"Sofia, kamu hamil? Selamat!" kata Barbara.Reaksi pertama Sofia adalah menatap Alena dan bertanya, "Kamu memberi tahu dia?"Alena melabaikan tangan, dia tidak bersalah."Aku nggak melakukan apa pun. Aku sudah bilang, Barbara adalah peramal yang hebat. Kamu yang nggak percaya.""Masa depanmu cerah, kamu akan memiliki hubungan asmara yang indah. Anak di dalam perutmu akan menjadi motivasi dan membimbingmu ke arah yang benar," Barbara lanjut bergumam.Kartu kelima adalah malaikat terbalik. "Kartu ini melambangkan keberuntungan. Nasib baik segera menghampirimu. Kamu juga akan dipertemukan kembali dengan pria yang kamu cintai. Pada akhirnya kalian hidup bahagia bersama."Begitu Barbara selesai bicara, Sofia langsung bangkit berdiri dan pergi."Eh, tunggu!" Alena bergegas membayar Barbara dan pergi mengejar Sofia."Kamu kenapa?" tanya Alena.Sofia menyeringai ketus. "Aku nggak percaya ramalan pembohong.""Barbara bukan pembohong." Alena tetap membela Barbara. "Semua ramalan Barbara tentang
Sofia tercengang mendengar jawaban Alena.Di sisi lain, Sofia juga merasa bersalah. Dia dan Alena telah bersahabat begitu lama, tapi Sofia tidak pernah menanyakan kehidupan Alena. Sofia bahkan tidak tahu Alena memiliki rencana dan pandangan seperti itu."Dulu aku mengorbankan pekerjaan dengan gaji yang tinggi demi pindah dan melanjutkan sekolah di luar negeri. Aku nekat karena nggak mau dipaksa menikah." Alena tersenyum kecut. "Ayah dan ibuku selalu bertengkar."Alena adalah penduduk asli Kota Haita. Saat berkuliah, Alena tidak pernah pulang ke rumah. Setiap liburan tahunan, Alena pun menghabiskan waktunya di asrama.Sofia sempat penasaran dan bertanya, trenyata kedua orang tua Alena telah bercerai saat dirinya berada di bangku SMP. Ayah dan ibunya menikah lagi, sekarang mereka telah memiliki keluarga baru.Sepertinya Alena bukan tidak mau menikah, tapi takut menikah. Dia takut berakhir seperti kedua orang tuanya."Aku nggak mau menikah, aku yakin dengan keputusanku. Kamu juga melihat
Di dalam mimpi, Sofia membalas senyuman anak itu.....Karena telah memutuskan untuk melahirkan anak ini, Sofia harus bertahan menghadapi semua rasa tidak nyaman selama masa kehamilan.Untungnya Sofia masih dapat beraktivitas seperti biasa. Dia makan dengan kenyang dan tidur dengan nyenyak.Semakin hari, perutnya semakin membesar. Pergerakan Sofia mulai terbatas, dia tidak boleh melakukan pekerjaan yang terlalu berat.Pada pertengahan bulan Juli, Sofia mendapatkan informasi dari universitas. Dia diterima untuk menempuh pendidikan di universitas trsebut.Pada akhir bulan Agustus, Sofia pergi ke kampus untuk mengurus administrasi.Saat melihat perut Sofia yang besar, profesor tersebut tidak terkejut. Profesor itu bersikap normal, dia juga berpesan kepada Sofia untuk menjaga kesehatan.....Masa-masa kuliah tidak terlalu sibuk, Sofia menghabiskan waktunya untuk belajar, kerja kelompok, mengurus penelitian, baca buku, dan menulis skripsi.Waktu terasa cepat berlalu, sebentar lagi tahun bar
Lima tahun kemudian.Negara Bareo, Kota Yalan.Sebuah Mercedes-Benz GLC hitam meninggalkan bandara dan melaju ke arah kota.Di bagian belakang mobil yang luas, tampak seorang wanita dan seorang anak laki-laki berusia sekitar empat atau lima tahun.Wanita itu memiliki rambut yang pendek, dia mengenakan setelan pakaian mewah dan riasan wajah yang natural. Secara keseluruhan, penampilannya terkesan profesional dan elegan.Meskipun di dalam mobil, wanita itu tetap memangku sebuah laptop dan fokus bekerja. Anak laki-laki yang duduk di sampingnya mengenakan kemeja berwarna putih dan dipadukan dengan sebuah dasi kupu-kupu serta sepatu kulit yang mengkilap. Dia kelihatan tampan dan menawan.Anak laki-laki itu menatap ke arah jendela."Mama, ini kampung halaman Mama?" tanya anak laki-laki ini sambil melihat pemandangan di luar.Sofia mengalihkan pandangannya dari laptop, lalu menjawab sambil tersenyum, "Iya.""Langit di sini lebih cantik daripada di Kota Wone."Setelah menyelesaikan pendidikan
Meskipun tidak lengkap, terdapat beberapa perabotan dasar di rumah.Ada piring, gelas, alat makan, panci, dan beberapa perabotan lain yang kelihatan agak tua.Sofia merapikan koper dan kamar, sedangkan Hesper bermain sendiri.Setelah semuanya beres, makanan pun datang. Sofia mengelap meja makan, lalu menghubungi Alena yang berada di belahan dunia lain.Sesaat Alena menjawab panggilan video, Hesper langsung berteriak, "Mami!"Alena menangis saat melihat Hesper. "Hesper! Anak Mami .... Mami kangen.""Mmai jangan nangis." Hesper panik dan meminta tolong kepada Sofia.Sofia langsung mengancam Alena. "Kalau nangis, aku matiin teleponnya."Alena memelototi Sofia. "Kamu membawa anakku pergi! Sekarang kamu melarangku bicara dengannya juga?"Sofia tak mau kalah, dia membalas tatapan Alena sambil mengomelinya, "Siapa yang lagi dinas dan nggak bisa menjaganya, lalu menyuruhku untuk membawanya?"Jika bukan karena Alena yang sedang dinas, Sofia tidak akan membawa Hesper ikut. Hesper memiliki banyak
Sofia berusaha menenangkan Hesper.Setelah makan, Hesper mandi dan kembali kamar. Hesper adalah anak yang pengertian dan mandiri.Alena dan Sofia sama-sama sibuk. Sejak Hesper mulai bersekolah, dia sudah bisa makan dan mandi sendiri.Sofia duduk di kasur sambil memijat keningnya. Kemudian dia mengeluarkan ponsel dan kembali menelepon Alena."Hesper sudah tidur?" tanya Alena."Em." Sofia menghela napas. "Dia nggak mau pulang.""Berikan dia sedikit waktu." Alena lebih banyak menghabiskan waktu bersama Hesper, dia sangat memahami sifat anak itu."Semoga dia bisa mengerti." Sofia mengerutkan bibir."Kamu kapan mulai bekerja?" tanya Alena."Besok," jawab Sofia. Petinggi perusahaan telah mengirimkan surel, besok mereka akan mengadakan rapat pada pukul 9 pagi."Cepat banget?" Alena mengkhawatirkan keadaan Sofia. "Kayaknya kamu terlalu memaksakan diri. Kamu bahkan baru sampai di sana, masa sudah mulai kerja?""Nggak masalah." Sofia sudah terbiasa lembur.Alena sering membujuk Sofia untuk menja
Sofia juga tak kalah kaget saat melihat kemunculan Evano.Bukankah seharusnya Evano berada di Kota Haita?"Aku datang dinas, beberapa hari lagi pergi." Sofia tersenyum sambil menarik kembali tangannya.Harapan yang tadinya berkobar pun padam. "Oh ...."Kemudian Evano melirik ke arah Hesper yang duduk di dalam troli. Meskipun Hesper masih kecil, wajahnya sangat mirip dengan Sofia.Sebuah pikiran pun terbesit di kepala Evano. Dia membelalak sambil menunjuk Hesper. "Ini ... anakmu?""Anaknya sahabatku, anak angkatku." Sofia terpaksa berbohong. "Ibunya lagi dinas, jadi dititipkan kepadaku. Tapi tiba-tiba aku juga ditugaskan dinas, makanya aku membawanya."Evano tidak memercayai jawaban Sofia. Jika anak ini adalah anak sahabatnya, kenapa anak ini memiliki perawakan yang mirip dengan Sofia?Sofia tidak ingin berinteraksi terlalu banyak, dia harus menjaga jarak dengan Evano."Aku lanjut berbelanja dulu. Sampai jumpa." Sofia membalikkan badan dan pergi.Namun Evano bergegas mengadangnya dan be
Sofia terkejut, tangannya bergetar dan kantong yang dipegang hampir terjatuh."Kamu mengikutiku?" Sofia memelototi Evano sambil berusaha menutupi rasa gugupnya."Hmm?" Evano berlagak polos dan menjelaskan, "Aku nggak mengikuti kamu. Temanku tinggal di apartemen ini, aku mau numpang makan.""Bukannya kamu makan di luar?" Sofia tidak bodoh."Iya, tapi nggak ada yang menemaniku. Di rumahku juga nggak ada sayuran, nggak bisa masak." Evano mengangkat kedua bahunya.Sofia mengajak Hesper pergi. "Aku mau kembali ke supermarket.""Kebetulan." Evano tersenyum. "Aku mau sekalian beli sayur-sayuran."Sofia menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan dan berkata, "Cukup! Aku nggak mau kembali ke supermarket, aku juga nggak tinggal di kompleks ini. Katakan, kamu mau apa?""Mengantar kalian pulang," Evano menjawab dengan serius."Baik." Sofia menyerah dan membiarkan Evano mengikutinya.Sesampainya di gerbang, Sofia berkata, "Terima kasih, kami sudah sampai. Kamu boleh pergi.""Oke." Evano mengan
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa