di sampingnya untuk Liam."Paman, selamat ulang tahun." Liam tersenyum sopan. Meskipun Keluarga Pranoto diwarnai perselisihan, Liam selalu terlihat ramah saat muncul di hadapan publik demi menjaga reputasi di depan media. Hanya saja, Liam bersikap dingin kepada teman dan keluarganya sejak "hilang ingatan".Sejak "bangun" dari koma, ini adalah pertama kalinya Liam berbicara selembut ini kepada keluarganya. Tak hanya Carlo, Eliot dan yang lainnya pun agak terkejut saat melihat sikap Liam."Terima kasih." Tidak seperti sebelumnya yang sengaja bersikap ketus kepada Liam. Hari adalah hari ulang tahunnya, Carlo terlihat bahagia.Senyuman Carlo semakin lebar saat menerima hadiah yang diberikan Liam. Ketika me
Melihat situasi yang menegangkan, Kenta dan Keenan bergegas melerai kedua orang tuanya."Ayah, Ibu mengkhawatirkan kesehatan Ayah. Jangan marah-marah.""Bu, hari ini ulang tahun Ayah. Jangan bikin keributan di hari bahagia ini. Lihat, ada banyak tamu yang melihat."Tak ada satu orang pun yang meminta maaf kepada Liam. Tentu saja, Liam juga tidak mengharapkan permintaan maaf mereka.Di tengah kekacauan, Liam diam-diam beranjak ke tempat duduk sambil bertukar pandang dengan Eliot. Mereka duduk sambil menyaksikan keributan keluarga Carlo.Perselisihan tidak berlangsung lama. Karena dibujuk oleh kedua putra dan ditambah dengan para tamu yang menyaksikan, Carlo dan Evira pun kembali ke tempat masing-masing.Kenta memerintahkan pelayan untuk membersihkan anggur yang berceceran di lantai. Setelah kemarahan Carlo mereda, pesta ulang tahun resmi dimulai.Kenta menghabiskan uang yang banyak untuk menyewa pembaca acara ternama yang memandu pesta ini. Selain itu, dia juga mengundang beberapa penya
Liam menganggap ucapan Evira sebagai angin lalu. Kemudian Liam mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Evano.[ Telepon aku 10 menit lagi. ]Liam terpaksa datang demi memenuhi ekspektasi kedua orang tuanya. Dia telah melakukan semua yang perlu dilakukan, sekarang saatnya meninggalkan tempat ini.Awalnya Liam berencana menemani Eliot dan Lorin sampai cara selesai, tetapi keluarga Carlo terlalu ribut, Liam risih mendengar omongan mereka.Melihat Liam yang sama sekali tidak menghormatinya, raut wajah Evira terlihat masam."Liam, bukannya aku cerewet ...." Evira berlagak menasihati Liam. "Uang memang penting, tapi jangan lupa membahagiakan orang tuamu. Umur orang nggak ada yang tahu, sering-sering temani orang tuamu. Lagi pula apa gunanya mencari begitu banyak uang?""Tenang saja." Liam menyimpan ponselnya sambil tersenyum sinis. "Setiap tahun aku selalu memberikan uang kepada orang tuaku, uang yang aku berikan berkali-kali lipat lebih banyak daripada yang kedua anakmu hasilkan
"Sudah lapor polisi?""Apakah penculiknya menghubungimu? Mereka minta uang?"....Kericuhan yang terjadi di meja Keluarga Pranoto mengundang perhatian para tamu. Carlo yang berada di atas panggung merasa diabaikan, dia mengetuk mikrofon sambil berdeham untuk meminta perhatian.Liam mengepalkan tangan sambil menunduk. Setelah beberapa saat, dia menjawab, "Iya.""Sudah berapa lama Shelbi hilang? Masih belum diselamatkan?" Kenta meninggikan suaranya karena cemas.Para tamu terkejut mendengar teriakan Kenta, semua mata kembali memandangnya. Kenta sengaja berteriak agar semua orang mendengarnya."Shelbi adalah anak kandungmu! Liam, bagaimana kamu bisa bersikap sekejam ini? Kamu nggak kekurangan uang, kamu tega melihat putrimu mati di tangan penculik?" bentak Kentak.Orang-orang di dalam aula tersentak membelalak saat mendengar ucapan Kenta."Liam, kamu nggak menebus putrimu?""Jangan-jangan Shelbi sudah ....""Polisi nggak bisa menemukan keberadaan anakmu?"....Liam mengerutkan bibir, bulu
Evano baru menelepon saat Liam tiba di lobi hotel."Aku sudah keluar." Liam melambaikan tangan untuk mengusir manajer hotel yang menghampirinya."Cepat banget?" Evano agak kaget. "Mereka cari masalah lagi?"Liam tidak menyukai keluarga pamannya, tetapi dia tidak pernah memulai pertengkaran. Setiap kali, selalu keluarga pamannya yang memulai perselisihan.Liam beranjak masuk ke dalam mobil. Dia tidak ingin membahas masalah pesta dan langsung mengganti topik pembicaraan. "Bagaimana di sana?"Evano melirik ke arah ruang rawat yang tertutup rapat sambil berbisik, "Em, ada masalah."Tanpa banyak bicara, Liam menginjak pedal gas dan mobil pun memelesat dengan kecepatan tinggi.....Jika menggunakan kecepatan normal, Liam membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk tiba di rumah sakit. Namun Liam menggunakan kecepatan maksimal dan tiba di rumah sakit dalam waktu 20 menit.Kemudian Liam buru-buru keluar dari mobil dan berlari ke ruangan Sofia. Sesampainya di depan ruangan Liam mengerutkan alis sa
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa