Meskipun Vera sudah keluar dari rumah sakit, Glen tidak mengusir orang tuanya pulang. Dia malah menyewa rumah yang lebih besar agar orang tuanya bisa tinggal bersama mereka.Setiap hari Glen selalu pulang larut malam. Walaupun semua pekerjaannya sudah selesai, Glen selalu mencari-cari alasan untuk lembur.Glen melakukan semua ini demi menghindari pertengkaran, dia sudah capek bekerja. Sama seperti hari ini, sebenarnya semua pekerjaan Glen sudah beres, tetapi dia malas pulang.....Ketika Glen tiba di restoran, Sofia ditemani beberapa rekan kerjanya yang tidak mabuk. Saat memasuki ruangan, Glen merasa tidak leluasa menghadapi tatapan mereka.Tatapan mereka terasa agak sinis ...."Tuh, Bu Sofia." Asistennya Sofia menunjuk ke arah Sofia yang berbaring di atas meja."Terima kasih," jawab Glen.Hari ini Sofia mengikat rambutnya ke belakang dan mengenakan celana hitam yang dipadukan dengan kemeja V-neck. Sesaat melihat tulang selangka Sofia, hati Glen terasa bergetar.Secara tidak disadari,
Glen tidak ingin bertengkar dengan Vera. Jadi Glen hanya menjawab dengan datar, "Aku masih di kantor. Ada apa?""Glen, kamu pikir aku bodoh?" Vera membentak Glen, "Aku sudah tanya ke karyawan yang lain. Katanya, kamu sudah pulang sejak 1 jam yang lalu."Glen panik mendengar ucapan Vera. Dia tidak menyangka kalau Vera akan menelepon teman sekantor Glen."Jawab yang jujur, kamu di mana?" Vera terus mendesak Glen untuk menjawabnya. "Kamu berselingkuh dengan wanita lain?""Tidak, aku tidak seperti itu." Glen membantah dengan cepat. "Jangan asal bicara! Hari ini capek banget, aku mengajak beberapa temanku minum di bar.""Lalu kenapa kamu berbohong? Kenapa nggak jujur saja kamu lagi minum-minum?" Vera menginterogasi Glen.Sejak mengkhianati Sofia dan berselingkuh dengan Vera, kemampuan berbohong Glen meningkat pesat. Glen langsung memutar otaknya dan menjawab dengan lembut, "Aku takut kamu berpikiran macam-macam. Akhir-akhir ini emosimu kurang stabil, aku takut kamu sakit."Vera tahu bagaima
Sofia berpikir panjang. Akhirnya dia mengumpulkan keberanian dan memutuskan untuk menelepon Glen.Sofia menelepon beberapa kali, tetapi Glen tidak menjawab panggilannya.....Saat pulang kerja, seseorang menghalangi Sofia saat hendak memasuki gerbang Apartemen Pasadena. Langit sudah gelap, pencahayaan di sekitar juga minim. Secara samar-samar, dia hanya bisa melihat bayangan sosok tersebut.Dari bentuk tubuhnya, sepertinya sosok itu adalah seorang wanita. Sofia sontak menginjak rem dan mobil berhenti sejauh 3 meter dari sosok tersebut.Sofia terdiam selama beberapa detik, dia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang karena kaget. Setelah lebih tenang, Sofia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah sosok tersebut. Namun, sosok tersebut telah menghilang.Sofia mengerutkan alis, apakah tadi dia berhalusinasi? Di saat bersamaan, pintu mobil Sofia berusaha dibuka secara paksa. Sosok tadi memukul-mukul kaca jendela sambil berteriak, "Buka, buka pintunya!"Benar, sosok ini adalah
Sofia sontak menundukkan kepala.Karena merasa usahanya tidak membuahkan hasil, Vera pun menangis dan memohon kepada Sofia, "Aku ada urusan penting, aku harus menemui pamanku. Masalah ini berhubungan dengan hidup dan mati. Kalau aku nggak bisa menemui pamanku, nyawaku bisa melayang. Apakah kalian tega melihatku mati?"Vera menangis histeris, raut wajahnya tampak menyedihkan.Satpam yang berjaga juga merasa serba salah, tetapi dia harus menjalankan tugas sesuai prosedur. "Ini peraturan dari pengelola, aku tidak bisa mengizinkanmu masuk."Vera melepaskan tas ransel yang dikenakan dan melemparkannya kepada satpam. Satpam tersebut ketakutan sampai melangkah mundur."Di dalam tas ini ada ponsel, dompet, dan kartu identitasku. Anggap saja semua ini adalah jaminan yang aku berikan, aku harus masuk. Aku mohon, biarkan aku masuk! Aku bukan orang jahat," Vera terus memohon.Satpam tersebut mengembalikan tas yang diberikan Vera. Semua petugas yang bekerja di apartemen ini telah dilatih secara pro
Vera tertegun mendengar jawaban Liam. Bukankah beberapa detik yang lalu Liam masih bersikap manis? Kenapa dalam sekejap mata sikapnya berubah drastis?"Ke-kenapa?" Kedua mata Vera tampak berkaca-kaca, suaranya juga terdengar gemetaran.Saat ini tatapan Liam tertuju kepada mobil Sofia yang perlahan melaju pergi. Liam bahkan tidak sadar saat mobil Evano berhenti di sampingnya.Ketika Evano membunyikan klakson, Liam baru terbangun dari lamunan, lalu membuka pintu mobil dan masuk meninggalkan Vera sendirian.Evano melirik jas yang dikenakan Vera dan bertanya kepada Liam, "Harga jasmu puluhan juta, kamu memberikannya begitu saja? Pak Liam, kayaknya Anda kaya banget. Bagaimana kalau gajiku dinaikkan?"Liam mengerutkan alis sambil menyeka lengannya. Suaranya terdengar sangat merendahkan. "Kotor.""Cih." Evano berdecak sinis sambil bercanda. "Kalau lain kali ada pakaianmu yang aku suka, aku tinggal mengusapnya agar kamu memberikannya kepadaku."Liam menjawab, "Daripada diberikan kepadamu, lebi
Sofia berlari ke jendela dan membuka tirai untuk memantau situasi di bawah sana.Meskipun bangunan ini sangat tinggi, Sofia bisa melihat jelas beberapa mobil polisi yang melintas di bawah tower.Sekitar 20 menit, mobil polisi kembali melintas halaman tower yang ditinggali Sofia.Sofia lega, ternyata bukan tower yang ditinggalinya yang bermasalah. Akhirnya, dia pun kembali tidur.Keesokan pagi, saat Evano memasukkan Sofia ke dalam grup penghuni apartemen, dia baru mengetahui semua yang terjadi tadi malam.Di tower 12, ada seorang wanita yang menangis histeris di tengah malam. Tangisannya mengganggu penghuni lain sehingga dilaporkan ke polisi.Wanita yang menangis histeris di tower 12? Seketika wajah Vera pun muncul di dalam benak Sofia.Beberapa penghuni sedang berdiskusi di dalam grup.[ Kayaknya wanita itu mencari Pak Ethan yang tinggal di lantai 25. ][ Lantai 25? Pak Ethan yang bekerja di Grup Upeska? ][ Iya, benar! ][ Setahu aku Pak Ethan menjual apartemennya dan sudah pindah. Ko
Tindakan Bu Hutomo membuat semua orang terkejut.Sofia tercengang melihat Bu Hutomo yang bersujud di hadapannya. Sofia membeku di tempat, dia tidak tahu harus pergi atau memapah Bu Hutomo bangkit berdiri.Bu Hutomo mengangkat kepalanya sambil menangis tersedu-sedu. "Sofi, tolong jenguk Glen. Sekarang dia ada di rumah sakit."Sofi? Manis sekali panggilannya.Ini adalah pertama kalinya Bu Hutomo memanggil Sofia seramah ini. Melihat sikap Bu Hutomo yang berbeda 180 derajat, Sofia yakin kondisi Glen pasti sangat parah.Apalagi, tadi Bu Hutomo juga mengatakan hanya Sofia yang bisa menyelamatkan Glen.Sofia berpikir keras, 'Apakah Glen mengidap penyakit leukemia dan membutuhkan donor sumsum tulang belakang? Atau salah satu organ tubuhnya rusak sehingga membutuhkan transplantasi?'"Tidak, aku tidak bisa ikut," Sofia menjawab dengan tegas.Sofia bukan malaikat yang bisa selalu berkorban untuk orang lain. Di sisi lain, Sofia juga masih mengingat jelas semua pengkhianatan dan kelicikan yang Glen
Sofia melirik lembaran tagihan yang dipegang Bu Hutomo. Pada lembaran pertama, Sofia melihat tagihan sebesar 20 juta. Jika semua tagihan ini dijumlahkan, Sofia tidak sanggup membayangkan jumlahnya.Sesaat melihat Sofia yang tampak ragu, Bu Hutomo kembali menangis dan memohon, "Kalau tagihan ini nggak dibayar, Glen akan dipulangkan. Glen terluka parah, dia harus dirawat di rumah sakit. Sampai sekarang, kondisi Glen masih kritis. Kamu adalah istrinya, kamu nggak boleh mengabaikannya."Kalimat terakhir sontak membuat semua orang salah paham. Beberapa orang yang mengantri di belakang Sofia pun meliriknya dengan sinis.Sofia membalikkan badan, dia berusaha menghindari tatapan orang-orang. Kemudian dia memejamkan mata dan menarik napas dalam untuk menenangkan diri.Sofia tahu, dia tidak bisa menggunakan cara lembut untuk menghadapi Keluarga Hutomo. Sofia mengambil semua lembaran tagihan tersebut dan menghitungnya. Total semua tagihan berkisar 60 juta. Bagi Sofia, 60 juta bukan nominal yang b
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa