Gigitan kemarin telah meninggalkan trauma di dalam diri Hesper. Saat Bebi menggenggam tangannya, Hesper refleks melangkah mundur.Sofia terenyuh melihat anaknya yang ketakutan.Hesper adalah anak yang periang dan suka bersosialisasi. Dia memiliki alasan yang kuat untuk menghindari Bebi.Hesper menggelengkan kepala, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Sofia seakan sedang emminta tolong.Melihat Hesper yang ketakutan, Sofia langsung melindungi Hesper dan berbicara kepada Lorin, "Bibi, Bebi sudah minta maaf, aku anggap masalahnya selesai."Lorin merasa bersalah. "Sofia, maafkan Bebi. Aku tidak tahu Bebi berbuat seperti ini di sekolah ...."Sofia tidak bisa mengatakan tidak apa-apa. Ini adalah masalah yang serius.Salah satu orang tua murid tak dapat menahan diri, dia menarik anaknya ke samping Lorin dan mengadu, "Aku lihat Anda adalah orang yang bijak. Bu, cucumu ini harus diajari sopan santun. Setiap hari dia menindas anak lain di sekolah, anakku sudah beberapa kali dipukuli dia. Kami
Sofia merasa Bebi bukanlah anak yang polos.Menurut Sofia, anak berusia 5 tahun tidak mungkin selicik dan sejahat itu. Namun Bebi adalah anak Liam dan Fiane, mungkin dia mewarisi lebih banyak genetik Fiane.Sofia berharap semoga semua ini hanyalah perasaannya semata, tapi dia tetap merasa aneh.....Sesampainya di depan komplek, Sofia bertemu dengan Evano.Sofia dan Evano menempati gedung yang berbeda, kenapa Evano ada di sino?Evano berkata, "Aku jalan-jalan, cari angin."Sofia jelas tidak percaya. Hesper sangat senang bertemu Evano, dia langsung menyapanya, "Paman."Hesper tersenyum manis, semua kesedihannya pun hilang seketika.Sofia mengurungkan niatnya untuk buru-buru membawa Hesper pergi.Evano bertanya kepada Sofia, "Aku dengar Hesper bersekolah di sini? Kamu nggak jadi mengantarnya pulang ke Negara Amor?""Ibunya lagi sibuk. Lagi pula sekolah swasta di sini lumayan bagus, jadi tidak ada salahnya coba menyekolahkan Hesper di sini. Tadinya aku berpikir untuk membiarkan Hesper tin
Rumah Sakit Harapan.Lantai paling atas adalah kamar VVIP yang biayanya mencapai ratusan juta per hari.Evano beranjak keluar dari lift, lalu berbelok di ujung lorong dan membuka pintu ruangan yang dijaga oleh belasan pengawal.Setelah masuk, Evano menutup pintu dan menguncinya secara perlahan.Pria yang tadinya berbaring sambil memejamkan mata pun langsung melepaskan semua kabel di tubuh, lalu bangun dan beranjak duduk."Hati-hati pinggangmu!" Evano berlagak perhatian.Liam sudah hampir enam tahun dirawat di rumah sakit. Dulunya Liam dirawat di Rumah Sakit Militer, tetapi kebutuhan kamar di sana sangat banyak. Karena keterbatasan kamar rawat, Liam terpaksa dipindahkan ke rumah sakit swasta. Selama dirawat di sini, yang terpenting Liam sanggup membayar biaya perawatannya.Karena dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang panjang, Liam kehilangan masa otot dan kelenturan tubuhnya pun menurun drastis.Liam menatap Evano dengan tatapan tajam. Tanpa menunggu Liam membuka mulut, Evano s
"Oh, baik. Em, aku mengerti. Terima kasih, Bu." Evano menutup panggilannya, lalu memberi tahu Liam mengenai semua yang diceritakan gurunya Bebi."Ada ibuku, dia tidak mungkin mencelakai Sofia dan Hesper." Liam seratus persen memercayai Lorin.Berbeda dengan Liam, Evano justru tidak kelihatan optimis. "Bagi ibumu, Shelbi adalah anak semata wayangmu. Yang satu adalah mantan menantu yang pergi tiba-tiba dan kembali membawa seorang anak, yang satu lagi adalah cucu yang dibesarkannya. Menurutmu, ibumu bisa bersikap adil?"Sesaat mendengar nasihat Evano, kepercayaan Liam pun goyah. Penjelasan Evano tidak salah."Setelah besok ibuku ke sekolah, hubungi lagi wali kelasnya," Liam memerintahkan."Liam, aku rasa kamu nggak mengerti maksudku." Evano menepuk pundak Liam."Hmm?" Liam mengerutkan alis, dia tampak kebingungan."Sekarang Sofia sudah tahu kaalu Shelbi adalah anakmu dan Fiane. Meskipun Shelbi bukan anak kandungmu, di mata semua orang kamu adalah ayah kandungnya. Shelbi menindas Hesper, m
Lorin telah menghubungi wali kelas. Sebelum pelajaran dimulai, wali kelas memberikan waktu kepada Shelbi untuk meminta maaf kepada teman-temannya.Shelbi berdiri di depan kelas, lalu membungkukkan badan dan meminta maaf. Ekspresi Shelbi terlihat menyesal. "Maafkan kesalahanku. Aku nggak akan nakal lagi. Tolong maafkan aku."Anak-anak berusia 5 tahun masih polos, mereka tidak memiliki banyak pertimbangan seperti orang dewasa. Anak-anak selalu mengekspresikan perasaannya secara gamblang.Semua murid menatap Shelbi dengan ketakutan, tak ada yang berani bersuasa.Sejujurnya Lorin merasa malu dan canggung, dia bergegas memerintahkan pelayan untuk membagikan camilan yang telah disiapkan untuk anak-anak.Demi cucu satu-satunya, Lorin terpaksa membuang egonya dan membujuk para murid untuk memaafkan Shelbi."Nenek sudah menegur Bebi, dia juga sudah minta maaf. Kalian semua anak baik, jangan marah lagi, ya! Kalian bersedia berteman dengan Bebi, 'kan?" Lorin tersenyum sambil berbicara dengan lemb
Lorin menjawab dengan kecewa, "Semoga ...."Lorin makin membenci Fiane sekaligus merindukan Sofia. Lorin mengubah topik pembicaraan dan bertanya, "Oh iya, murid yang bernama Hesper baru pindah ke sekolah ini, ya?""Em, belum ada satu minggu." Wali kelas tersenyum lembut saat membicarakan Hesper. "Hesper anak yang pintar dan penurut. Semua teman-teman di kelas menyukainya. Hmm, kalau Bebi berteman dengan Hesper, mungkin anak-anak lain bersedia memaafkan Bebi. Anak-anak suka bermain dengan Hesper."Perasaan Lorin berkecamuk setiap mengingat Hesper. Bukannya tidak menyukai anak itu, tapi Lorin sedih mengingat Sofia yang memiliki anak bersama pria lain. Ketika mendengar pujian wali kelas, Lorin makin kesal dan menyayangkan semua yang telah terjadi.Seandainya dulu Sofia mengandung anak Liam, mungkin Lorin juga memiliki cucu sepintar dan sebaik Hesper.Sayang .... Lorin hanya bisa menghela napas.....Shelbi telah berubah, para murid dan guru-guru juga merasakannya.Selama satu minggu ini S
Hari ini adalah hari Sabtu, Hesper tidak bersekolah.Sofia mengajak Hesper ikut ke hotel. Hesper bosan bermain sendirian di area permainan anak, jadi Sofia membawakan beberapa buku cerita dan laptop ke dalam tas Hesper.Begitu memasuki lobi hotel, Sofia merasa suasana hari ini berbeda dengan biasanya. Karena harus mengantar Hesper ke sekolah, setiap hari Sofia adalah orang terakhir yang tiba di hotel. Setiap Sofia sampai di hotel, semua orang telah mengurus pekerjaan masing-masing. Berbeda dengan saat ini, beberapa karyawan tampak berkumpul dan asyik mengobrol.Sesaat melihat kedatangan Sofia, semua orang langsung membubarkan diri dan kembali ke tempat masing-masing. Ada yang membuka komputer, ada pula yang merpaikan dokumen. Ekspresi mereka kelihatan gugup.Sofia bukanlah atasan yang kejam. Selama tidak mengganggu waktu kerja, Sofia tidak pernah melarang karyawannya untuk mengobrol ataupun bermain ponsel.Namun sekarang masih jam kerja, bahkan mereka baru mulai bekerja. Sofia menghamp
Seingat Sofia, lantai 16 dihuni oleh para kru film Tiny Times.Sofia tidak langsung pulang, dia pergi ke resepsionis untuk mengecek sistem riwayat pemesanan kamar. Kru film Tiny Times memesan belasan kamar di lantai 16. Karena kru film yang mengatur sendiri pembagian kamar, Sofia tidak dapat mengecek siapa yang menempati kamar 1623.Yang pasti, kamar 1623 adalah presidential suite, hanya pemeran utama dan petinggi kru yang mungkin menempati kamar tersebut.Sofia berpikir sejenak, dia mengambil walkie-talkie dan bertanya kepada petugas kebersihan, "Siapa yang membersihkan kamar 1623? Apakah ada yang tahu siapa yang menempati kamar itu?"Salah seorang petugas kebersihan menjawab, "Seorang artis wanita yang menempati kamar itu, tapi aku tidak mengenalinya."Sofia agak lega mendengarnya. Setidaknya bukan produser atau sutradara yang ditemui Kenta.Sofia berpesan kepada petugas keamanan, "Saat pria itu keluar dari kamar, segera hubungi aku."Sofia khawatir Kenta memanfaatkan salah satu arti
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa