Sofia tidak mencium aroma parfum wanita lain yang menempel di pakaian Liam.Selena selalu menggunakan parfum dengan aroma yang menyengat. Aroma parfumnya bahkan bisa tercium dari jarak beberapa meter. Saat Selena menginap di rumah Sofia, semua pakaian Sofia dipenuhi dengan aroma parfum Selena. Setiap hari para karyawan di hotel selalu menanyakan parfum yang Sofia pakai.Jika Liam memang mengantar Selena pulang, harusnya Sofia bisa mencium aroma parfum Selena yang melekat di tubuh Liam. Seandainya Liam mengantar Selena pulang, mereka pasti duduk bersama di dalam mobil, Liam juga tidak mungkin bertingkah jijik seperti barusan."Kalian romantis banget, bikin iri saja." Selena tersenyum canggung saat melihat Liam dan Sofia yang berpelukan mesra."Kamu dan Niel juga romantis," Liam menjawab demi formalitas. Pujian yang dilontarkannya sama sekali tidak terdengar seperti sanjungan.Selena hanya menyeringai kecil saat mendengar jawaban Liam yang seadanya.Tiba-tiba Sofia teringat sesuatu dan b
Selena tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Liam. Selena hanya bisa menatap Liam sambil menganga.Kedua mata Liam tampak berkaca-kaca, tapi dia tidak meneteskan air mata. Sesampainya di lantai 19, Liam memeluk Sofia keluar dari lift, dia tidak memberikan Selena kesempatan untuk menjawab."Terima kasih," kata Sofia kepada Liam. Liam telah mewakili Sofia untuk mengungkapkan seluruh isi hati yang telah dipendamnya selama ini.Perjalanan hidup mengajarkan Sofia untuk berdiri di kaki sendiri, dia harus mandiri. Di dunia ini tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab untuk membahagiakannya, termasuk keluarga maupun teman. Oleh sebab itu Sofia tidak bisa bersikap seperti Selena.Walaupun sudah menerima kenyataan, Sofia masih sedih setiap mengingat kedua orang tuanya yang pilih kasih."Adikmu saja tahu harus memasak untuk berterima kasih kepadaku, terus kamu hanya berterima kasih pakai mulut saja?" Liam melepaskan tangan Sofia, lalu bersandar di depan pintu rumahnya sambil mengangkat ked
Sofia sempat menebak Liam adalah dalang di balik kehancuran Agatha. Hanya saja Sofia tidak berani memastikannya.Namun sekarang fakta telah terpampang di depan mata, Sofia sontak berkeringat dingin saat mendengar pengakuan Liam.Sofia tidak menyukai Selena, dia juga tidak memedulikan Selena. Namun jika terjadi sesuatu kepada Selena, Kumala pasti akan menyalahkan Sofia."Em, aku akan melakukan yang terbaik." Sofia mengangguk."Bagus." Liam melepaskan tangan Sofia, lalu menegakkan badan dan berbalik untuk memencet tombol lift. "Besok jam 8, aku tunggu di lobi."....Biasanya Sofia berangkat ke hotel sekitar pukul 8.30. Setelah sampai di hotel, Sofia mengurus absennya, lalu pergi mengambil sarapan.Namun demi Liam, hari ini Sofia terpaksa berangkat lebih awal daripada biasanya. Setibanya di lobi, Sofia tidak melihat keberadaan Liam. Sebaliknya, Sofia malah melihat Selena.Tadi malam Selena mengirimkan beberapa pesan permintaan maaf kepada Sofia."Kak, maafkan aku." Selena berdiri di tempa
Tak hanya Liam, Evano, dan Selena juga terkejut melihat sikap Sofia.Namun Liam bergegas menenangkan perasaannya, lalu tersenyum dan berkata, "Ayo."Liam merangkul Sofia ke mobil, lalu membukakan pintu dan mempersilakannya masuk. Tak berapa lama, Selena mengejar Liam dan bertanya dengan wajah memelas, "Pak Liam, apakah aku boleh nebeng?"Liam berbalik tanya, "Niel tidak menjemput kamu?"Selena berusaha menutupi rasa gugupnya, dia berusaha tersenyum dan menjawab, "Aku menyuruh Niel untuk berhenti menggangguku. Kalaupun dia datang, aku nggak akan memedulikan dia."Oh." Liam bersikap cuek. "Tapi kita tidak searah.""Hah?" Selena mengerutkan alis.Selagi Selena tercengang, Liam masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Selena. Selena menggertakkan giginya sambil menatap mobil Liam yang beranjak pergi.Ketika melintas di depan Selena, Evano menurunkan kaca jendela dan bertanya, "Selena, mau aku antar ke stasiun kereta?"Selena berpura-pura sungkan. "Hmm, takutnya merepotkan kamu."Ketika Selena
Liam mengerutkan alisnya dan menjawab, "Jangan memanggilku Pak Liam.""Lalu harus memanggil apa?" Sofia menghentikan langkahnya."Bukannya tadi pagi kamu bisa memanggilku tanpa perlu diajari?" tanya Liam dengan nada menyindir.Memangnya tadi pagi bagaimana Sofia memanggil Liam? Sofia berusaha mengingat-ingatnya, sepertinya dia memanggil Liam dengan sebutan nama ....Namun Sofia langsung memanggil Liam dengan sebutan nama agar sandiwaranya terlihat lebih nyata di depan Selena. Sofia merasa panggilan nama terdengar lebih mesra. Hanya saja, sesungguhnya Sofia dan Liam tidak sedekat yang terlihat.Sofia langsung mengabaikan permintaan Liam, lalu menaruh makanannya ke atas meja. Ketika Sofia hendak mengirimkan pesan kepada Evano, Evano datang dan memasuki ruangan Liam dengan sendirinya.Tatapan Evano tidak tertuju kepada Sofia, dia fokus menatap Liam dan bertanya, "Liam, kenapa ada gosip yang mengatakan kamu berpacaran dengan Selena?"Sofia yang hendak menyapa Evano pun terkejut mendengar p
"Maksudmu ... kamu adalah orang yang menyebarkan gosip tentang hubunganku dan Selena?" Liam mengernyit, kedua matanya memancarkan cahaya dingin.Sekujur tubuh Sofia langsung bergidik. Meskipun mengenakan jas tebal, badan Sofia tetap terasa dingin. Sofia hampir menyangkal semua ceritanya barusan, tetapi akal sehat yang tetap menyadarkannya.Sofia mengangguk pelan. "Iya."Daripada Liam memberikan hukuman kepada Manda dan karier Savon serta Gina terancam, Sofia lebih memilih untuk menjadi kambing hitam.Berdasarkan hubungan Sofia dan Liam, seharusnya Liam tidak akan menyakiti Sofia. Paling Liam hanya marah, tetapi dia tidak akan melakukan hal-hal yang membuat Sofia sedih.Liam menyeringai dingin. "Bagus."Tubuh Sofia bergetar hebat, dia tidak berani berbicara kepada Liam.Setelah beberapa menit, Liam mengambil sumpit baru dan lanjut makan.Evano berusaha mencairkan suasana, tetapi Liam tidak menghiraukannya, sedangkan Sofia terlihat melamun. Akhirnya Evano pun menyerah.....Setelah membu
"Pak Liam, ciuman bukan salah satu tugasku." Hanya karena Sofia berpura-pura menjadi pacar Liam, bukan berarti dia wajib melakukan semua kegiatan yang dilakukan selayaknya sepasang kekasih.Liam memasukkan tangannya ke dalam saku sambil tersenyum. "Ini adalah hukuman karena kamu telah sembarangan menyebarkan gosip. Sebelum gosip mengenai hubunganku dan Selena hilang, persiapkan dirimu sebaik mungkin. Siapa tahu masih ada banyak kejutan di belakang."Sofia langsung menyesali keputusannya. Kalau tahu harus membayar harga semahal ini, Sofia tidak akan mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Manda."Aku antar sampai sini saja, sampai ketemu nanti malam." Liam melambaikan tangan, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Sofia.Setelah Liam pergi, lift pun kembali terbuka. Sofia masuk ke dalam lift, lalu memencet tombol dengan keras. Aneh, tiba-tiba Sofia seperti sedang mendengar suara Liam, "Kalau rusak, kamu harus ganti rugi."Sofia menggelengkan kepalanya, apakah dia sedang berhalusinasi?Sof
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Sofia tiba di Hotel Royal.Begitu Sofia memasuki hotel, Mita memelototi Sofia dan membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara. "Lewat pintu belakang!"Setiap menghindari Keluarga Hutomo, Sofia selalu keluar masuk melalui pintu belakang. Semua staf lobi hotel mengetahui hal ini.Sesaat melihat isyarat yang diberikan Mita, hal pertama yang terbesit di kepala Sofia adalah "Bu Hutomo datang".Kemarin Evano pergi mengantarkan surat tuntutan kepada Keluarga Hutomo. Bu Hutomo sendiri yang menerima surat tersebut dan menandatanganinya. Cepat atau lambat, saat ini pasti akan tiba juga, Sofia harus kembali menghadapi Keluarga Hutomo.Ketika Sofia membalikkan badan dan hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang diiringi dengan teriakan anak mudah. "Berhenti!"Sebuah tangan meraih pergelangan Sofia dan menariknya.Ketika membalikkan badan, Sofia melihat Yaga yang berdiri di hadapannya. Meskipun tebakan Sofia agak meleset, Yaga juga merup
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa