"Buruk!""Terlalu banyak bug, jangan diunggah!""Kalau ada bintang setengah, mungkin aku bakal memberikan bintang setengah!""Sebaiknya Grup Charula membeli game yang dikembangkan orang lain, jangan bikin sendiri."...."Semua akun itu sudah lama, tapi waktu registrasinya lumayan dekat. IP lokasi juga sama. Sepertinya ada perusahaan yang sengaja membuat akun untuk merusak pasar kita." Stevan melaporkan kepada Liam. "Lokasi IP ada di Kota Gatam, sangat jauh dari sini.""Tidak perlu diselidiki." Liam menyeringai.Tanpa diselidiki pun Liam dan Stevan tahu siapa dalangnya."Kapan game Montech dirilis?" tanya Liam."Aku dengar ... diundur." Stevan tersenyum puas, akhirnya kali ini mereka menang.a"Oke." Liam mengangguk. "Jangan lengah, Montech sangat licik.""Biak." Stevan mengangguk.Ketika Liam ingin lanjut membahas ulasan Mobile Wind, dia melihat sebuah pesan masuk yang muncul di ponsel.Yang bergetar adalah ponsel pribadi Liam. Setelah keluar dari rumah sakit, Liam membeli nomor baru. D
Demi memenuhi janjinya, Sofia pulang lebih awal.Awalnya Sofia ingin membawa Hesper ke restoran yang ada di dekat hotel, tetapi Hesper ingin makan di restoran yang ada di Atrium Plaza.Sebenarnya Sofia tidak ingin pergi ke pusat perbelanjaan karena terlalu ramai, tapi dia tidak berdaya karena Hesper yang meminta.Restoran pizza yang dipilih Hesper sangat ramai, untungnya mereka datang lebih awal sehingga tidak perlu mengantri terlalu lama. Pelayan memandu mereka ke sebuah meja yang berada di dekat jendela, lalu memberikan menu dan pergi.Tak lama setelah Sofia dan Hesper duduk, seseorang beranjak masuk dan duduk di area tunggu. Hesper menunjuk sosok tersebut sambil berteriak antuasias, "Mama, lihat! Ada Paman Liam."Sofia menoleh ke belakang. Alhasil benar, Liam sedang menunggu antrian di tengah kerumunan gadis muda. Liam duduk sambil menundukkan kepala dan memainkan ponselnya.Meskipun hanya mengenakan kemeja yang biasa, aura dan ketampanan Liam tetap tak terkalahkan. Dia menjadi pusa
Lebih tepatnya, Sofia tidak sanggup melihat kedekatan Liam dan Hesper.Sofia melihat jelas keinginan Hesper untuk memiliki sosok seorang ayah. Sofia tahu, keberadaan ayah akan sangat membantu bagi tubuh kembang Hesper, tetapi Sofia belum siap. Sofia belum sanggup melepaskan masa lalu untuk memulai kehidupan baru.....Restoran sangat ramai sehingga hidangan yang disajikan pun lebih lama.Pizza adalah hidangan pertama yang dihidangkan. Aroma pizza yang baru dipanggang serta kulit yang garing terlihat menggoda. Bahkan Sofia yang tidak menyukai pizza pun kelaparan mencium aromanya.Liam menyadari tatapan Sofia yang tertuju kepada pizza. Kemudian Liam memotong sebongkah pizza dan menaruhnya ke dalam piring Sofia.Sofia tertegun, lalu mengangkat kepalanya. Dia melihat Liam yang sedang memotong pizza dan menaruhnya ke dalam piring Hesper."Makan yang banyak," Liam berpesan kepada Hes. "Kamu harus tumbuh besar biar bisa menjaga mamamu.""Em." Hesper mengangguk. "Aku mau makan yang banyak bang
Sofia tercengang. Setelah terbangun dari lamunan, Sofia menatap ke arah Liam secara spontan.Liam menatap Sofia, seakan sedang menunggu jawabannya.Wajah Sofia terasa panas saat menghadapi tatapan Liam. Sofia langsung memalingkan wajah.Sofia ingin mengajak Hesper menonton, tetapi kalau Liam ikut bersama .... Sofia merasa serba salah."Hari sudah malam ...." Sofia membungkuk dan berusaha menjelaskan kepada Hesper, "Bagaimana kalau kita nonton saat Mama libur kerja?""Aku mau hari ini!" Hesper menggunakan cara kekanak-kanakan untuk memaksa Sofia, yaitu ngambek.Hanya saja, ini adalah pertama kalinya Hesper melakukan hal ini. Dia melipat kedua tangan di dada, lalu mengerutkan alis dan memajukan bibir.Sofia tertawa melihat tingkah Hesper yang menggemaskan.Liam membantu Hesper untuk membujuk Sofia. "Mumpung sudah datang, lagi pula sekarang belum malam. Besok Hesper juga tidak sekolah."Dengan adanya yang mendukung, Hesper merasa lebih percaya diri dan berkata, "Iya! Mama, kabulkan permin
Liam menawarkan popcorn kepada Hesper sambil berbisik, "Mau?"Hesper menolak. "Kasih Mama saja. Mama suka popcorn."Liam menawarkan popcorn kepada Sofia, tetapi Sofia menolaknya. "Aku sudah kenyang.""Oh ...." Liam meletakkan kembali popcorn ke atas pangkuannya.Hesper menimpali, "Paman, Mama bohong! Mama malu-malu, makanya menolak tawaranmu."Hesper tersenyum manis ke arah Sofia, dia sama sekali tidak merasa bersalah. Meskipun Sofia memelototinya, Hesper tidak takut karena ada Liam yang melindungi.Liam langsung memberikan popcorn tersebut. "Ini, kamu pegang sendiri. Nggak perlu malu-malu."Sofia terpaksa menerimanya sambil berkata, "Terima kasih.""Sama-sama." Liam tersenyum.Sofia memang menyukai popcorn, dia menyukai semua makanan manis. Hidup terlalu pahit, dia membutuhkan sesuatu yang manis untuk mengompensasinya.Ini bukan pertama kalinya Sofia menonton film ini. Film ini telah diproduksi oleh berbagai negara.Saat kuliah dulu, Alena pernah mengajak Sofia untuk menonton film ini
Setelah meninggalkan studio, Sofia berlari ke toilet untuk mencuci wajah.Kebetulan toilet wanita sedang sepi, Sofia buru-buru memutar keran dan membasuh wajahnya.Setelah merasa lebih segar, Sofia mengambil tisu untuk menyeka wajahnya, lalu memoles alas bedak dan lipstik yang mulai pudar.Akhirnya Sofia merasa lebih tenang. Dia bernajak meninggalkan toilet, lalu pergi membelikan segelas minuman yang baru untuk Liam dan kembali ke dalam studio.Ketika Sofia kembali, dia melihat Liam yang menundukkan kepala sambil memainkan ponsel, sedangkan Hesper tertidur dalam posisi bersandar.Sofia memberikan minumannya kepada Liam. "Hesper tidur?""Em, dia ketiduran tidak lama setelah kamu pergi." Liam membelai kepala Hesper sambil tersenyum. "Dia menyesal memilih film ini, tapi dia tidak berani tidur saat ada kamu. Sebelum ketiduran, dia memintaku untuk membangunkannya saat kamu kembali.""Apakah Hesper perlu dibangunkan?" Liam meminta izin kepada Sofia.Sofia kasihan kepada Hespter, tetapi dia h
Sofia merasa jawaban Liam terdengar tidak bertanggung jawab.Sofia ingin membantah, tetapi dia tidak memiliki hak. Shelbi bukan putrinya, untuk apa dia khawatir?Sofia mengurungkan niat dan menutup mulutnya.....Mereka tiba di depan rumah. Hesper tertidur pulang, Sofia tidak tega membangunkannya.Sofia berbisik kepada Liam. "Apakah kamu bisa bantu membukakan pintu?"Sofia harus menggendong Hesper, dia tidak bisa membuka pintu mobil sendiri.Tanpa basa-basi, Liam membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Kemudian Liam membuka pintu belakang, lalu mengulurkan tangan untuk menggendong Hesper."Sini, biar aku saja," kata Liam.Sofia bergegas menyusul keluar dari mobil sambil mengejar Liam yang menggendong Hesper. "Sini, biar aku saja."Liam tidak menghiraukan Sofia, dia bersikeras ingin menggendong Hesper. "Kamu adalah temannya Evano, berarti kamu adalah temanku juga. Di antara teman tidak perlu sungkan. Aku juga sangat menyukai Hesper, aku senang membantu kalian."Liam sengaja meneka
Satu detik, dua detik, tiga detik .... Liam tidak beranjak dari dapur.Sofia menatap Liam dengan kebingungan. "Ada apa?""Tidak." Liam tersenyum. "Aku bosan duduk sendirian di luar. Lebih baik aku menemanimu menyeduh teh sambil ngobrol."Sofia benar-benar menyesal telah menawarkan teh kepada Liam. Sofia canggung dan salah tingkah setiap berinteraksi dengan Liam.Hanya saja Sofia tidak enak hati menolaknya. Dia memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Oh, oke."Sofia berusaha fokus menyeduh teh. Dia memasak air, mempersiapkan gelas, mengeluarkan daun teh.Sofia berusaha menyibukkan diri agar Liam tidak mengajaknya mengobrol.Ketika menunggu air mendidih, Sofia membalikkan badan dan berkata, "Aku mau mengecek Hesper di kamar."Liam tahu bahwa Sofia sengaja menghindarinya. Meski begitu, dia tidak membongkar kedok Sofia. "Baik."Sofia berada di kamar Hesper hingga air mendidih.Ketika mendengar suara air mendidih, Sofia pun lega dan beranjak kembali ke dapur.Liam telah mematikan komp
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa