Jika terjadi sesuatu kepada Sofia, Darius tidak tahu harus berbuat apa.Darius bahkan tidak sadar bagaimana dia melewati hari ini. Dia cemas menunggu Sofia sadarkan diri."Kamu lapar? Aku suruh Martin belikan makanan, ya?" kata Darius sambil mengeluarkan ponselnya."Tidak perlu." Sofia menahannya. "Aku tidak lapar."Tak hanya mengalami luka luar, sistem pencernaan Sofia pun terganggu. Tubuhnya yang sakit membuatnya kehilangan nafsu makan."Tetap harus makan sedikit." Darius tetap menelepon Martin.....Setengah jam kemudian, Martin datang membawa dua mangkok bubur hangat.Martin tidak sendirian, dia datang bersama Liam. Liam kelihatan lesu, rambut dan penampilannya kelihatan berantakan.Martin menjelaskan. "Aku berpapasan dengan Pak Liam."Darius mengangkat alisnya. "Untuk apa Pak Liam datang semalam ini?"Liam tidak menghiraukan Darius, tatapan dan perhatiannya hanya tertuju kepada Sofia."Efek obat bius sudah hilang?" tanya Liam."Belum." Sofia melirik kaki kanannya dan Liam secara b
"Menemani klien. Waktu mau pergi, kebetulan berpapasan dengan kakak sepupumu. Katanya kamu sudah sadar, jadi aku sekalian datang menjengukmu." Liam beranjak ke samping tempat tidur Sofia.Tadi malam Liam terpaksa pergi setelah diusir Martin. Pertama, Martin adalah keluarganya Sofia. Yang kedua, Liam ingin pergi menemui dokter untuk menanyakan kondisi Sofia.Sejak Sofia mengalami kecelakaan, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Liam telah mengetahui tingkat keparahan kondisi Sofia. Hati Liam terasa seperti dihantam benda keras.Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan Liam. Rasanya dia ingin menghabisi orang yang telah mencelakai Sofia.Perhatian Sofia tertuju kepada kata "kakak sepupu"."Kakak sepupu?" Sofia tecengang. "Siapa?"Martin meletakkan bubur yang dibawanya sambil tersenyum dan menjawab, "Aku."Sofia membelalak, dia menatap Darius seakan meminta konfirmasi.Darius mengangguk. "Martin bukan asisten biasa, dia adalah keponakanku."Sebagai "yatim piatu", Sofia tid
Sofia lebih bertenaga setelah makan, suara pun lebih lantang daripada sebelumnya."Ponselmu tidak aktif, Hesper tidak bisa menghubungi. Dia khawatir sampai hampir nangis," jawab Liam.Sebenarnya Hesper sudah menangis. Saat menelepon Liam, suara Hesper terisak-isak dan terus bertanya, "Paman Liam, Mama nggak mau aku lagi, ya?"Sofia memaksa Hesper kembali ke Negara Amor, lalu sekarang menghilang secara tiba-tiba. Sebagai anak berusia 5 tahun yang masih polos, wajah saja dia memiliki kekhawatiran semacam itu. Hanya saja, Liam tidak akan menceritakannya kepada Sofia."Hesper mengkhawatirkanmu. Dia tanya kamu di mana, lagi apa."Mata Sofia langsung berkaca-kaca. "Lalu kamu jawab apa?""Aku bilang kamu lagi dinas, baru pulang beberapa hari lagi."Sofia lega mendengar jawaban Liam. "Terima kasih.""Tidak perlu sungkan." Liam tersenyum lembut dan penuh kasih sayang.Hati Sofia tergelitik melihat kelembutan Liam. Sofia langsung menundukkan kepala untuk menutupi perasaannya. Sofia terus meyakin
"Kumala?" Sofia bertanya secara frontal.Di luar dugaan, Darius justru menggelengkan kepala. "Bukan dia."Sejak kembali ke Kota Yalan, Sofia berusaha untuk menghindari semua orang yang pernah menjadi musuhnya. Sofia sengaja membongkar kebusukan Kumala karena Keluarga Nudara berusaha mencelakai Hesper."Selena pelakunya," jawab Darius sebelum Sofia lanjut bertanya.Selena? Tidak jauh-jauh dari orang yang berhubungan dengan Kumala.Darius mengamati ekspresi Sofia, tidak kelihatan emosi marah ataupun kecewa."Dia sudah ditangkap polisi," kata Darius. Hanya saja, Darius tidak memberi tahu Sofia bahwa Liam yang berhasil menjebloskan Selena ke penjara.Saat itu para pengawal Darius sibuk membawa Sofia ke rumah sakit, tidak ada orang yang memperhatikan pelaku. Untungnya pengawal Liam sigap dan menahan Selena agar tidak melarikan diri.Darius baru tahu ternyata Liam juga mengutus pengawal untuk melindungi Sofia. Sayangnya, kasus penangkapan Selena tidak berjalan mulus.Selena ditangkap di temp
Seandainya tahu sejak awal bahwa kembalinya ke Kota Yalan akan menimbulkan banyak lika-liku, Sofia lebih memilih tidak naik jabatan dan tetap menetap di luar negeri.Sudah tahu kota ini menyimpan kenangan buruk, tetapi dia masih nekat kembali. Sofia bahkan mengagumi keberaniannya sendiri. Namun kali ini Sofia benar-benar kapok dan takut, dia tidak mau tinggal lebih lama di kota ini.Jika Sofia tetap tinggal di kota ini, kelak mungkin bukan hanya tulang yang patah, tetapi nyawanya pun bisa melayang."Baik, baik!" Darius tersenyum bahagia.Dalam waktu beberapa jam, Darius telah menyelesaikan masalah terbesar di dalam hidupnya. Darius lega, perasaan ini jauh lebih membahagiakan dibandingkan dengan mendapatkan proyek senilai miliaran.Meskipun sudah tidur lumayan lama, kondisi mental dan fisik Sofia masih lemah. Saat tengah mengobrol dengan Darius, Sofia kelelahan dan ketiduran.....Ketika Sofia bangun, dokter dan perawat datang untuk memeriksa keadaannya.Walaupun kondisi Sofia tidak mem
Selama dua hari ini Liam sangat gelisah.Liam tidak tahu apa yang membuat Darius begitu membencinya. Setiap Liam ingin mengunjungi Sofia, Martin menggunakan berbagai alasan untuk menghalanginya.Akhirnya Liam terpaksa menggunakan cara kuno. Bibi Linar adalah perawat yang diutus Liam untuk memata-matai kondisi Sofia.Setiap hari Bibi Linar melaporkan perkembangan kondisi Sofia kepada Liam.Meskipun begitu, Liam masih belum puas, dia ingin bertemu Sofia. Liam sudah tidak tahan, dia pun meminta bantuan kepada Evano. "Bantu aku pikirkan alasan yang masuk akal untuk menjenguk Sofia."Liam telah menggunakan berbagai cara, mengantar makanan, mengantar ponsel, menunjukkan pesan Hesper, tetapi Martin tetap tidak mengizinkannya masuk menjenguk Sofia."Memangnya menjenguk orang sakit bukan alasan yang masuk akal?" Evano tidak dapat memahami kegelisahan Liam. Saat Evano menjenguk Sofia, Martin memperlakukannya dengan baik. "Kemarin aku baru menjenguknya. Eh, kamu tahu, nggak? Ternyata Pak Darius a
Mungkin karena mendekam terlalu lama di rumah sakit, akhir-akhir ini Sofia senang bertemu orang.Semua pegawai rumah sakit mengetahui kecelakaan yang dialami Sofia. Setiap hari orang-orang datang menjenguknya, tetapi mereka semua diusir oleh Martin.Sofia perlu istirahat, tetapi kesunyian membuatnya bosan. Di antara begitu banyak orang, Evano adalah satu-satunya orang yang diizinkan masuk menjenguk Sofia. Ketika melihat Evano, mata Sofia sontak berbinar-binar, akhirnya ada yang bisa diajak mengobrol."Halo," Sofia tersenyum lebar sambil menyapanya dengan antusias.Ketika berinteraksi dengan Darius dan Martin, Sofia tidak pernah sebahagia ini. Darius pun iri, dia berencana untuk mengurangi intensitas kunjungan Evano."Kamu nggak sibuk?" tanya Sofia kepada Evano sambil melirik Bibi Linar.Bibi Linar mengerti isyarat yang diberikan, dia bergegas meninggikan tempat bantalan kepala Sofia.Untungnya tulang belakang Sofia tidak terluka. Setelah rasa sakitnya hilang, sesekali Sofia bisa duduk
Perpaduan kue yang lembut, krim kental, dan sensasi asam buah mangga menyatu di dalam mulut. Sofia kelihatan senang, akhirnya dia menyantap makanan selain makanan herbal.Saking terharu, rasanya Sofia ingin meneteskan air mata. Seandainya bisa bergerak, Sofia ingin memeluk Liam sambil berteriak, "Kamu paling baik!"Kebahagian tersirat jelas di wajah Sofia, tetapi suasana hati setiap orang berbeda-beda.Mata Liam tersenyum indah, air mata yang menggenang di dalam mata terasa ingin tumpah.Berbeda dengan Liam, raut wajah Darius justru terlihat masam. Darius mengerutkan bibirnya sambil berkata dengan ketus, "Jangan sering makan makanan yang tidak bergizi."Sofia menganggap nasihat Darius sebagai angin lalu, tetapi Liam menjawab sebagai bentuk menghormatinya, "Baik, Paman."Sebelumnya Liam memanggil Darius dengan panggilan pak, kenapa tiba-tiba hari ini memanggilnya paman? Darius menggertakkan gigi, dia tidak menyukai Liam."Pak Liam, kita tidak seakrab itu," kata Darius dengan suara tered
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa