Liam dan Sofia terkejut.Kalau dulu, Liam tidak akan ragu-ragu menolak permintaan Evano. Kemungkinan besar, Liam akan menyuruh Evano naik taksi. Namun hari ini ....Liam melirik ke arah Sofia seakan sedang meminta persetujuannya."Ke bandara dulu," jawab Sofia.Sesaat mendengar jawaban Sofia, Evano dan Liam langsung menghela napas lega."Kamu mau ikut?" tanya Liam."Boleh." Sofia mengangguk.Sejak pindah ke sini, Sofia hampir tidak pernah menghubungi semua teman-temannya yang berada di Kota Haita.Setelah Festival Musim Semi berakhir, Evano pun sangat sibuk. Sofia sering melihat Evano yang membagikan kesehariannya di sosial media. Karena takut mengganggu, Sofia tidak pernah menghubungi Evano.Sejujurnya Sofia agak merindukan Evano.Di ujung telepon, Evano mendengar percakapan mereka berdua dan bertanya, "Sofia mau ikut?""Em." Liam mengangguk. "Dia mau ikut menjemput kamu.""Hari ini dia nggak kerja?" Meskipun senang, Evano merasa ada yang aneh.Tidak banyak yang mengetahui kondisi kak
"Iya." Sofia tersenyum lembut.Liam mengintip ekspresi Sofia melalui kaca spion tanpa bergeming."Oh iya, aku belum tanya. Kok kamu ke sini?" Sofia mengubah topik."Hmm? Liam nggak cerita?" Evano melirik Liam dan Sofia secara bergantian. "Ada teman Liam yang mau bercerai. Pengacara-pengacara sebelumnya mengundurkan diri, makanya dia memanggil aku ke sini."Teman yang mau bercerai? Tanpa ditanya pun Sofia sudah tahu, yang dimaksud adalah Fiane.Seandainya Liam menganggap Sofia sebagai teman, Sofia juga tergolong "temannya" yang akan bercerai."Oh." Sofia tidak terkejut. "Aku pernah dengar ceritanya."Mendengar suara Sofia yang tenang, Liam menggenggam erat setirnya."Kamu tidur di mana?" tanya Sofia."Di rumahku," Evano menjawab dengan santai.Sofia baru sadar, pertanyaannya agak terdengar bodoh."Kita satu gedung, kok. Sama seperti rumah yang ada di Kota Haita," lanjut Evano.Sofia tidak tahu menahu soal ini."Tapi hari ini aku menumpang di rumah kalian dulu, rumahku belum dibersihkan.
Evano menyadari sesuatu, tampaknya suasana hati Liam sedang tidak bagus.Begitu masuk ke dalam mobil, Liam mengambil kacamata di kotak penyimpanan dan memancarkan aura yang membuat orang enggan mendekat."Hah ...." Evano menepuk pundak Liam. "Hubunganmu dan Sofia masih belum ada perkembangan?"Liam mengerutkan bibirnya. "Dia tidak menyukaiku, bisa ada perkembangan apa?"Evano mendengar kesedihan yang terselubung di balik ucapan Liam."Bukannya aku pernah bilang, Sofia menyukaimu, kok?" tanya Evano."Hanya suka ...." Bukan cinta.Kalau Sofia mencintai Liam, dia tidak akan memaksa Liam untuk menikahi FIane."Kalau begitu, seharusnya kamu berusaha mengubah rasa sukanya menjadi cintai." Evano tahu, Liam pasti tidak rela membuang egonya untuk mendekati Sofia. Sebaliknya, Liam malah berharap Sofia yang inisiatif mendekatinya duluan.Liam memang tampan, semua wanita jelas menyukainya. Namun Sofia berbeda dengan para wanita di luar sana ....Melihat Liam yang tidak bergeming, Evano mendengus d
Tiba-tiba Liam merasa bahwa dirinya sangat konyol.Padahal tadi malam dia telah memantapkan hati, tetapi sekarang malah ragu-ragu."Hem!" Evano tersenyum mengolok-olok. "Jangan meremehkan aku. Nanti aku akan coba membujuk Sofia, kamu jangan gegabah!""Tidak perlu." Liam langsung menolak kebaikan Evano. "Aku yang meminta cerai. Kedua pamanku .... Akhir-akhir ini mereka berulah lagi."Walaupun tidak sepenuhnya, Evano tahu bagaimana keadaan keluarga Liam."Mereka mengganggu Sofia?" tanya Evano."Keenan berusaha mendekati Sofia, tapi gagal.""Aduh ...." Evano menggelengkan kepala. "Kok keluarga sepupumu aneh banget, sih? Mereka nggak ada cara lain, ya? Setiap kali selalu berusaha merebut pacarmu. Menyebalkan!""Mereka bodoh. Hanya ini satu-satunya cara yang dapat mereka pikirkan." Liam tersenyum sinis."Tapi kali ini kayaknya kamu benar-benar terpukul." Evano kasihan melihat kondisi Liam.Evano tahu betapa Liam mencintai Sofia. Kalau tidak terpaksa, Liam tidak mungkin menceraikan Sofia."S
"Aku ceritakan nanti," jawab Liam.Begitu sampai, Liam memasukkan kata sandi pintu. Krak, terdengar suara pintu yang terbuka.Evano terkejut. "Kok kamu tahu kata sandinya?""Fiane tinggal di rumahku." Liam membuka pintu rumah dengan santai. "Daerah ini dijaga sangat ketat, Kenta dan yang lainnya tidak bisa masuk dengan mudah."Berdasarkan penyelidikan Liam, Kenta mengutus wartawan untuk diam-diam memotret keberadaan Liam di rumah yang ditempati Fiane.Selain demi keamanan Fiane, Liam tidak ingin masalah sebelumnya terulang kembali. Jika hal itu terulang lagi, Lorin pasti murka."Kok aku nggak tahu kamu punya rumah di sini?" tanya Evano sambil melihat ke sekeliling.Liam tidak pernah membawa Evano ke rumah ini. Liam menjawab dengan singkat, "Sebelum pindah, dulu aku membeli banyak aset rumah."Saat itu, Grup Charula yang didirikan oleh Liam dan Evano belum sekuat sekarang. Liam masih fokus bekerja di Grup Upeska.Selama masa-masa itu, persaingan di tengah Keluarga Pranoto sangat sengit.
Evano tidak cerewet soal kebersihan, tetapi bukan berarti dia bersedia membersihkan semua sampah Fiane dengan sukarela."Nggak mau!" Evano beranjak ke sofa, lalu menjawab dengan tegas, "Suruh Fiane bersihkan sendiri."Liam memelototi Evano, tapi dia tidak memaksa.Saat kembali ke ruang tamu, Fiane telah mengganti pakaian, merapikan rambut, dan berdandan.Evano tidak heran, pantas saja dia menghabiskan hampir satu jam di dalam kamar.Setelah mengenakan "topeng" riasan, Fiane pun tampil dengan percaya diri. Namun sesaat melihat sampah yang berserakan, dia kembali panik dan buru-buru merapikannya.Fiane membereskan rumah ini secepat mungkin, lalu beranjak ke samping Liam sambil berkata, "Liam ...."Suara Fiane terdengar manja sekaligus kesal. "Lain kali beri tahu aku dulu sebelum datang. Aku malu banget kayak gini."Liam menjawab dengan datar, "Baik."Kemudian Fiane mengalihkan perhatiannya kepada Evano dan bertanya, "Halo, aku Fiane.""Aku Evano.""Oh." Tangan kanan Fiane menggenggam era
Fiane memandang Liam yang pergi hingga pintu tertutup.Kekecewaan terpancar di mata Fiane. Dia mengepalkan kedua tangan sambil menggertakkan gigi.Meskipun melihat respons Fiane, Evano tetap bersikap tenang dan pura-pura tidak menyadarinya."Bu Fiane, kata Pak Liam kamu mengalami kekerasan dalam rumah tangga?" tanya Evano."Iya," Fiane menjawab dengan cuek. Setelah Liam pergi, sikap Fiane langsung berubah 180 derajat. Dia bahkan enggan untuk menatap Evano.Evano bingung melihat sikap Fiane. Meskipun kesal, Evano tahu bagaimana watak Fiane yang sesungguhnya. Jadi Evano tidak mau mempermasalahkannya.Evano berpikir, bagaimana reaksi Fiane kalau suatu hari nanti dia tahu bahwa Evano adalah sahabatnya Liam?"Apakah kamu bisa memberikan data-data yang sebelumnya kamu berikan kepada Pak Liam?" tanya Evano."Aku nggak pegang." Fiane langsung menolak. "Kala mau, minta saja sama Pak Liam."Setelah selesai bicara, Fia bangkit berdiri dan mengusir Evano. "Pak Evano, aku agak lelah. Kalau tidak ad
Liam tertegun mendengar pertanyaan Evano.Namun Liam berpikir sejenak, lalu menjawab dengan ragu-ragu, "Harusnya ... tidak ada? Selama mengenalnya, aku tidak pernah melihat ada tanda-tanda gangguan kejiwaan.""Tapi tadi ...." Evano menceritakan semua makian yang dilontarkan Fiane kepada kucingnya.Hati Liam terasa seperti diremas, wajahnya jelas terlihat gugup dan panik. "Dia lagi mencari kucingnya?""Iya." Evano mengangguk. "Kayaknya dia nggak suka kucing dia. Dia mencari kucingnya sambil marah-marah sendiri."Begitu Evano selesai bicara, Liam membuka pintu mobil dan kembali ke rumah Fiane."Eh, kamu ke mana?" Evano bergegas melepaskan sabuk pengaman yang dikenakan dan mengejar Liam.Ketika Liam kembali ke rumah, Fiane telah menemukan kucingnya. Saat Liam masuk, dia melihat Fiane sedang mencekik Molly sambil tersenyum bengis.Molly mengeong kesakitan, suaranya terdengar miris dan keempat kakinya meronta di udara.Dada Liam terasa sesak, jantungnya seolah berhenti berdetak. Rasanya Lia
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa